BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap tanggal 1 oktober kita memperingati hari
kesaktian pancasila. Tentu hal pertama yang terlintas ketika kita menyebut
“hari kesaktian pancasila “ adalah Gerakan 30 September. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila memang
tidak bisa lepas kaitannya dengan peristiwa ‘G 30 S/PKI’. Dimana saat itu
terjadi Insiden, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh
oknum-oknum yang digambarkan pemerintah yaitu PKI sebagai upaya kudeta
dengan motif mengubah ideologi pancasila menjadi ideologi komunis. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai
Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila. Sakti
karena karena pada saat itu pancasila ampuh dan berhasil menghalau serta
menumpas komunis dan PKI dari muka bumi Indonesia dan menyelamatkan bangsa dari
kehancuran pada percobaan kudeta yang
dilakukan oleh PKI tahun 1965.
Namun dalam upaya bertahan untuk tetap
menjadi bangsa yang utuh, kita kadang-kadang lupa akan Pancasila. Memang, dalam
sejarahnya, Pancasila disusun dengan tergesa-gesa. Namun dalam perjalanan hidup
berbangsa, cita-cita positif itu telah dimatangkan oleh masalah demi masalah
yang dihadapi bangsa ini. Sudah saatnya bangsa ini memperluas pemikiran tentang
arti kesaktian Pancasila yang tidak sekedar sakti terhadap rongrongan ideologi
lain, tetapi juga sakti dalam mengatasi setiap masalah serta juga sakti dalam
memakmurkan bangsa.Sudah saatnya bangsa ini membuktikan bahwa Pancasila sebagai
dasar negara dan falsafah hidup harus benar-benar mampu menjadi solusi bagi
permasalahan-permasalahan yang ada. Pancasila harus kembali menjadi sumber
segala pengetahuan bagi upaya mempertahankan bangsa indonesia sebagai bangsa
yang bermartabat.
1.2 BATASAN MASALAH
Peneliti membatasi masalah agar karya
ilmiah yang telah di buat tidak terlalu banyak dan mudah dimengerti. Dan
masalah yang akan di bahas yaitu tentang latar belakang terjadinya hari
kesaktian pancasila yang tentu saja terkait didalamnya dengan PKI dan G 30 S,
serta makna pancasila dan kesaktian pancasila itu sendiri bagi bangsa
Indonesia.
1.3
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, berikut
beberapa rumusan masalah yang akan kita bahas pada makalah ini :
Ø
Apakah
pancasila itu ?
Ø
Bagaimanakah
latar belakang adanya hari kesaktian pancasila secara singkat?
Ø
Apakah
PKI itu ?
Ø
Apakah
Gerakan 30 September itu ?
Ø
Bagaimanakah
makna hari kesaktian pancasila bagi bangsa indonesia?
1.4
TUJUAN
dan MANFAAT
·
Mengetahui
apa sebenarnya hari kesaktian itu.
·
Mengetahui
apa latar belakang adanya hari keaktian itu sendiri.
·
Mengetahui
apa makna dari hari kesaktian pancasila.
·
Menumbuhkan
semangat untuk mengamalkan pancasila sebagai pedoman mewujudkan cita-cita dan
tujuan bangsa indonesia , serta menjaga persatuan bangsa Indonesia.
1.5
HASIL
yang DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan penulis pada pembaca melalui
makalah ini yaitu lebih memahami dan mengerti begitu pentingnya pancasila
sebagai dasar negara dan pendoman hidup bangsa serta dapat mengamalkan
nilai-nilai sila yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PANCASILA
Pancasila
merupakan dasar negara yang telah ditetapkan sejak Indonesia merdeka. Oleh
karena itu, pancasila dijadikan sebagi falsafah atau pandangan hidup bagi
seluruh bangsa Indonesia. Dengan adanya pancasila, Indonesia dapat menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berpedoman pada landasan idil
Indonesia yaitu Pancasila. Jika kita memperhatikan lambang pancasila dan butir
– butir yang terkandung dalam pancasila, dapat disimpulkan bahwa setiap bangsa
mempunyai kepribadian , dan butir – butir pancasila itulah yang merupakan
pencerminan kepribadian bangsa Indonesia, sehingga Indonesia dapat dibedakan
dengan bangsa lain karena ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Walaupun sejak dulu bangsa Indonesia telah berinteraksi dengan berbagai
peradaban dan kebudayaan bangsa lain, tetapi kepribadian Indonesia tetap hidup
dan berkembang.
Sebelum kita tahu apa latar belakang
adanya hari kesaktian pancasila dan G 30 S PKI , maka kita perlu mengetahui
perbedaan dan ciri-ciri ideologi
pancasila dengan ideologi-ideologi lainnya secara singkat
1.
ideologi Komunis -Komunisme adalah salah satu ideologi di
dunia. Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai
alat kekuasaan sebagai Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.yang paling utama pula Komunis
sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunis juga disebut anti
liberalisme.Parahnya Komunis sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan
prinsip agama dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi
rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Ideologi Komunis bersifat
absolutisasi dan determinisme, karena memberi perhatian yang sangat besar
kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu, hak milik pribadi
tidak diberi tempat dalam Negara Komunis. Manusia dianggap sebagai “sekrup”
dalam sebuah kolektivitas.
