BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Percaya kepada malaikat merupakan salah satu pokok
ajaran Islam yang merupakan salah satu rukun Iman. “Bukan saja tidak sempurna,
tetapi tidak sah iman seorang muslim, apabila tidak percaya adanya malaikat
dengan sifat-sifatnya yang dijelaskan agama”, demikian dikemukakan Shihab
(2000, hlm. 246).
Malaikat yang
dimaksud di sini adalah salah satu jenis makhluk ghaib (yang tak dapat
diindrakan) yang diciptakan Allah Swt. Malaikat tidak memerlukan apapun yang
bersifat fisik atau jasmani. Mereka menghabiskan waktu siang dan malam hanya
untuk mengabdi kepada Allah (Ibrahim dan Darsono, 2009, hlm. 84).
Penanaman keimanan kepada malaikat yang sering
diajarkan dan diterapkan sudah barang tentu bukanlah hanya sebatas mengetahui
dan meyakini keberadaannya, hal yang jauh lebih penting adalah mengetahui,
memahami, dan meneladani sifat-sifatnya dimana para malaikat Allah ini asalah
makhluk yang senantiasa taat dan sujud kepada Allah Swt. yang tidak pernah
sedikitpun berbuat dosa, sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam QS. An-Nahl
(16): 49:
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang
berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para
malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.”
Ketaatan para malaikat kepada Allah Swt. ini tampak
dari pelaksanaan setiap perintah Allah Swt. kepada mereka, seperti yang
tercermin dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari (hadits no. 2979)
sebagai berikut:
“Telah
bercerita kepada kami Abu Nu'aim telah bercerita kepada kami 'Umar bin Dzarr
berkata. Dan diriwayatkan pula, telah bercerita kepadaku Yahya bin Ja'far telah
bercerita kepada kami Waki' dari 'Umar bin Dzarr dari bapaknya dari Sa'id bin
Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata, l Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepada Jibril 'alaihissalam:
"Tidakkah
sebaiknyakah kamu lebih sering mengunjungi kami dari yang sudah kamu
lakukan?". Perawi berkata; "Maka turunlah firman Allah Ta'laa Q.S.
Maryam ayat 64 yang artinya; ("Dan tidaklah kami (Jibril) turun melainkan
dengan perintah Rabbmu. Kepunyaan-Nyalah segala apa yang ada di hadapan kita
dan apa yang di belakang kita").
Hadits tersebut menegaskan bahwa malaikat, yang dalam
hal ini adalah malaikat Jibril as., ketika Rasulullah saw. mengharapkan Jibril as. lebih sering
mengunjunginya, malaikat Jibril as. menjawab bahwa dia (malaikat) akan
mengunjungi nabi saw. hanya atas perintah Allah Swt. Ini merupakan salah satu
bentuk ketaatan malaikat kepada Allah sebagai Rabb-nya. Di sinilah umat Islam
harus senantiasa mampu menjadikan sifat-sifat malaikat seperti itu sebagai
contoh dan tauladan dalam kehidupan keseharian, termasuk dalam menjalankan
berbagai bentuk ibadah kepada Allah Swt.
B.
Rumusan
masalah
1. Jelaskan apa pengertian iman kepada malaikat ?
2. Apa hukum Beriman kepada Malaikat?
3.
Nama-nama dan Tugas Malaikat?
4. Jelaskan sifat-sifat Malikat Allah yang wajib
diteladani?
5.Apa saja hikmah Beriman kepada Malaikat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Iman
Kepada
Malaikat
Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua,
sehingga pembahasandalam bab ini merupakan kelanjutan dari rukun iman kepada
Allah sebagai rukun iman yang pertama. Iman kepada Malaikat itu sendiri
mengandung makna bahwa kita harus percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Malaikat diciptakan dari cahaya (nur) yang diberi tugas oleh Allah dan
melaksanakan tugas-tugas tersebut sebagaimana perintah-Nya. Indikator dari
orang beriman adalah memiliki keyakinan yang kuat dalam hatinya bahwa di alam
semesta ini terdapat Malaikat dan keyakinan tersebut diucapkan melalui
lisannya. Wujud kongkrit dari iman tersebut adalah dibuktikan seorang
muslimdalam perbuatan sehari-harinya.
