Senin, 01 November 2021

Makalah Sirah Nabawiyah

 

Pendahuluan

1.      Latar Belakang

Dalam kehidupan,manusia mengenal sebuah sejarah. Sirah nabawiyah adalah sejarah kehidupan nabi Muhammad SAW. Mempelajari siroh Nabi akan menghadirkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat. Dan rasa cinta itu akan melahirkan sikap pengorbanan. Dengan mempelajari siroh Nabi, kita akan mengetahui hukum yang disebutkan oleh suatu ayat al-Quran. Sebab, setiap ayat memiliki asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) melalui peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat itu.

2.      Rumusan Masalah :

A.    Pengertian Sirah Nabawiyah

B.     Ruang Lingkup Sirah Nabawiyah

C.     Perbedaan Sirah Nabawiyah dan sejarah

D.    Kedudukan Rasullah SAW

E.     Sumber – sumber Sirah Nabawiyah

F.      Tujuan mengkaji Sirah Nabawiyah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pembahasan

A.    Pengertian Sirah Nabawiyah :

Sirah Nabawiyah berasal dari bahasa arab saara-yasiiru yang berarti perjalanan,dan kata Nabawiyah yang berarti nabi. Sirah Nabawiyah berarti sejarah perjalanan Rasulullah saw, baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun setelah diangkat menjadi Rasul, serta suatu kondisi yang melingkupinya.

Dengan mempelajari Sirah Nabawiyah kita dapat mengetahui bagaimana Rasulullah memahami dan merespons perintah-perintah Tuhannya. Uniknya, kadang perintah tersebut direspons Rasulullah tidak secara kontekstual. Contohnya  adalah cara berwudhu.

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,… ”. (QS Al-Maidah (5): 6).

Dalam prakteknya Rasulullah menyempurnakan wudhu dengan membasuh tapak tangan, berkumur, memasukkan dan megeluarkan air dari hidung serta membasuk kedua telinga. Dan Allah swt  tidak melarang hal tersebut. Artinya Sang Khalik meridhoi apa yang dilakukan nabi. Jadi selama Allah swt  mendiamkan dan tidak menegur apa yang dilakukan Rasulullah, wajib kita mencontohnya.

B.     Ruang Lingkup Sirah Nabawiyah :

 

Sirah Nabawiyah berisi perincian kisah hidup Rasullah,yakni asal-muasal,suku dan nasab,dan keadaan masyarakat,sebelum beliau di lahirkan. Berlanjut kepada saat beliau lahir,masa kecil,masa remaja,masa dewasa,masa pernikahan,masa menjadi nabi,serta perjuangan beliau dalam menegakkan islam hingga akhir hayatnya.

 

C.     Perbedaan Sirah Nabawiyah dengan sejarah :

 

A.    Sirah berasal dari kata saara yasiiru yang berarti perjalanan. Sedangkan sejarah berasal dari kata syajaratun yang berarti pohon

B.     Pembahasan Sirah Nabawiyah bertumpu pada perjalanan dan kisah hidup nabi Muhammad SAW secara rinci. Pembahasan juga menekankan sifat pribadi,akhlak,serta cara beliau menjalani kehidupan sehari-hari. Sedangkan sejarah pembahasannya hanya mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lampau,yang di anggap penting. Lebih di fokuskan pada perkembangan peradaban/perubahan suatu zaman.

C.     Sirah Nabawiyah bersumber pada al quran,hadits nabi,riwayat  para sahabat nabi Muhammad SAW. Sedangkan sejarah melalui sumber primer (Bukti dan Rujukan yang kukuh),sumber sekunder (Penyelidikan),dan lisan (saksi).

D.    Sirah mengkhususkan pada seorang individu sedangkan sejarah kepada peristiwa dan pelakunya.

E.     Kedudukan fakta Sirah Nabawiyah tidak bisa di ubah karena bersumber dari Al-Quran,hadits,riwayat sahabat Rasullah. Sedangkan sejarah bisa berubah setelah di temukannya bukti baru,yang lebih jelas dari bukti sebelumnya.

 

D.    Kedudukan Rasullah SAW :

 

·         Menurut Abid min Ibadillah

Rasul seperti manusia yang melakukan kegiatan makan,minum,pergi ke pasar,berniaga,berkeluarga,dan segala aktivitas manusia. Dari kegiatan ini dapat di simpulkan bahwa rasul seperti manusia mampu menjalankan perintah Allah SWT maka kita sebagai manusia juga harus menjalankan perintah Allah SWT.

Ø  Insan

Perilaku rasul seperti manusia yaitu makan,minum,berniaga. Memudahkan dakwahnya untuk mudah di laksanakan dan mudah di terima,tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya. Namun apabila Rasul sebagai nabi banyak alasan untuk menolak perintah Allah SWT. Kaum Yahudi senantiasa menyoal kehadiran Rasul yang berasal dari manusia. Sebetulnya mereka hanya mengkufurkan Allah SWT.

Ø  Nasab

Rasul berasal dari kaum Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah,ibunya bernama Aminah. Beliau mempunyai sejarah dan kelurga yang jelas. Begitupun tentang sejarah dan asal usulnya. Sejarah mengenai nabi di besarkan,nabi menjadi rasul semua ada di buku sirah nabi.

Ø  Jism

Penggambaran nabi Muhammad SAW seperti rambutnya yang  rapi,selalu keramas,badannya kuat,tingginya sederhana. Dari gambaran ini nabi sama seperti manusia biasa.

Ø  Sirah Nabawiyah

Penggambaran ini di jadikan sebagai pengajaran,menerangkan sesuatu,petunjuk bagi umat manusia.Dari Sirah Nabawiyah dapat di simpulkan bahwa nabi seperti manusia,yang melakukan aktivitas sehari-hari.

·         Menurut Rasul minal Mursalin

Muhammad SAW selain sebagai manusia juga sebagai rasul yang mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad dan rasul yang lainnya mempunyai mukjizat dan tugas-tugas mulia. Namun seperti manusia,rasul juga akan meninggal.

Ø  Tabligh Risalah

Peranan Rasul adalah menyampaikan risalah kepada manusia.  Perbedaan Rasul dengan manusia,rasul membawa manusia untuk mengabdi pada Allah SWT.

Ø  Adaul Amanah

Rasul telah menunaikan amanatnya yaitu menyampaikan risalah kepada manusia. Bukti bahwa rasul telah menyampaikan amanah adalah pengikut-pengikutnya yang setia yang menyampaikan risalah kepada manusia.

Ø  Immatul Ummat

Rasul bertanggung jawab kepada umatnya. Pada hari kiamat Rasul bertanggung jawab atas apa yang ia sampaikan kepada umatnya. Ketika di hari perhitugan rasul juga bertanggung jawab kepada umatnya.

Ø  Dakwah Nabawiyah

Al-Quran dan sirah menjelaskan dakwah nabi. Dari kedua hal tersebut muncul fiqh dakwah yang sesuai dengan realitas,tuntutan,keadaan,respon tempat. Contoh : Perjalanan hijrah nabi ke gua tsur bersama Abu Bakar kemudian mereka bertemu banyak ular dan hewan buas. Nabi berkata janganlah takut sesungguhnya Allah bersama kami.

·         Secara Sunnah

Segala sesuatu yang di jalankan,di amalkan,di lakukan oleh nabi Muhammad SAW. Sunnah nabi bernilai syar’i dan wajib untuk di ikuti.

Ø  Fiqhul Ahkam

Seorang muslim dalam menyampaikan dakwah tentu mendapat olokan. Peranan hukum untuk ke arah yang lebih baik sangatlah di perlukan. Untuk itu rasul sebagai tempat ketaatan dan ikutan,dan rujukan hukum.

 

E.     Sumber-Sumber Sirah Nabawiyah :

 

Ø  Al-Qur’an merupakan rujukan pertama untuk memahami sifat-sifat umum Rasulullah saw dan mengenal tahapan-tahapan umum dari Sirahnya yang mulia ini. Dalam mengungkap sirah Nabi, al-Qur’an menggunakan dua metode:

a) Mengemukakan sebagian kejadian dan sirah-nya, seperti perang khandaq.

B) Mengomentari kasus dan kejadian sebagai jawaban atas masalah yang terjadi saat itu atau untuk menarik perhatian kaum Muslim kepada pelajaran dan nasehat yang terkandung di dalamnya.

Ø  Sunnah-sunnah yang Shahih yakni apa yang terkandung di dalam kitab-kitab para imam hadits yang terkenal jujur dan amanah. Seperti Muwaththa’ Imam Malik. Sumber kedua ini lebih luas dan lebih rinci. Hanya saja belum tersusun secara urut dan sistematis

Penyebab belum tersusun secara urut dan sistematis adalah :

a)      Sebagian besar kitab-kitab ini disusun hadits-haditsnya berdasarkan bab-bab fikih atau sesuai dengan satuan pembahasan yang berkaitan dengan syari’at Islam.

b)      Para Imam hadits, khususnya penghimpun al Kutub as-Sittah, ketika mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah saw tidak mencatat riwayat sirahnya secara terpisah,tetapi hanya mencatat dalil-dalil syari’ah secara umum yang diperlukan.

 

Ø  Kitab-kitab Sirah Kajian-kajian Sirah di masa lalu diambil dari riwayat-riwayat pada masa sahabat yang disampaikan secara turun-temurun tanpa ada yang memperhatikan untuk menyusun atau meghimpunnya dalam suatu kitab, kendatipun sudah ada beberapa orang yang memperhatikan secara khusus Sirah Nabi saw dengan rincian-rinciannya. Contoh lseperti Muhammad bin Ishaq (dianggap kitab terpercaya dalam siroh nabawiyah)

 

F.     Tujuan Mengkaji Sirah Nabawiyah

 

1.Memahami pribadi kenabian Rasulullah saw melalui celah-celah kehidupan dan kondisi-kondisi yang pernah dihadapinya. Untuk menegaskan bahwa rasulullah saw bukan hanya seorang yang terkenal genial di antara kaumnya, tetapi seorang Rasul yang didukung oleh Allah dengan wahyu dan taufiq dari-Nya.

2. Agar manusia mendapatkan gambaran al-Matsatl al A’la menyangkut seluruh aspek kehidupan yang utama untuk dijadikan undang-undang dan pedoman kehidupan Rasulullah saw secara jelas dan sempurna. Karena itu, Allah menjadikannya qudwah bagi seluruh manusia. Firman Allah: „Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu …“ (QS Al-Ahzab: 21)

3. Agar manusia dapat mengkaji Sirah Rasulullah yang dapat membawanya untuk memahami kitab Allah dan semangat tujuannya. Sebab,banyak ayat-ayat al-Quran yang baru bisa ditafsirkan dan dijelaskan maksudnya melalui peristiwa-peristiwa yang pernah dihadapi Rasulullah saw dan disikapinya.

4. Melalui kajian Sirah Rasulullah saw ini seorang Muslim dapat mengumpulkan sekian banyak tsaqofah dan pengetahuan Islam yang benar, baik menyangkut aqidah, hukum ataupun akhlak.

5. Agar setiap pembina dan da’i Islam memiliki contoh hidup menyangkut cara-cara pembinaan dan dakwah. Rasulullah saw adalah seorang da’i pemberi nasehat dan pembina yang baik, yang tidak segan-segan mencari cara-cara pembinaan pendidikan terbaik selama beberapa periode dakwahnya.

 

 

 

 

Penutup

Kesimpulan :

            Mempelajari sirah nabawiyah sangatlah penting,karena dengan belajar pelajaran tersebut. Kita mengetahui sejarah nabi Muhammad SAW,baik sebelum menjadi rasul maupun setelah menjadi rasul.

Daftar Pustaka :

http://alhikmah.ac.id/2011/kedudukan-rasul-saw/

http://www.sirahnabawiyah.com/faedah-atau-manfaat-belajar-sirah-nabawiyah/

http://id.m.wikipedia.org/wiki/sirah

http://www.slideshare.net/Jamhuri/1-sirah-nabawiyah-mukoddimah

http://vienmuhadisbooks.com/2011/08/02/p-e-n-d-a-h-u-l-u-a-n-sirah-nabawiyah/

http://ibh3.wordpress.com/sirah-nabawiyah/pentingnya-sirah-nabawiyah-untuk-memahami-islam/

 

 

 

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM

 



 


                                                                                PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

                 Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious).¹ Ellis, tokoh terapi kognitif behavioral menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan 1980. Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan) bertoleransi sangat signifikan dengan gangguan emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang sehat secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia berubah, sedang orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan tidak mau berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai hal sama dengan pemikiran tidak rasional dan gangguan emosional.² Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga mengandung komponen ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur sosial.³

            

              Buku ini di susun untuk pembelajaran dan memaksimalkan potensi kemampuan siswa dalam bidang agama melalui Langkah langkah mengamati,mencoba dan mengkomunikasikan.

Penulisan buku ini mencakup tentang:

1.      Definisi Aurat

2.      Batas batas aurat

3.      Ketentuan berpakaian seorang muslim

 

4.      Tata cara berpakaian seorang muslim

5.      Kewajiban berpakaian seorang muslim

6.      Tujuan berpakaian sesuai ketentuan

7.      Manfaat

8.      Dasar/Landasa berpakaian

9.      Kaitan antara kesesuaian model berpakaian dengan ketentuan syariat Islam

 

Tujuan penulisan:

Buku ini di tulis secara sederhana dengan tujuan penulisan agar mengetahui informasi identitas buku, mengembangkan potensi si penulis,dan memberikan gambaran kepada si pembaca.

 

 

 

 

Bandar mataram,22 Februari 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Pendahuluan

Daftar isi

1.      Definisi Aurat

2.      Batas batas aurat seorang muslim

3.      Ketentuan berpakaian syariat Islam

4.      Tata cara berpakaian  sesuai syariat

5.      Seorang muslim harus berpakaian islami

6.      Tujuan berpakaian sesuai syariat

7.      Manfaat berpakaian sesuai syariat

8.      Dasar/Landasa berpakaian sesuai syariat

9.      Kaitan antara kesesuaian model berpakaian dengan ketentuan syariat    Islam

 

Daftar Pustaka

Lampiran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. Definisi Aurat

Aurat menurut bahasa berarti aib, cacat, cela, atau segala sesuatu yang dirasa malu kalau tampak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, aurat adalah bagian badan yang tidak boleh kelihatan (menurut hukum Islam).

Menurut syariat aurat berarti bagian tubuh yang wajib ditutup dan haram melihatnya; aurat laki-laki antara pusar dan lutut, sedang aurat perempuan seluruh tubuhnya kecuali muka dan dua telapak tangan.

Menutup aurat wajib di dalam dan di luar salat. Islam tidak menentukan mode tertentu pakaian penutup aurat, malah Islam mengakui adanya pengaruh geografi, pemikiran, perasaan, corak kehidupan, ekonomi, budaya, adat istiadat dan pengaruh eksternal dalam menentukan corak pakaian; namun disyaratkan tidak tipis memperlihatkan warna kulit dan tidak ketat memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh.

 

Ada beberapa macam katagori aurat :

·         Pertama, aurat laki-laki di hadapan sesama laki-laki antara pusar dan lutut; pusardan lutut sendiri bukanlah aurat, tetapi keduanya wajib pula ditutup karena jika tidak, aurat akan terbuka. Paha termasuk aurat menurut Syafi’iyah, menurut Malikiyah tidak.

·         Kedua, aurat perempuan di hadapan sesama perempuan sama dengan aurat laki-laki antara pusar dan lutut, tetapi jika sekiranya akan timbul fitnah maka juga tidak boleh memandangnya walaupun selain antara pusar dan lutut.

·         Ketiga, aurat perempuan di hadapan laki-laki yang halal nikah dengannya (ajnabiy) adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua telapak tangan; jika laki-laki  itu haram nikah dengannya (mahram), maka muka bagian atas (kepala, rambut, leher, telinga), pergelangan tangan, telapak tangan dan muka, dan bagian tubuh bawah lutut boleh kelihatan; tetapi jika menimbulkan fitnah dan birahi, juga diharamkan.

·         Keempat, aurat laki-laki di hadapan perempuan adalah antara pusar dan lutut baik perempuan itu halal nikah dengannya (ajnabiyyah) ataupun yang haram nikah dengannya (mahram). Adapun istri boleh memandang seluruh tubuh suaminya,

 

 

       namun makruh memandang kemaluan (zakar) nya.

 

 

Dalam kesendirian terlarang bugil, kecuali pada saat mandi di tempat tertutup, namun makruh memandang kemaluan sendiri. Nabi bersabda : “Hindarilah berbugil diri karena ada selalu yang menyertai Anda (maksudnya malaikat), ia tidak menjauhi Anda kecuali saat buang air besar atau ketika menggauli istrinya. Karenanya, malulah  Anda kepada mereka dan hormatilah mereka. (HR. Tirmizi).

 

2. Ketentuan berpakaian sesuai syariat islam

Berpakaian menurut syariat islam berbeda dengan berpakaian menurut kaum kapitalis, jika menurut kaum kapitalis, berpakaian itu untuk menarik lawan jenis, sebagai ungkapan kepribadian, karena itu berpakaian memiliki nilai ekonomi, berbeda dengan islam, menurut syariat islam berpakaian haruslah menutup aurat, menyembunyikan yang tidak seharusnya ditampakkan.

1)      1) Ketentuan berpakaian bagi muslim

·         Menutup aurat

·         Tidak terbuat dari emas atau sutera

·         Tidak tasyabbuh (menyerupai) pakaian wanita

·         Tidak tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafiir.

2) Ketentuan berpakaian bagi muslimah

·         Menutup aurat

·         Menetapi jenis dan model yang ditetapkan syara’

·         Tidak tembus pandang

·         Tidak menunjukkan bentuk dan lekuk tubuhnya

·         Tidak tabarruj (menonjolkan keindahan bentuk tubuh, kecantikan dan perhiasan di depan laki-laki non muhrim atau dalam kehidupan umum).

·         Tidak tasyabbuh (menyerupai) pakaian laki-laki

·         Tidak tasyabbuh (menyerupai) terhadap orang kafiir.

Dalil Naqli tentang batasan pakaian wanita

1) Surat An-Nur ayat 31

 

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُوْلِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاء وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

Artinya: "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung".

 

2) Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud

Bunyi haditsnya

 

قَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

 

artinya : "Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita, apabila telah balig (mengalami haid), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini (seraya menunjuk muka dan telapak tangannya)". (HR Abu Dawud).

 

3.Tata Cara  berpakaian sesuai syariat Islam

    1.Tutup Aurat

Menutup aurat merupakan prinsip pertama yang menjadi dasar agar pakaian tersebut dapat dikatakan sesuai dengan hukum Islam. Sebagaimana telah mafhum bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut dan aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali dua telapak tangan dan wajah.

Syariat untuk menutup aurat telah ada sejak zaman nabi Adam dan Hawa ketika mereka berdua mendakati pohon yang dilarang oleh Allah swt untuk mendekatinya.

 

2.Tidak Transparan

Pakaian yang tembus pandang, yang memperlihatkan bentuk tubuh yang harusnya ditutup secara samar-samar bukan merupakan pakaian yang Islami. Sebab, secara tidak langsung pakaian yang transparan berarti tidak menutup aurat. Memilih warna dan bahan pakaian menentukan pakaian tersebut transparan atau tidak khususnya dalam keadaan keringatan atau kehujanan. Sehingga ketika membeli pakaian sangat dianjurkan untuk memilih bahan yang baik agar tidak transparan.

 

3.Tidak Ketat

Pakaian yang digunakan oleh umat Islam mesti longgar dan tidak ketat. Pakaian yang baik ialah pakaian yang tidak memperlihatkan lekukan tubuh supaya orang yang melihat kita tidak terpancing untuk melakukan perbuatan negatif.

 

4.Tidak menyerupai lawan jenis

        Dalam sebuah Hadis yang terdapat dalam Shohih Bukhari/159, sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

 Diriwayatkan Ibn ‘Abbas Ra., berkata: “Rasulullah saw melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.

   Hadis di atas tidak secara eksplisit menjelaskan bahwa laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. Secara umum hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi saw melarang umatnya untuk menyerupai lawan jenisnya,

termasuk dalam dalam hal berpakaian.

   Di samping itu etika berpakaian yang perlu diperhatikan adalah kesederhanaan. Karena kesederhanaan dalam segala hal termasuk dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Dalam sebuah Hadis Rasulullah saw., sebagaimana terdapat dalam Sunan Ibn Majah/1379 sebagai berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَانِ

Rasulullah saw., bersabda kesederhanaan adalah bagian dari iman.

 

Cara berpakaian sehari-hari;

 

 

 

 

4.Mengapa kita seorang muslim harus berpakaian sesuai syariat Islam???

 Alasan kita harus berpakaian sesuai syari'at islam antara lain adalah

1.      Untuk menjalankan perintah Allah dan rasulullah

2.      Agar terjaga diri dari maksiat dan dosa

3.      Melindungi diri dari perbuatan zina

4.      Untuk menjaga kehormatan

Pakaian yang sesuai syari'at islam adalah pakaian yang menutup aurat dan tidak berlebih-lebihan,  sederhana, bersih dan suci. Kebanyakan orang islam sekarang memakai pakaian yang tidak sempurna tertutup auratnya. Banyak oraang yang memakai pakaian yang sudah tertutup aurat akan tetapi pakaian yang dipakai terlalu ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh. Padahal yang dimaksud menutup aurat itu menutup seluruh aurat sehingga tidak dapat dilihat auratnya dan tidak berbentuk auratnya

 

5.Apa Tujuan berpakaian sesuai syari'at Islam?

Tujuan dari berpakaian menurut islam merupakan yang terpenting untuk menutup aurat, menjaga kesehatan kondisi fisik manusia, dan juga untuk keindahan.

 

6.Hikmahh menutup aurat

Dalam ajaran Islam hikmah dari berpakaian adalah

·         Menutup aurat sesuai dengan ajaran Islam

·         Menunjukkan kepribadian umat

·         Menunjukkan kesopanan dan keberadaban

·         Menjadi simbol kebersihan , baik hati maupun pikiran dan fisik serta perbuatan.

·         Menunjukkan kualitas iman seorang muslim

·         Menjauhkan diri dari fitnah pihak luar.

 

 

 

7.Landasan/Dasar berpakaian sesuai syari'at Islam

Hukum syar'iat islam dalam berpakaian kalau yang wanita dalam surat QS. An-Nur: 31, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

 

8.Kesesuaian antara model pakaian dengan ketentuan syariat Islam.

Ada 2 Hubungan antara ketentuan berpakaian menurut syariat islam dengan hikmah yang diperoleh individu, keluarga, dan masyarakat.

1.      Hubungannya adalah islam mengatur agar orang orang berpakaian rapi,bagus,dan menutup aurat bukan membuka aurat.

 

2.      Hubungannya adalah jika berpakaian dengan menjalankan syariat islam,rapi sopan dan menutup aurat,maka bukan kita saja yg disenangi orang,maka keluarga ataupun orang terdekat kita juga akan disenangi orang.

 

 

 

 

 

 

 

RANGKUMAN

 

1.    Aurat yaitu bagian tubuh yang wajib di tutup dan haram untuk  di perlihat kan

 

2.    Ada beberapa macam aurat:

 Pertama,aurat laki laki di hadapan laki laki antara pusar dan lutut

Kedua,aurat perempuan di hadapan laki-laki yg halal adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan

Ketiga aurat perempuan di hadapan sesama perempuan antara pusar dan lutut

Ke empat aurat laki-laki di hadapan perempuan antara pusar dan lutut.

 

3.    Batas batas aurat Laki-laki:antara pusar dan lutut, sedangkan aurat seluruh tubuhnya kecuali muka dan dua telapak tangan.

 

4.     A) Ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam bagi Muslim

·       Menurup aurat

·       Tidak terbuat dari emas atau sutera

·       Tidak menyerupai wanita

·       Tidak menyerupai orang orang kafir

 

B) Ketentuan berpakaian bagi muslimah

·       Menutup Aurat

·       Menerapi jenis dan model yang di tetapkan Syara'

·       Tidak tembus pandang

·       Tidak menunjukkan bentuk dan lekuk tubuhnya dll

 

5.    Tata cara berpakaian sesuai syari'at Islam

·       Tutup aurat

·       Tidak transparan

·       Tidak ketat

·       Tidak menyerupai lawan jenis

 

    6. Dasar berpakaian menutup aurat adalah Q.S.An-nur:31

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Judul                 : Berpakaian Sesuai Dengan Ketentuan Syariat Islam

Buku                  : Pendidikan Agama Islam

pengarang       : REZA PUTRI KHUSNUL IMAMAH

Tahun Terbit   : 2021

Penerbit           : -

Kota Terbit      : -