2. Ideologi
Liberal, ajaran
liberal bertitik tolak dari paham individualisme (perorangan) yang mendasarkan
hak dan kebebasan individu, yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak
dapat di ganggu siapapun. Paham liberalisme tidak sesuai dengan pancasila
yang memandang manusia sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial,
sehingga dalam kehidupan bermasyarakat wajib menyelaraskan kepentingan
pribadinya dengan kewajibannnya terhadap masyarakat. Pancasila adalah paham
integralistik atau kekeluargaan sehingga menolak individualisme.
3. Ideologi
Pancasila, Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki berbagai perbedaan dengan sistem
ideologi liberal dan komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak
individu maupun masyarakat baik dibidang ekonomi maupun dibidang politik.
Dengan demikian ideologi kita mengakui secara selaras baik kolektif maupun
individualisme. Demokrasi yang dikembangkan bukan semata politik seperti
ideologi komunis tapi juga ekonomi dalam sistem liberal dasar perekonomian
bukan usaha bersama dan kekeluargaan namun kebebasan individu untuk berusaha
sedangkan dalam sistem komunis negara yang mendominasi, bukan warga negara.
2.2 Latar
Belakang Adanya Hari Kesaktian Pancasila Secara Singkat
Pada
tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September
(G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan
akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi
otoritas militer dan kelompok religi terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa
insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi
ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum
yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh
otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai
Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.
Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kronologis adanya hari kesaktian pancasila maka
perlu kita mengatahui siapakah PKI itu dan apakah sebenarnya Gerakan 30
September itu....????.
2.3 Partai Komunis
Indonesia ( PKI )
SEBELUM
REVOLUSI INDONESIA
Gerakan Awal PKI
Partai
ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia
Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua
partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP
(Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda . Pada saat
pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, ISDV
mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang
yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat
berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah kepemimpinan Sneevliet,
ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini
berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang
ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam
waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917,
para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan
laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan
soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda,
termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda
dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun. ISDV terus melakukan kegiatannya,
meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan
dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan
organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas
orang Indonesia.
Pembentukan
Partai Komunis
Pada
awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan
yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang
anggotanya mendapat gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para
anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk
partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.PKH adalah partai komunis pertama di
Asia yang menjadi bagian dari Komunis
Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua
Komunis Internasional pada 1920.Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini
adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pemberontakan 1926
Pada
November 1926, PKI memimpin pemberontakan melawan
pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal
oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan.
Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah kampung tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan.
Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan
kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan
Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
Peristiwa Madiun 1948
Pada
8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan pendudukan Belanda melakukan perundingan yang dikenal sebagai Perundingan
Renville. Hasil
kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda.
Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang
dimiliki.Oleh karena itu, kabinet Amir
Syarifuddin diaggap
merugikan bangsa, kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya kepada
presiden dan digantikan kabinet Hatta. Selanjutnya
Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948. Kelompok politik ini berusaha menempatkan
diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan
kekuasaan.Beberapa aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan
melancarkan propaganda antipemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi,
pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta menggerakkan
kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan
dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir
Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil alih pucuk
pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan aksi teror,
mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekkan kepemimpinan
Soekarno-Hatta. Puncak aksi PKI adalah pemberotakan
terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur. Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan
negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa
pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap
musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuat rakyat marah dan
mengutuk PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi
Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi
penumpasan pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI
dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak
mati sedangkan Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati.
Bangkit kembali
Pada
1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya.
Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai
nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti
kolonialis dan anti Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan
kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Nyoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan
sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959 . Pada Agustus 1951, PKI memimpin
serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas
terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali
bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.
Pemilu 1955
Pada
Pemilu 1955, PKI menempati tempat ke empat di Konstituante. Pada Juli 1957, kantor PKI di Jakarta diserang dengan granat. Pada bulan yang sama PKI memperoleh banyak
kemajuan dalam pemilihan-pemilihan di beberapa kota. Pada September 1957, Masjumi secara terbuka menuntut supaya PKI dilarang.
Pada 3 Desember 1957, serikat-serikat buruh yang pada umumnya
berada di bawah pengaruh PKI, mulai menguasai perusahaan-perusahaan milik
Belanda. Penguasaan ini merintis nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan yang
dimiliki oleh asing. Perjuangan melawan para kapitalis asing memberikan PKI kesempatan untuk
menampilkan diri sebagai sebuah partai nasional. Pada Februari 1958 terjadi sebuah upaya koreksi terhadap
kebijakan Sukarno yang mulai condong ke timur di kalangan militer dan politik
sayap kanan. Mereka juga menuntut agar pemerintah pusat konsisten dalam
melaksanakan UUDS 1950, selain itu pembagian hasil bumi yang tidak merata
antara pusat dan daerah menjadi pemicu. Gerakan yang berbasis di Sumatera dan Sulawesi, mengumumkan pada 15 Februari 1958 telah terbentuk Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pemerintahan yang disebut revolusioner ini segera menangkapi ribuan kader PKI di
wilayah-wilayah yang berada di bawah kontrol mereka. PKI mendukung upaya-upaya
Soekarno untuk memadamkan gerakan ini, termasuk pemberlakuan Undang-Undang
Darurat. Gerakan ini pada akhirnya berhasil dipadamkan.
Pada 1959, militer
berusaha menghalangi diselenggarakannya kongres PKI. Namun demikian, kongres
ini berlangsung sesuai dengan jadwal dan Presiden Soekarno sendiri memberi
angin pada komunis dalam sambutannya. Pada
bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi di bawah
dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia
memperkuat tangan angkatan bersenjata
dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno
menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut
"Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia
mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan
Komunis yang dinamakan`NASAKOM. Pada era "Demokrasi
Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional
dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat
dan militer menjadi wabah.
Salah
satu hal yang sangat aneh yang dilakukan PKI adalah dengan diusulkannya Angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan petani, kemungkinan besar PKI ingin mempunyai
semacam militer partai seperti Partai
Komunis Cina dan Nazi dengan SS nya. Hal inilah yang membuat TNI AD merasa khawatir takut adanya penyelewengan
senjata yang dilakukan PKI dengan "tentaranya".
ANGKATAN KELIMA
Perayaan Milad
PKI yang
ke 45 di Jakarta pada awal tahun
1965. PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezim
Demokrasi Terpimpin dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye
untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya.
Para petinggi militer menentang hal ini. Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI
makin lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis
massanya dan polisi dan militer.
Pemimpin-pemimpin PKI mementingkan "kepentingan bersama" polisi dan
"rakyat. Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI
membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan
bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat
"massa tentara" subyek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani
bergerak merampas tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar
terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah. Untuk mencegah
berkembangnya konfrontasi revolusioner itu, PKI mengimbau semua pendukungnya
untuk mencegah pertentangan menggunakan kekerasan terhadap para pemilik tanah
dan untuk meningkatkan kerjasama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan
bersenjata. Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik AS. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki
pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer
tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet.
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer
di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat
berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi
demokratis "rakyat". Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa
sekolah angkatan bersenjata di mana ia
berbicara tentang "perasaan
kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara
Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para
komunis". Rejim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan
melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan
karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak
lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rejim militer, menyatakan keperluan untuk
pendirian "angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang
terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata.
Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa
yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk
membatasi pergerakan massa yang makin
mendalam ini dalam batas-batas
hukum kapitalis negara. Mereka, depan
jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan
memperkuat negara. Aidit menyatakan
dalam laporan ke Komite Sentral PKI
bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan
"angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi
revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di
bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan
negara sedang diubah untuk memecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
2.4 GERAKAN 30 SEPTEMBER
Ø Pengertian
Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI),
Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu
Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam
tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam
suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai
Komunis Indonesia.
Ø Latar
Belakang terjadinya gerakan 30 september
Di akhir
1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan
hak mereka. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara polisi dan para pemilik
tanah. Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik Amerika Serikat. (Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya )
§ Isu sakitnya Bung Karno
Sejak
tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah
beredar isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut
Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal
ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.
§ Isu masalah tanah dan bagi hasil
Pada
tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU
Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi
Hasil) yang
sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia
Agraria yang
dibentuk pada tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA
terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan
10 kekuatan partai politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada
namun pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para
petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan
sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa
yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera
Utara dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian
digunakan sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya.Keributan antara PKI
dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada
dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa
Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa
tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah
tanggal 30 September 1965 (hal ini
membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September
tersebut).
§ Faktor Malaysia
Negara
malaysia adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi
Indonesia-Malaysia merupakan
salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan
motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan
Satu Oktober), dan juga
pada akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala
Lumpur, di mana para demonstran menyerbu
gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno,
membawa lambang negara Garuda
Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia
saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap
Malaysia pun meledak. |
Soekarno
yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan
melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia" kepada negara. Perintah Soekarno kepada
Angkatan Darat untuk “mengganyang Malaysia" ditanggapi dengan dingin oleh
para jenderal pada saat itu. Di satu pihak Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu
oleh Inggris dengan anggapan bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak
memadai untuk peperangan dengan skala tersebut, sedangkan di pihak lain Kepala Staf
TNI Angkatan Darat A.H. Nasution setuju dengan usulan Soekarno karena ia
mengkhawatirkan isu Malaysia ini akan ditunggangi oleh PKI untuk memperkuat
posisinya di percaturan politik di Indonesia. Akhirnya para pemimpin Angkatan
Darat memilih untuk berperang setengah hati diKalimantan.
Mengetahui
bahwa tentara Indonesia tidak mendukungnya, Soekarno merasa kecewa dan berbalik
mencari dukungan PKI untuk melampiaskan amarahnya kepada MalaysiaDi pihak PKI,
mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia" yang
mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim. PKI juga memanfaatkan kesempatan itu untuk
keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI
untuk mendukung kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis. Pada saat PKI
memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah yang menghadapi keadaan
yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagai suatu
ancaman, ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai
Komunis sedunia,
khususnya dengan adanya poros Jakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh. Soekarno juga mengetahui hal ini, namun ia
memutuskan untuk mendiamkannya karena ia masih ingin meminjam kekuatan PKI
untuk konfrontasi yang sedang berlangsung, karena posisi Indonesia yang melemah
di lingkungan internasional sejak keluarnya Indonesia dari PBB (20 Januari 1965).
Dari
pihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat ketika
banyak tentara yang kebanyakan dari Divisi
Diponegoro yang kesal
serta kecewa kepada sikap petinggi Angkatan Darat yang takut kepada Malaysia,
berperang hanya dengan setengah hati, dan berkhianat terhadap misi yang
diberikan Soekarno. Mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-orang dari
PKI untuk membersihkan tubuh Angkatan Darat dari para jenderal ini.
§ Faktor ekonomi
Ekonomi
masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan dukungan
rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka tidak sepenuhnya menyetujui
kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin memperparah
keadaan Indonesia. Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung
tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan
barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan
harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara
500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka
kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut, hidup rakyat indonesia banyak yang
begitu menderita .Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat
atas pembunuhan keenam jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash
terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota PKI di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.
Ø PERISTIWA YANG TERJADI
v
Pada
saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan
Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak puas
terhadap Sukarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini,
Soekarno memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka
untuk diadili. Namun secara tak terduga, dalam operasi penangkapan tersebut
para jenderal tersebut terbunuh.
v
Dokumen
Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew
Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen
ini oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal
Agayant dari KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan adanya "Teman Tentara
Lokal Kita" yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah
dibeli oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar
nama anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".
v
Hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif
Soeharto dalam aksi penculikan tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa
dielaborasi adalah pertemuan Soeharto yang saat itu menjabat sebagai
Pangkostrad (pada zaman itu jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan
Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel
Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.
1.
PERISTIWA
TANGGAL 30 SEPTEMBER 1965
Lewat tengah malam tanggal 30 september 1965 terjadi
kesibukan di pinggiran kota, di desa Lubang Buaya, kompleks Pangkalan Udara
Utama Halim Perdanakusuma, Berkumpul aktivis utama Gerakan 30 September ;
Letkol Untung, Brigjen Supardjo, Kolonel Latief (AD). Letkol Heru Atmodj, Mayor
Sujono dan Mayor Gatot Sukrisno (AU). Aidit dan Sjam (PKI). Satu batalyon
Cakrabirawa, batalyon Raider 454 Diponegoro, batalyon Raider 530 Brawijaya, dua
peleton brigade Latief, pasukan darat AU, unsure-unsur Pemuda Rakyat dan
Gerwani. komandan Batalyon pasukan pengawal istana Cakrabirawa, Letnan
Kolonel Untung menggerakkan pasukannya untuk menculik beberapa perwira
tinggi AD yakni Men. Pangad Letjen Ahmad Yani, Mayjen Haryono M.T., Mayjen
S.Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo
Dan Menko Hankam/Kasad Jenderal a.h.
Nasution. Jendral nasution
2.
PERISTIWA
TANGGAL 1 OKTOBER 1965
v
Dini hari : tujuh regu yang terutama terdiri dari
prajurit Cakrabirawa dan sejumlah kecil sukarelawan Pemuda Rakyat mendatangi
rumah 7 perwira AD, dengan perintah menangkap dan membawanya ke Halim. (Yani,
Harjono dan Panjaitan dibunuh dirumahnya karena melawan, Suprato, Parman dan
Sutoyo dibawa ke Halim dalam keadaan hidup, Nasution mampu meloloskan diri).
Dalam waktu yang bersamaan batalyon raider menduduki Lapangan Merdeka,
menguasai istana Presiden, gedung RRI dan pusat Telkom dan Bangunan Tugu Nasional.
v
05.30 : Suharto dibangunkan tetangganya Mashuri,
memberi tahu “kejadian yang luar biasa terjadi di rumah Nasution dan
Panjaitan”.
v
06.30
: Suharto di markas Kostrad, Umar
menelpon menyampaikan beberapa informasi dan mendesak Suharto sementara
memegang komando atas AD.
v
07.15 : Pihak pemberontak mengumumkan melalui
RRI bahwa Gerakan 30 September adalah suatu kelompok militer yang telah
bertindak untuk melindungi Sukarno dari kudeta yang direncanakan oleh suatu
dewan yang terdiri atas jendral-jendral yang korup dan menjadi kaki tangan CIA.
v
09.00 : Dari rumah istri ketiganya Ratna Sari
Dewi, Sukarno menuju istana kepresidenan, tetapi membelokkan arah perjalanannya
ke Halim setelah mendapat laporan ada pasukan tak dikenal di Lapangan Merdeka.
Tiba di Halim ia disambut Omar Dhani dan tokoh pemberontak lainnya. Di Halim
presiden kemudian memanggil panglima 4 angkatan guna mengadakan konsultasi.
v
11.00 : Gerakan 30 September kembali menyiarkan
pengumuman di RRI bahwa ; telah dibentuk sebuah Dewan Revolusi yang akan “
merupakan sumber segala kekuasaan dalam Republik Indonesia”.
v
14.00 : Para prajurit dua batalyon raider yang
menduduki Lapangan Merdeka kepanasan, lelah, lapar dan haus. Para pemimpin
kudeta tidak mengirim perbekalan. Suharto membujuk supaya pasukan Brawijaya
datang ke markas Kostrad.
v
16.00 : Sukarno memanggil Umar dan Pranoto untuk
datang ke Halim, tetapi Suharto melarang 2 jendral ini pergi. Sukarno kemudian
menyusun sebuah pernyataan bahwa dia sendiri mengambil alih pimpinan AD.
Batalyon raiders Brawijaya bergabung ke Kostrad. Batalyon raider Diponegoro
mundur ke Halim. Suharto kembali menguasai pusat Jakarta tanpa tembakan peluru.
Ketika Martadinata tiba di RRI untuk menyiarkan pernyataan Sukarno, RRI sudah
diambil alih dan Suharto melarang penyiarannya.
v
19.30 : Setelah seharian sembunyi Nasution
akhirnya bergabung di Kostrad. Sukarno mengirim Bambang Widjonarko untuk
menjemput Pranoto ke Halim. Suharto melarang Pranoto dan berpesan kepada
Bambang supaya mengusahakan agar presiden meninggalkan Halim karena pasukan
Kostrad akan merebut pangkalan udara itu dengan kekerasan.
v
20.15 : Dinas penerangan AD menyiarkan
pengumuman di RRI bahwa ; suatu “gerakan kontra revolusi” telah menculik Yani
dan 5 jendral lainnya. Pimpinan AD sementara waktu dipegang oleh Suharto dan
presiden serta jendral Nasution dalam keadaan aman.
v
22.00 : Sukarno meninggalkan Halim menuju istana
Bogor. Aidit meninggalkan Halim menuju Jawa Tengah. Omar Dhani terbang ke
Madiun. Untung meninggalkan pasukannya dan sembunyi di Jakarta.
v
Tengah Malam :
Pemberontakan yang aneh itu berakhir dan sebuah drama besar mulai mengawali
kisahnya.
KORBAN
Keenam
pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
- Letjen
TNI Ahmad Yani
(Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
- Mayjen
TNI Raden
Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD
bidang Administrasi)
- Mayjen
TNI Mas Tirtodarmo Haryono
(Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
- Mayjen
TNI Siswondo Parman
(Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
- Brigjen
TNI Donald Isaac Panjaitan
(Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
- Brigjen
TNI Sutoyo
Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur
Jenderal Angkatan Darat
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang
menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya,
putrinya Ade Irma
Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas
dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu
beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
- Bripka
Karel
Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil
Perdana Menteri II dr.J.
Leimena)
- Kolonel
Katamso
Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
- Letkol
Sugiyono Mangunwiyoto
(Kepala Staf Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
Para korban
tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
KRONOLOGIS
PENUMPASAN PKI
1.
Tanggal 1
Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak
tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat
Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD
di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi,
dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada
di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2.
Tanggal 2
Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana
Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo
atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah
berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3.
Tanggal 3
Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965,
pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah
Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas
petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi
berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut
dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif,
akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik
dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur
yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter kemudian di
timbun dengan sampah kering, batang pohon pisang, daun singkong dan tanah
secara berselang seling, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
4.
Tanggal 4
Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur
Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda pada tanggal 3 Oktober pukul
17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO –
AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para
perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya
kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi
bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.
Lubang buaya telah menggoncangkan sendi-sendi susila bangsa indonesia. Bukan
hanya para Pahlawan Revolusi yang teraniaya di Lubang Buaya menurut perasaan
rakyat, melainkan kepribadian Indonesia itu sendiri yang telah di injak-injak
dan dilemparkan ke dalam sumur tua yang dalam, gelap dan menjijikkan. Suatu
peristiwa malapetaka bagi indonesia.
5.
Tanggal 5
Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira
TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
6.
Tanggal 6
Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat
keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira
TNI – AD tersebut ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.
Gerakan 30 September atau yang sering
disingkat G 30 S PKI adalah sebuah kejadian yang terjadi pada tanggal 30
September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa
orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai
usaha kudeta yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia
PASCA
KEJADIAN
Pada
tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi
pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan
berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari
perlindungan. Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan
"persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan
para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI
segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk
mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan
bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama
"Tribune".
Pada
tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan
Kosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita
bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik. Kita mendengar
dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia
untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan.Im bauan ini akan dimengerti
secara mendalam." Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di bulan
Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka
untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang
dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia. Pendirian
mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesia mengesahkan
resolusi pada tanggal 11 Februari, menyatakan "penghargaan penuh"
atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan
negara-negara lain di Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan
Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner
apa yang dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung
mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia."Dalam
bulan-bulan setelah peristiwa itu, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka
yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang
diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau
dimasukkan ke kampung-kampung tahanan untuk disiksa dan diinterogasi.
Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur
(bulan November) dan Bali (bulan Desember). Dan diduga setidak-tidaknya satu
juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari
organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng
Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya
menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu
"terbendung mayat".
Pada
akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan
pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu
lainnya dipenjarakan di kampung-kampung konsentrasi, tanpa adanya perlawanan
sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi semua
anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan pembantaian keji
terhadap mereka dimana pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang
sedemikian sehingga pembuangan mayat ke sungai-sungai kecil menyebabkan
persoalan sanitasi yang serius di Sumatera Utara. Sedangkan di pulau Bali, yang
sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang menjadi
korban di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elite Partai
Nasional Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus
dari Frankfurter Allgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir
jalan atau dibuang ke dalam galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh
dibakar di mana para petani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah
mereka yang sudah hangus.Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk
membunuh teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota
besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Tionghoa" terjadi. Pekerja-pekerja
dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes atas
kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat. (ditulah yang disebut dengan
peristiwa Pembantaian
di Indonesia 1965–1966)
Lima
bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto
kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah
Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk
mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya.
Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang
PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai
presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967.Kepemimpinan PKI terus
mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang
telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November,
tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto..
Sesudah
kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari
berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada
masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut
juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada
tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara
bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur
bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era
Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi
tabur bunga yang dilanjutkan.
Selanjutnya kita akan mengetahui apa makna hari kesaktian
pancasila itu sendiri ........................
2.5 MAKNA HARI KESAKTIAN PANCASILA
§ Pengertian pancasila
Pancasila berasal dari bahasa india, yakni
bahasa sansakerta yang merupakan bahasa kasta brahmana. Pancasila terdiri atas
dua kata, yaitu “panca” yang berarti lima dan “syila” yang berarti sendi, asas,
atau dasar sehingga dapat disimpulkan
bahwa pancasila berarti lima dasar Negara. Sedangkan Menurut Frans Magnis Suseno
Pancasila itu sendiri bisa di maknai sebagai berikut :
1. Merupakan kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yg mementingkan semua komponen dari Sabang sampai Merauke.
2. Merupkan cita – cita bersama ->
semua kelompok dan golongan bisa mengembangkan hidup menurut cita-cita mereka
sendiri dengan tetap berpedoman pada Pancasila.
Pancasila
itu sendiri di tetapkan menjadi dasar negara karena 2 alasan pokok, yaitu :
Pertama : bersifat umum dapat diterima
semua pihak
Kedua : relevan untuk dijadikan dasar
negara
Dan pada akhirnya Pancasila telah menjadi
istilah resmi sebagai dasar falsafah Negara. Pancasila merupakan dasar Negara
Indonesia, dan dasar negara itu sendiri merupakan sumber kaidah hukum konstitusional yang mengatur
negara beserta seluruh unsurnya, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan. Dasar
suatu negara sering disebut dasar falsafah negara atau fhilosofishe grundslag .
Dasar negara merupakan nilai suatu norma untuk mengatur pemerintahan negara
atau merupakan sumber untuk menyelenggarakan negara. Dasar negra juga merupakan
suatu asaz kerohanian yang meliputi suasana ketertiban atau cita-cita hukum,
sehingga dasar negara merupakan nilai, norma suatu kaidah baik moral maupun hukum
negara. Pada siding BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, perkataan pancasila artinya
lima asas dasar yang digunakan oleh presiden Soekarno untuk memberi nama pada
lima prinsip dasar negara Indonesia yang diusulnya.
Pancasila
secara de yure dan de facto memang merupakan dasar negara Republik Indonesia
resmi. Beberapa dokumen penetapannya ialah :
·
Rumusan Pertama : Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni
1945
·
Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar -
tanggal 18 Agustus 1945
·
Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
·
Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara
- tanggal 15 Agustus 1950
·
Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh
Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
§ Rumusan Pancasila
Pancasila,
sebagai dasar negara Indonesia tidah lahir begitu saja. Beberapa kali dilakukan
musyawarah untuk menentukan dasar negara hingga rumusan pancasila yang sah dan
sisitematika yang benar terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang telah disahkan
oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Berkaitan hal tersebut , presiden RI telah
mengeluarkan instruksi No.12/1968 pada 13 April 1968 yang menegaskan tata
urutan dan rumusan pancasila adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
§
Fungsi
Pancasila
· Sebagai dasar negara. Sesuai dengan pembukaan
UUD 1945.
· Sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
Kepribadian Indonesia adalah keseluruhan ciri khas bangsa Indonesia yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain, yang berarti bahwa sikap, tingkah laku dan perbuatan
bangsa Indonesia mempunyai ciri khas.
· Sebagai sumber dari segala hukum. Sesuai
dengan Tap MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan peraturan
Perundang-undangan.
· Sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia.
Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada 18
Agustus 1945
· Sebagai falsafah (pandangan hidup). Pancasila
merupakan dasar yang dapat mempersatukan bangsa, serta memberi petunjuk dalam
mencapai kesejahteraan lahir dan bathin bangsa Indonesia.
· Sebagai cita-citadan tujuan bangsa Indonesia.
Cita-cita bangsa Indonesia tegas termuat dalam pembukaan UUD 1945 merupakan
perjuangan jiwa proklamasi, yaitujiwa pancasila.
§ Makna Kesaktian
Pancasila
Seperti
yang telah diketahui, pancasila berarti lima dasar negara. Selanjutnya,
kesaktian, asal kata adalah sakti yang menurut bahasa berarti mampu (kuasa)
berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam dan kesaktian itu berarti kepandaian
(kemampuan) berbuat sesuatu yang bersifat gaib ( melampaui kodrat alam ). Jadi, kesaktian
pancasila adalah kepandaian (
kemampuan) yang dimiliki oleh lima dasar negara yang dapat berbuat sesuatu
melebihi kodrat alamnya sebagai dasar negara.
Peringatan hari kesaktian pancasilan pada
dasarnya adalah untuk memperkukuh pancasila sebagai
dasar dan pandangan hidup bangsa. Hari Kesaktian Pancasila perlu
dijadikan media refleksi untuk merenungkan bagaimana bangsa Indonesia saat ini
menggunakan pancasila yang telah dijadikan falsafah hidup untuk pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Bahkan, seharusnya, dari tahun ke tahun, peringatan hari kesaktian pancasila
perlu ditekankan lagi, sehingga rakyat Indonesia masih tetap mengamalkan dan
menghayati pancasila sebagai dasar negara. Penetapan pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan
negara bukanlah pekerjaan yang sederhana. Seperti yang telah diketahui dan
dengan adanya G 30 S / PKI, pengesahan pancasila melalui jalan panjang, penuh
perdebatan dan berbobot, rasa tanggung jawab yang besar terhadap nasib bangsa dan era di kemudian hari. Tetapi
juga penuh dengan rasa persaudaraan yang
akrab, bayangkan saja , jika negara ini tanpa pancasila, maka Indonesia tidak
akan memiliki dasar negara dan pandangan hidup berbangsa dan bernegara , tentu
saja, negara ini akan hancur digerogoti oleh bangsa ini sendiri.
Bukti-bukti Kesaktian Pancasila
v Kesaktian pancasila dapat dibuktikan pada
peristiwa G 30 S / PKI karena pada saat
itu pancasila ampuh dan berhasil menghalau serta menumpas komunis dan PKI dari
muka bumi Indonesia dan menyelamatkan bangsa dari kehancuran pada percobaan kudeta yang dilakukan oleh PKI
tahun 1965.
§ Tidak hanya itu, kesaktian pancasila dapat
dibuktikan , dalam butir pancasila ditegaskan bahwa pancasila sebagai dasar
negara Indonesia menyebut adanya
persatuan. Oleh karena itu, pancasila amat menekankan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Namun karena bangsa Indonesia juga memiliki kebinekaan,
pancasila menekan persatuan dan kesatuan tanpa melenyapkan kebinekaan begitu
juga sebaliknya, menekankan kebinekaan
dan tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Disinilah letak kesaktian pancasila
tersebut, yaitu pancasila mampu membinekakan dalam persatuan dan mempersatukan
dalam kebinekaan Indonesia.
§ kesaktian pancasila lainnya adalah isi
pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Secara hukum, UUD 1945 yang
memuat jiwa pancasila tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk oleh MPR bahkan
presiden. Karena mengubah UUD 1945 berarti membubarkan negara Indonesia. Dengan
demikian, pancasila akn tetap ada dan tidak dapat diubah karena bersifat tetap,
serta inti-inti pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan maupun keagamaan. Hal tersebut
disebabkan dalam pancasila juga terkandung hubungan kemanusiaan yang mutlak dan
karena semua hal tersebutlah pancasila dikatakan sakti.
Sebagai
dasar negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan.
Melainkan juga Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber moralitas terutama
dalam hubungan dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta berbagai kebijakan
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Pancasila mengandung berbagai makna dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Ø Makna yang pertama Moralitas, sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”
mengandung pengertian bahwa negara Indonesia bukanlah negara teokrasi yang
hanya berdasarkan kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara pada legitimasi
religius. Kekuasaan kepala negara tidak bersifat mutlak berdasarkan legitimasi
religius, melainkan berdasarkan legitimasi hukum serta legitimasi demokrasi.
Oleh karenanya asas sila pertama Pancasila lebih berkaitan dengan legitimasi
moralitas.Para pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif, para
pejabat negara, serta para penegak hukum, haruslah menyadari bahwa selain
legitimasi hukum dan legitimasi demokratis yang kita junjung, juga harus
diikutsertakan dengan legitimasi moral. Misalnya, suatu kebijakan sesuai hukum,
tapi belum tentu sesuai dengan moral.Hal inilah yang membedakan negara
yang berketuhanan Yang Maha Esa dengan negara teokrasi. Walaupun dalam
negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun secara
moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Tuhan terutama hukum
serta moral dalam kehidupan bernegara.
Ø Makna kedua Kemanusiaan, “Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab” mengandung makna bahwa negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab, selain terkait juga
dengan nilai-nilai moralitas dalam kehidupan bernegara.Negara pada prinsipnya
adalah merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup secara
bersama-sama dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta
prinsip-prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.Kemanusiaan yang adil dan
beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan norma-norma baik
terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya.Oleh
Karena itu, manusia pada hakikatnya merupakan asas yang bersifat fundamental
dan mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan negara kemanusiaan
harus mendapat jaminan hukum, maka hal inilah yang diistilahkan dengan jaminan
atas hak-hak dasar (asas) manusia. Selain itu, asas kemanusiaan juga harus
merupakan prinsip dasar moralitas dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
§ Makna ketiga, Keadilan. Sebagai bangsa yang hidup bersama dalam
suatu negara, sudah barang tentu keadilan dalam hidup bersama sebagaimana yang
terkandung dalam sila II dan V adalah merupakan tujuan dalam kehidupan negara.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa pada hakikatnya manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Dalam
pengertian hal ini juga bahwa hakikatnya manusia harus adil dalam hubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap lingkungannya,
adil terhadap bangsa dan negara, serta adil terhadap Tuhannya. Oleh karena
itu, dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan,
kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan atas keadilan.
Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan
menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
§ Makna keempat, Persatuan. Dalam
sila “Persatuan Indonesia” sebagaimana yang terkandung dalam sila
III, Pancasila mengandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang
membentuk negara berupa suku, ras, kelompok, golongan, dan agama.
Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi tetap satu sebagaimana yang
tertuang dalam slogan negara yakni Bhinneka
Tunggal Ika.
§ Makna kelima, Demokrasi. Negara
adalah dari rakyat dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan
asal mula kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung makna
demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Maka
nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam Pancasila adalah adanya kebebasan
dalam memeluk agama dan keyakinannya, adanya kebebasan berkelompok, adanya
kebebasan berpendapat dan menyuarakan opininya, serta kebebasan yang secara
moral dan etika harus sesuai dengan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seandainya
nilai-nilai Pancasila tersebut dapat diimplementasikan sebagaimana yang terkandung
di dalamnya, baik oleh rakyat biasa maupun para pejabat penyelenggara negara,
niscayalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan negara bukanlah hal yang
mustahil untuk diwujudkan secara nyata.Terlebih lagi hingga kini kita selaku
bangsa tentulah malu terhadap para pendiri negara yang telah bersusah payah
meletakkan pondasi negara berupa Pancasila, sedangkan kita kini seakan lupa
dengan tidak melaksanakan nilai-nilai Pancasila yang sangat sakti tersebut.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.
Dari pembahasan diatas maka penuis dapat
menyimpulkan :
§ Pancasila
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia,
dan dasar negara itu sendiri merupakan sumber
kaidah hukum konstitusional yang mengatur negara beserta seluruh
unsurnya, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan.
§ Latar Belakang Adanya Hari Kesaktian
Pancasila
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi
insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih
menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya
dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok religi
terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI
mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh
oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang
timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh
otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai
Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.
§ Makna Kesaktian Pancasila
kesaktian pancasila adalah kepandaian ( kemampuan) yang dimiliki oleh
lima dasar negara yang dapat berbuat sesuatu melebihi kodrat alamnya sebagai
dasar negara.Adapun makna yang terkandung
di masing - masing sila (ke-5 sila) seperti berikut :
a.
Sila Pertama
: Ketuhanan Yang Maha Esa -> Memercayai adanya Tuhan yang satu, tuhan yang
maha Esa.
b.
Sila Kedua :
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab -> Mengandung pengertian HAM : Hak hidup,
Hak Kebebasan, Persamaan Hak dan Hak untuk memiliki.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia -> Sudah jelas,
Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan adat harus bersatu untuk
Negara Indonesia, Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
d. Sila Keempat : Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan ->mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat, , mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
e.
Sila kelima : Sila
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia-> bersikap adil, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain,
bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial
3.2 SARAN
Seperti
yang telah dikemukakan didepan, Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada
dasarnya adalah untuk memperkukuh Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup
bangsa. Hal itu perlu kita sadari dalam rangka mengembalikan Pancasila sebagai
dasar dan arah paradigmanya yang selama ini cenderung dilupakan, bahkan mungkin
hendak ditinggalkan karena semakin berkembangnya zaman manusia semakin tak
peduli apa itu sejarah dan pentingnya pancasila Pancasila sebagai dasar dan
falsafah negara harus kita jaga dan kita pertahankan dengan segala cara. Tanpa
Pancasila, negeri ini akan digerogoti oleh bangsanya sendiri, karena tidak ada
suatu pedoman lagi untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama, tidak ada
lagi falsafah (pandangan hidup)sebagai pemersatu bangsa, serta pemberi petunjuk
dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin bangsa Indonesia, serta tidak ada
lagi dasar negara dan kepribadian bangsa Indonesia yang memmbedakan Indonesia
dengan bangsa lainnya. Untuk itu marilah
kita bersama-sama mewujudkan kembali semangat untuk mengamalkan nilai-nilai
Pancasila agar kita mampu mewujudkan cita-cita kita bersama dan agar kita mampu
mewujudkan kembali negara impian kita sesuai Pancasila.
DAFTAR
PUSTAKA
http://etikarahmi.blogspot.com/2011/01/makalah-pkn-kesaktian-pancasila.html
http://isetaupik.blogspot.com/2012/09/latar-belakang-hari-kesaktian-pancasila.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
http://rumpleee.blogspot.com/2012/10/makalah-sejarah-hari-kesaktian-pancasila_21.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
https://www.facebook.com/note.php?note_id=151945124904105
http://integralkuadrat.blogspot.com/2011/04/sejarah-dan-kronologis-peristiwa-g-30.html
http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/view/5543
http://bundadontworry.wordpress.com/2010/10/01/makna-kesaktian-pancasila/
http://dasar-pendidikan.blogspot.com/2013/03/makna-pancasila-bagi-bangsa-indonesia.html
http://asepjamaluddin16.blogspot.com/2013/10/makna-hari-kesaktian-pancasila-1_1.html
Martha, Ahmaddani G,
dkk.1985.Pemuda Indonesia dalam
Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Kurnia Esa.