Sebagai orang yang beriman
kepada Allah, tentu akan beriman pula kepada paraMalaikat.Hal ini merupakan
konsekuensi logis karena Malaikat merupakan salah satuciptaan-Nya yang harus
diyakini eksistensinya dalam alam semesta ini.
Malaikat adalah ciptaan
Allah yang berasal dari cahaya (nur) dan senantiasamengabdi kepada Allah serta
tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Malaikat inimerupakan makhluk Allah
yang selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadamereka dengan penuh
ketaatan, bahkan malaikat juga bersujud kepada manusia, berbedadengan iblis
yang menentang perintah bersujud kepada manusia tersebut. Hal inidisebabkan
karena iblis diciptakan Allah dari api (naar).Malaikat adalah makhluk Allahyang
paling taat dan senantiasa menyembah serta bertasbih kepada Allah, seperti
dalamfirman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 19 dan 20 yang berbunyi
:
“Dan kepunyaan-Nya-lah segala
yang di langit dan di bumi dan Malaikat-Malaikat yang disisi-Nya, mereka tiada
mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) mereka letih. Mereka
selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
B.
Hukum
Beriman Kepada Malaikat
Hukum beriman kepada
malaikat yaitu fardu 'ain atau kewajiban yang dibebankan pada tiap muslim.
Terbukti, beriman kepada malaikat termasuk dalam rukun iman yang kedua. Jika
seorang muslim mengingkari keberadaan malaikat, disebut dalam surah An-Nisa
ayat 136 sebagai seseorang yang sesat. Allah SWT berfirman,
وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Artinya: "...Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh".
C.
Nama-nama dan Tugas
Malaikat
Jumlah malaikat Allah SWT.
Sangat banyak dan tidak dapat dihitung. Namun, hanya 10 nama Malaikat yang
wajib kita ketahui namanya, yaitu :
>Malaikat
Jibril Menyampaikan
Wahyu
>
Malaikat Mikail Membagikan
Rezeki
>
Malaikat Israfil Meniup
sangkakala
>
Malaikat Izrail Mencabut
nyawa
>
Malaikat Munkar Menanyakan
dalam kubur
>
Malaikat Nakir Menanyakan dalam kubur
>
Malaikat Raqib Mencatat
Amal Baik
>
Malaikat Atid Mencatat
Amal buruk
>
Malaikat Malik Menjaga
pintu neraka
>
Malaikat Ridwan Menjaga
pintu surga
D.
Sifat-
sifat Malaikat Allah
Yang Wajib
Diimani
dan Diteladani
Mengimani keberadaan
malaikat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. Hal ini ditegaskan Basyouni
(T.th., hlm. 7) bahwa seseorang tidak disebut beriman apabila dia tidak
mengimani malaikat Allah Swt. Sebagai salah satu rukun iman, iman kepada
malaikat Allah merupakan rukun yang ke-2 sebelum mengimani kitab-kitab Allah
Swt. Terkait dengan bukti-bukti ini, Basyouni (T.th., hlm. 8-9) mengatakan
bahwa keimanan kepada malaikat sebagai rukun iman yang ke-2 dapat dibuktikan
berdasarkan al-quran, sunnah, ‘ijma, dan logika. Allah Swt. telah menegaskan
hal ini melalui firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah (2): 98:
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya,
rasulrasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh
orangorang kafir.”
Berdasarkan logika, keimanan kepada malaikat Allah ini
diungkapkan Basyouni (T.th., hlm. 9) bahwa:
Al-quran menjelaskan bahwa
malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak pernah durhaka, tidak pernah maksiat
dan tidak pernah menentang Allah Swt. sebagaimana difirmankan Allah dalam QS.
Al-Anbiyaa (21): 26-27:
“Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu),
adalah hamba-hamba yang dimuliakan, (26) mereka itu tidak mendahuluiNya dengan
perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (27)
Sebagai hamba-hamba Allah
Swt. yang dimuliakan, malaikat memiliki nilainilai sifat, baik sifat khalqiyah
maupun sifat khuluqiyah yang sangat baik dihadapan Allah Swt. Nilai-nilai sifat
khalqiyah merupakan nilai-nilai sifat berupa bentuk atau wujud seperti yang
telah diuraikan di atas. Sedangkan nilai-nilai sifat khuluqiyah merupakan
sifat-sifat kebaikan, seperti ketaatan dan kedisiplinan, pengendalian diri, dan
tanggung jawab.
Nilai-nilai sifat malaikat inilah yang perlu
diyakini/diimani oleh setiap muslim, sekaligus sebagai sifat yang wajib
diteladani dalam kehidupan sehari-hari.[1]
1. Ketaatan dan kedisiplinan
Sikap ketaatan dan kedisiplinan ini semestinya men]adi
nilai panutan (qudwah) untuk diteladani oleh manusia. Seorang yang beriman
kepada malaikat, dengan pendekatan spiritualnya, akan senantiasa meneladani
sikap-sikap positif yang dicontohkan malaikat. Al-Andalusi (T.th., hlm. 312)
mengemukakan analisisnya tentang nilai-nilai kebaikan yang ada pada malaikat.
Malaikat pada umumnya memiliki karakter-karakter yang merupakan formulasi dari
seluruh nilainilai keutamaan (fadhail), yaitu:
v Malaikat memiliki kesempurnaan ilmu (al-ilm al-kamil).
v Malaikat adalah makhluk yang memiliki kesempurnaan
dalam hal penjagaan diri (iffah) dari nafsu syahwat. Karena itu mereka
dijadikan simbolisasi dalam pengendalian diri dari godaan nafsu.
v Malaikat adalah makhluk yang senantiasa, dan
selamanya, menghindari maksiat kepada Allah.
Selain
itu, sifat taat/patuh malaikat kepada apa yang diperintahkan Allah Swt. juga
ditunjukkan ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi
Adam as. yang ketika itu untuk pertama kalinya Allah Swt. menciptakan manusia,
sebagaimana diungkap dalam QS. Al-A’raaf (7): 11.
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami
katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka
mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”
Kepatuhan
para malaikat kepada Allah Swt. ini pun ditunjukkan dengan kehati-hatiannya
dalam memberikan syafaat kepada manusia, yakni hanya kepada mereka yang
diridlai Allah.Dengan memaknai bukti-bukti ketaatan malaikat kepada Allah Swt.
berdasarkan dalil-dalil tadi, aktualisasi dari keimanan kepada malaikat Allah
dapat diterapkan pada:
v Berbuat dan beramal sesuai dengan amal perbuatan
mereka, dengan merealisasikan ketaatan kepada Allah Swt. dan sedapat mungkin
meminimalkan kedurhakaan kepada-Nya.
v Meyakini keberadaan mereka sebagai makhluk ghaib.
v Berupaya menyesuaikan diri dengan sifat-sifat mereka
dan menjadikan mereka sebagai idealisme dalam kesempurnaan ilmu dan kebaikan
perilaku.
Urgensi
keteladanan kepada malaikat, dalam skala makro bertujuan membentuk manusia yang
bermoral dan berakhlak malaikat (adamiymalakiy), dan tidak menjadi manusia yang
bermoral dan berperilaku setan (adamiysyaithaniy).
2. Pengendalian diri dari perilaku negative
Krisis moral yang paling utama yang melanda diri
manusia secara umumsebenarnya adalah menipisnya keimanan kepada alam ghaib.
Kondisi ini menyebabkan manusia lepas kendali, bebas nilai, dan berbuat
seenaknya tanpa ada rasa bersalah. Kalaupun ada kendali, hal itu hanya sebatas
pada nilai-nilai yang dibuat sendiri dan bersifat relatif (nisbi). Manusia
hanya mempertimbangkan adanya pujian atau celaan dari manusia lain di
sekitarnya, tanpa mempertimbangkan apakah perilakunya itu baik atau buruk. Oleh
karenanya, agama mengajarkan agar manusia dapat terdidik untuk berbuat ikhlas
dan secara internal mengendalikan diri dari perbuatan buruk, baik yang
dilakukan secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.
Terkait dengan pengendalian diri ini, menurut Al-Mubarakfuri
(Harisah, 2004, hlm. 82) terdapat dua pengaruh besar terhadap hati manusia,
yaitu pengaruh negatif setan dan pengaruh positif malaikat. Setan berupaya
mempengaruhi dan menggoda hati manusia untuk berbuat kejahatan serta
mengingkari kebenaran-kebenaran agama. Adapun malaikat, ia senantiasa
mengimbangi pengaruh negatif tersebut dan mengalihkannya kepada kebaikan dan
penerimaan kebenaran-kebenaran agama. Seperti halnya yang diungkap dalam QS.
Huud (11): 73
“Para
malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?
(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai
ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
Dari ayat ini tampak jelas bahwa malaikat pada
hakikatnya senantiasa melakukan proses pendidikan sepanjang hidup (long-life
education) kepada manusia, yaitu dengan mengarahkan dan memberikan stimulasi
pada sisi-sisi kebaikan dalam hati manusia. Dengan demikian, orang yang beriman
merasakan adanya tuntunan dan kontrol melekat pada diri mereka, yang pada
hakikatnya berasal dari bisikan-bisikan (llham) malaikat.
3. Rasa tanggung jawab
Konsep
pendidikan Islam menempatkan nilai responsibilitas/rasa tanggung jawab
(syu'urbil mas'uliyyah) sebagai dasar sistem pendidikan rohaniah, dengan dasar
bahwa kesadaran akan adanya tanggung jawab yang tertanam dalam hati nurani
manusia memberikan pengaruh penting dalam pembinaan pribadi individu dan
masyarakat. Islam mendidik umatnya dengan menanamkan keyakinan bahwa setiap
perbuatan dan ucapan manusia diketahui oleh Allah Swt., dan mereka akan
bertanggung jawab atas segala hal tersebut.
Dalam konsep keimanan kepada malaikat, diyakini adanya
malaikat yang mendatangi dan menanyai setiap manusia dalam kubur. Manusia akan
dimintai pertanggungjawaban mereka atas apa yang mereka perbuat selama di
dunia, sebgaimana difirmankan Allah Swt. dalam QS. Az-Zalzalah (99): 6.
“Pada hari
itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.”
Keimanan ini mengandung nilai yang dapat dijadikan
dasar dalam menanamkan rasa tanggung jawab atas segala tindakan mereka,
sekaligus memberikan indoktrinasi bahwa setiap perbuatan, baik dan buruk, pasti
mendapat ganjaran. Dan balasan itu merupakan konsekuensi yang harus diterima
oleh setiap manusia. Dengan demikian, hal itu memberikan harapan bahwa
pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa, yang diwarnai oleh moral
keimanan, bukanlah suatu idealisme yang mustahil terwujud.
4.
Mensucikan
pujian kepada Allah Swt.
Para malaikat senantiasa mensucikan pujian
kepada Allah Swt. sebagai Rabb mereka dan memohon ampunan bagi manusia yang
berada di bumi. Mereka adalah mahluk yang paling ikhlas terhadap Bani Adam
(Al-Fauzan, 2010. hlm. 33). Sifat malaikat yang selalu mensucikan pujian kepada
Allah Swt. ini terungkap dalam QS. Ali Imran (3): 18.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa malaikat senantiasa
mengagungkan Allah SWT dengan memegang teguh pernyataan bahwasanya tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang menegakkan keadilan, Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
5. Senantiasa mengajak kepada kebajikan
Malaikat sebagai
utusan Allah Swt. yang selalu taat kepada-Nya, senantiasa menyeru manusia
kepada kebaikan. Mereka akan selalu mengingatkan manusia dengan berbagai cara
agar manusia tetap berada di jalan kebenaran yang haq seizin Allah Swt.,
termasuk dengan cara menyampaikan/menimpakan adzab Allah kepada mereka yang
dzalim seperti kisah kaum Nabi Lut as. sebagaimana diungkap dalam firman Allah
Swt. dalam QS. Huud (11): 81.
“Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth,
sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan
dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan
pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu
yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa adzab yang
menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di
waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?".
Pada ayat tersebut, malaikat memberikan
peringatan kepada penduduk Sodom (kaum Nabi Luth as.) atas kedzalimannya untuk
menyelamatkan orang-orang yang taat kepada Allah dengan menimpakan adzab atas
perintah Allah Swt.Bahkan, para malaikat itu senantiasa berdo’a memohonkan
ampunan kepada Allah bagi manusia agar manusia selalu berada di jalan
kebajikan, seperti diungkap dalam firman Allah Swt. (Qs. Al-Ahzab (33): 43).
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman.” [2]
6.
Senantiasa
berdzikir dan mengagungkan Allah
Malaikat adalah makhluk yang paling taat dan sangat
dimuliakan. Mereka tidak pernah dan tidak akan pernah sedikitpun ingkar kepada
Allah Swt. Selamanya, mereka senantiasa berdzikir dan memuji keagungan Allah.
Hal ini diungkap dalam firman-firman Allah Swt. seperti dalam QS. Al-Anbiyaa’
(21): 19:
“Dan
kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang
di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada
(pula) merasa letih.”
Kapanpun, para malaikat ini tidak pernah berhenti
bertasbih kepada Allah Swt. tanpa merasakan jemu dan bosan, sebagaimana
diungkap dalam QS. Fushshilat (41): 38.
“Jika
mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu
bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.”
Begitu pula dalam setiap ucapannya, malaikat
senantiasa mengagungkan Allah Swt., seperti diungkap dalam QS. Saba’ (34): 41.
“Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau.
Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin;
kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.”
E. Hikmah
Beriman kepada Malaikat
1.
Senantiasa patuh
menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi larangannya
2.
Senantiasa menolong, menjaga,
optimis, penuh semangat dantidak putus asa
3.
Senantiasa
berlombalomba dalam kebaikan
4.
Senantiasa
berhati-hati dalam berbicara dan bertindak
5.
Senantiasa melakukan
hal yang terbaik dalam rangka meningkatkan ketakwaan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iman
kepada malaikat adalah mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah
menciptakan malaikat yang diberi tugas untuk mengatur alam dan mengurus
perjalanan alam semesta dan tugas tertentu lainnya.
Hukum beriman kepada
malaikat yaitu fardu 'ain atau kewajiban yang dibebankan pada tiap muslim. Nama malaikat Allah yang dapat kita ketahui
yaitu :
Malaikat
Jibril (Menyampaikan Wahyu), Malaikat Mikail (Membagikan Rezeki), Malaikat Israfil (Meniup sangkakala), Malaikat Izrail (Mencabut nyawa), Malaikat Munkar (Menanyakan dalam kubur), Malaikat Nakir (Meniup sangkakala), Malaikat Raqib (Mencatat Amal Baik), Malaikat Atid (Mencatat
Amal buruk), Malaikat
Malik (Menjaga pintu neraka), Malaikat Ridwan (Menjaga pintu surga).
Sifat- sifat Malaikat Allah yang wajib diimani dan diteladani oleh setiap muslim yaitu
ketaatan dan kedisiplinan, pengendalian diri dari perilaku negative, rasa
tanggung jawab, mensucikan pujian kepada Allah Swt., senantiasa mengajak kepada
kebajikan, Senantiasa berdzikir dan mengagungkan Allah.
Hikmah beriman kepada Malaikat antara lain : Senantiasa patuh menjalankan
perintah Allah SWT, dan menjauhi larangannya,
senantiasa menolong, menjaga, optimis, penuh semangat
dan tidak
putus asa, senantiasa berlombalomba
dalam kebaikan, senantiasa
berhati-hati dalam berbicara dan bertindak,
senantiasa melakukan hal yang terbaik dalam rangka
meningkatkan ketakwaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim:2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar