Sabtu, 26 November 2022

MAKALAH STRATEGI-STRATEGI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana memilih dan menentukan strategi pembelajaran. Strategi belajar mengajar menentukan jenis interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran ini dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses pembelajaran dan mempercepat memahami isi pembelajaran, karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran. Diharapkan strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang kami buat adalah:

1.      Bagaimana strategi dalam pembelajaran?

2.      Bagaimana strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?

3.      Bagaimana strategi pembelajaran Ekspositori?

4.      Bagaimana strategi pembelajaran inkuiri?

5.      Bagaimana strategi pembelajaran berbasis masalah?

C.      Tujuan Masalah

1.    Menjelaskan strategi dalam belajar dan pembelajaran

2.    Menjelaskan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa

3.    Menjelaskan strategi pembelajaran ekspositori

4.    Menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri

5.    Menjelaskan strategi pembelajaran berbasis masalah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Strategi Belajar dan Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Syaiful Bahri Djamarah, mengartikan strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Beberapa ahli pendidikan, memberikan pengertian strategi pembelajaran dengan beragam, yaitu:

1.      Dewi Salma Prawiradilaga : strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam menentukan tehnik penyampaian pesan, penentuan metode, dan media, alur isi pelajaran, serta interaksi antara pengajar dan peserta didik.

2.      Wina Sanjaya : strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

3.      Made Wena : kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan peserta didik. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seniuntuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan peserta didik.

4.      Mansur Muslih : strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar.

5.      T. Takajoni : strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum yang dilakukan guru dan siswa dalam merealisasikan kegiatan belajar mengajaruntuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

6.      Sudirdja dan Siregar : strategi pembelajaran adalah usaha dalam menciptakan suatu kondisi tertentu dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya

7.      Miarso : strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan yang menyeluruh dalam sebuah sistem pembelajaran dalam bentuk pedoman dan kerangka kegiatan untuk mewujudkan tujuan umum pembelajaran.

8.      Kemp : strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Dari beberapa pengertian strategi pembelajaran, disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efisien.

B.       Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa

1.      Pengertian Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Siswa

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa berarti suatu perencanaan yang  berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan menggunakan pendekatan pada kegiatan atau aktivitas siswa. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi aktivitas siswa (PBAS).

2.      Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)

Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.

Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan kepada aktivitas sisiwa secara optimal, artinya pembelajaran menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya diam saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan memiliki kadar pembelajaran atau aktivitas yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti oleh aktivitas mental dan emosional.

Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa  juga menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Artinya, dalam pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa pembentukan siswa secara keseluruhan merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini  tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi olah sikap dan keterampilan, dan sebagainya.

Pendekatan pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi luhur, maka pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini merupakan pendekatan yang sangat cocok dikembangkan.

3.      Peran guru dalam implementasi Pembelajaran yang  Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)

Kekeliruan yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa peran guru semakin berkurang. Anggapan semacam ini tentu saja tidak tepat, sebab walaupun pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti mengakibatkan kurangnya peran dan tanggung jawab guru. Baik guru maupun siswa sama-sama harus berperan penuh, oleh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Adapun yang membedakannya hanya terletak pada tugas yang harus dikerjakan.  Dalam implementasi pembelajaran ini guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Dalam upaya itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, antara lain :

a.    Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya, tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru, akan tetapi diharapkan siswa pun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.

b.    Menyusun tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis  tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya.

c.    Memberikan informasi tentang kegiatan yang harus dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana pembelajaran, maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan.

d.   Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya. Guru perlu menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang beragam. Karena itu guru harus memiliki kontrol apalagi terhadap siswa yang dianggap lambat dalam belajar.

e.    Memberi motivasi, mendorong siswa untuk belajar melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.

f.     Membantu siswa dalam menarik kesimpulan. Dalam implementasi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajari.

Selain peran-peran diatas , masih banyak tugas yang menjadi tanggung jawab guru. Guru tidak hanya menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.

4.    Penerapan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan sebagainya. Keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara langsung  seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada juga yang tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Untuk dapat mengetahui apakah proses pembelajaran memiliki kadar pembelajaran dengan aktivitas siswa yang tinggi, sedang, rendah, dapat dilihat dari kriteria penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajarann, proses pembelajaran maupun dalam  mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa akan semakin tinggi.

a.       Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses perencanaan

·         Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.

·         Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.

·         Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.

·         Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.

b.      Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses pembelajaran

·         Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosinal maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

·         Siswa belajar secara langsung (experiential learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti mraba, merasakan, mengoperasikan dan sebagainya.

·         Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

·         Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

·         Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan,berusaha memecahkan masalah selama pembelajaran berlangsung.

·         Terjadinya interaksi multi arah, baik antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa.

c.       Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran

·         Adanya keteribatan siswa untuk menggevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

·         Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas tertentu.

·         Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yangg diperolehnya.

Dari ciri-ciri tersebut dapat ditentukan apakah proses pembelajaran yang diciptakan tinggi, sedang, atau rendah.

5.    Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS)

Keberhasilan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

a.    Guru

Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang menentukan keberhasilan penerapan PBAS, karena guru orang yang berhadapan langsung dengan sisiwa. Ada beberapa hal yang memengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari sudut guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan guru, dan pengalaman belajar mengajar.

a)   Kemampuan guru

Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat memengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan PBAS. Guru yang memeiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.

Kemampuan guru itu bukan hanya dalam tataran desain perencanaan pembelajaran. Dalam aspek perencanaan misalnya, guru dituntut untuk mampu mendesain perencanaan yang memungkinkan secara terbuka siswa dapat belajar sesuai minat dan bakatnya, seperti kemampuan menyusun dan menyajikan materi atau pengalaman belajar siswa, kemampuan untuk merancang desain pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kemampuan menentukan dan memanfaatkan media dan sumber belajar, serta kemampuan menentukan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran.

Kemampuan dalam proses pembelajaran berhubungan erat dengan bagaimana cara guru mengimplementasikan perencanaan pembelajaran, yang mencakup kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar dan keterampilan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dianggap mutakhir. Keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki, seperti keterampilan bertanya, keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memberikan pengutan (reinforcement), dan lain sebagainya. Sedangkan keterampilan mengembangkan model pembelajaran contohnya mengembangkan model inkuiri, discovery, model keterampilan proses, model pembelajaran, metode klinis, advance organize, dan sebagainya.

b)   Sikap profesional guru

Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesional selamanya akan berusaha untuuk mencapai hasil yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu, ia akan selalu belajar untuk menembah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan keterampilannya, misalnya dengan melacak berbagai sumber belajar melalui kegiatan membaca, mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti  seminar, diskusi, simposium dan lain-lain. Selain itu dapat juga melacak informasi dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi seperti televisi, radio, komputer dan internet. Penerapan PBAS sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa secara penuhdalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, akan sangat dipengaruhi oleh tingkat profesional guru. PBAS tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi rendah.

c)   Latar belakang pendidikan  dan pengalaman mengajar guru

Latar belakang pendidikan  dan pengalaman mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasi PBAS. Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak, pemahaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman tentang berbagai model dan metode pembelajaran. Demikian juga halnya dengan pengalaman mengajar. Guru yang telah mengalami jam terbang mengajar yang tinggi memungkinkan ia lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

b.    Sarana belajar

Keberhasilan implementasi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar yang meliputi ruang kelas, setting tempat duduk siswa,, media, dan sumber belajar.

a)    Ruang kelas

Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akn mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Demikian juga dengan penataan kelas. Kelas yang tidak ditata dengan rapi, tanpa ada gambar yang menyegarkan, ventilasi yang kurang memadai, yang akan membuat siswa lelah dan tidak bergairah dalam belajar.

b)   Media dan sumber belajar

Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa merupakan pendekatan yang menggunakan multimedia dan multimetode. Artinya, melalui pembelajaran tersebut siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai informasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Dari media elektronik seperti radio, televisi, video, komputer dan sebagainya. Oleh karena itu, keberhasilan penerapan pembelajaran ini akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar.

c.    Lingkungan belajar

Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS). Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil yang tersedia ; serta dimana lokasi sekolah itu berada. Apabila sekolah terletak didekat terminal atau pasar yang bising, misalnya, tentu akan memengaruhi kenyamanan anak dalam belajar.

Contoh lingkungan fisik yang lain yaitu, keadaan dan jumlah guru. Keadaan guru misalnya kesesuaian bidang studi yang melatarbelakangi pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diiberikannya. Seorang guru lulusan pendidikan teknik misalnya, akan mempengaruhi kinerjanya manakala ia mengajar bidang olahraga. Demikian juga halnya seseorang yang tidak pernah belajar ilmu keguruan tidak akan optimal manakala harus mengajar di depan kelas, bagaimanapun hebatnya kualitas orang tersebut.

Lingkungan psikologis diantaranya iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya, keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, antara guru dengan kepala sekolah, termasuk keharmonisan pihak sekolah dengan orang tua. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan usaha dari setiap orang yang terlibat. Oleh karena itu, tidak mungkin pembelajaran tersebut dapat diimplementasikan dengan sempurna manakala tidak terjadi hubungan yang baik antara semua pihak yang terlibat

6.      Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik Penerapannya Dalam Kegiatan Pembelajaran

Strategi pembelajaran sebagai suatu metode untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam penggunaannya tidak selalu cocok dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Oleh karenanya strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa.

a.       Kelebihan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa

Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa ini menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, yaitu bahwa ada keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, emosional juga aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.

Siswa berperan sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali dengan berbagai informasi, melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut dan mengaplikasikannya atau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dan menjadikan siswa adalah subjek yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan.

Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar. Yang lebih penting lagi bahwa peran guru adalah memfasilitasi agar siswa belajar.

Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa guru dan siswa sama-sama berperan sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya masing-masing.

Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam kegiatan perumusan tujuan pembelajaran dan pengambilan kesimpulan.

b.      Kekurangan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa aktif dan tidak aktifnya siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara langsung  seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada hal yang tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.

Keberhasilan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa sangat tergantung kepada apa yang dimiliki oleh guru seperti kemampuan guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru. Karena hal-hal tersebut yang sangat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan perannya sebagai penunjuk dan fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi siswanya untuk belajar. Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut dapat dipastikan proses kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.

7.    Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik sebagai sebuah strategi pembelajaran yang merupakan suatu perencanaan memiliki langkah-langkah pelaksanaannya. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran :

1)      Guru membuka kegiatan pembelajaran sebagai langkah awal prapembelajaran, dengan memberikan motivasi kepada siswa.

2)      Guru sedikit menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Kemudian siswa berdiskusi dan mencari sumber belajar dan alat pendukung yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai tersebut. Guru juga selalu memotivasi siswa untuk terus terlibat dan berpartisipasi dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Sehingga tidak hanya guru yang merumuskan tujuan pembelajaran, tetapi siswa juga ikut menentukan dan merumuskan tujuan pembelajaran.

3)      Guru membantu siswa mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan massalah tersebut ( menetapkan topic, tugas, jadwal dll).

4)      Guru dan siswa menyusun tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis  tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya

5)      Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai masalah yang sedang didiskusikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

6)      Guru mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran dan membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan penyelesaian tugas dan membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.

7)      Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang sedang dipelajari dan memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan sebagai partisipasi aktif siswa. Kemudian siswa bersama-sama dengan guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran tersebut.

C.      Strategi Pembelajaran Ekspositori

1.      Pengertian Hasil Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

2.      Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:

a.    Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

b.    Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

c.    Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa.

3.      Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru.

a.    Berorientasi pada Tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itu-lah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggu-nakan strategi ekspositori.

b.    Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disu-sun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komuni-kasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.

c.    Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
d.  Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlang-sung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.

4.      Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:

a.    Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antara-nya adalah:

1)   Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.

2)   Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.

3)   Bukalah file dalam otak siswa.

b.    Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4) menggunakan joke-joke yang menyegarkan.

c.    Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d.   Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyim-pulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

e.    Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

5.      Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

a.    Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki bebe-rapa keunggulan, di antaranya:

1)   Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

2)   Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

3)   Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

4)   Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

b.    Kelemahan

Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:

1)   Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.

2)   Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

3)   Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

4)   Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.

5)   Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang

6)   Siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

6.      Peranan Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Ekspositori

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, peranan guru dalam strategi pembelajaran ekspositori adalah :

a)      Penyusun program pembelajaran.

b)      Pemberi informasi yang benar.

c)      Pemberi fasilitas belajar yang baik.

d)     Pembimbing siswa dalam memperoleh informasi yang benar.

e)      Penilai pemerolehan informasi.

Sementara peranan siswa dalam strategi pembelajaran ekspsositori adalah :

a)      Pencari informasi yang benar.

b)      Pemakai media dan sumber yang benar.

c)      Menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian guru.

D.      Strategi Pembelajaran Inkuiri

1.      Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan atau pencarian, eksperimen atau penelitian secara mandiri untuk mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam model ini, peserta didik diarahkan agar dapat mencari tahu sendiri materi yang disajikan dalam pembelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan investigasi mandiri.

Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :

1)      Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

2)      Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

3)      Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :

1)      Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.

2)      Inkuiri berfokus pada hipotesis

3)      Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:

1)      Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.

2)      Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

3)      Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat

4)      Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas

5)      Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan

6)      Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

7)      Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :

1)        Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.

2)        Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3)        Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4)        Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan kemampuan berpikir.

5)        Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6)        Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa

2.      Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri

1)      strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2)      seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan de-mikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sum-ber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara gu-ru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik berta-nya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

3)      tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pem-belajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

3.      Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

1)      Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.

2)      Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3)      Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.

4)      Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5)      Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

4.      Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1)      Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a.       Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b.      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

c.       Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2)      Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3)      Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4)      Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5)      Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6)      Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :

1)   Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan social

2)   Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

3)   Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.

4)   Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.

5)   Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.

6)   Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes

7)   Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok

8)   Menilai proses kelompok.

5.      Jenis Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:

1)      Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh siswa.

2)      Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a.    Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,

b.    Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,

c.    Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,

d.   Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3)      Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

6.      Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri

1)      Keunggulan

a.       SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif kognitif,afektif dan psikomotor secara seimbang,sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b.      SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c.       SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.

d.      SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2)      Kelemahan

a.       SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

b.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar

c.       Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d.      Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

E.       Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

1.      Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Menurut pengertian lain pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dari proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah – masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecapakan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari – hari.

Menurut Bern dan Erickson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan informasi, dan mempresentasikan penemuan.

Dalam proses PBL, sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, pembelajar akan diberikan masalah – masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pembelajar. Dari masalah yang diberikan, pembelajar bekerjasama dalam kelompok, mencoba memecahkannnya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi – informasi baru yang relevan untuk solusinya.

Sedangkan tugas pendidik adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan pembelajar untuk dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan (hanya mengarahkan, bukan menunjukkan) dan juga sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran itu.

2.      Ciri dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah: Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya pembelajaran berbasis masalah adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.

Pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,dan akirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesakan masalah. pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

Ketiga, pemecahan masalah dilaukan dengan mengunaan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan mengunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah, Arends (1997) mengidentifikasikan 5 karakteristik sebagai berikut :

a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah

Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip–prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mngajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

b.      Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain

Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu–ilmus osial), masalah yang akan diselidiki telah terpilih benar–benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyakmata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam masalah pelajaran di teluk chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.

c.       Menyelidiki masalah autentik

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

d.      Memamerkan hasil kerja

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilakan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman–temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

e.       Kolaborasi

Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas–tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketermapilan berfikir.

3.      Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arends (1997 : 161), pengelolaan pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 langkah utama. Berikut kelima langkah tersebut :

a.       Mengorientasikan siswa pada masalah

Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah bukan untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan menjadi siswa yang mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah ini adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan menimbukan misteri sihingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada model pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswadan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas–tugas pelaporan. Pengorganisian siswa kedalam kelompok belajar pada pembelajaran berbasis masalah bisa menggunakan metode kooperatif learning.

c.       Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

1)        Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berfikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar.

2)        Guru mendorong pertukaran ide dan gagasan secara bebas, penerimaan sepenuhnya gagasan–gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting pada tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Pada tahap ini guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.

3)        Puncak proyek–proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan hasil kerja.

d.      Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai pemahaman siswa. Siswa secara mandiri atau kelompokmemberikan tanggapan atas hasil kerja temannya. Dalam hal ini guru mengarahkan, memberi tanggapan atas pendapat-pendapat yang yang diberikan oleh siswa

e.       Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berbasis pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

Di dalam buku lain juga terdapat langkah-langkah dalam melaksanakan strategi pembelajaran berbasis masalah antara lain :

a.       Merumuskan masalah yaitu lankah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

b.      Menganalisis masalah yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

c.       Merumuskan hipotesis yaitu langkah sisawa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai kemampuan yang dimilikinya.

d.      Mengumpulkan data yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e.       Pengujian hipotesis yaitu langkah siwa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

f.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

4.      Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajarn Berbasis Masalah

a.       Kelebihan dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

1)      Pemecahan masalah (problem Solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.

2)      Pemecahan masalah dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran siswa.

3)      Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

4)      Pemecahan maslah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5)      Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai oleh banyak siswa.

6)      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

b.      Kekurangan Dari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

1)      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2)      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan waktu cukup untuk persiapan.

3)      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka pelajari.

5.      Manfaat Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual.

Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku tetapi dari maslah yang ada disekitarnya. Manfaat dari metode pembelajaran ini antara lain :

a.       Realistis dengan kehidupan siswa.

b.      Konsep sesuai dengan kehidupan siswa.

c.       Memupuk sifat inquiry siswa.

d.      Memupuk kemampuan problem solving.

e.       Memotivasi peserta didik.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efisien.

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa berarti suatu perencanaan yang  berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan menggunakan pendekatan pada kegiatan atau aktivitas siswa. 

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Model pembelajaran inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan atau pencarian, eksperimen atau penelitian secara mandiri untuk mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

B.       Saran

Hendaknya seorang guru dapat mendesain proses pembelajaran dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang baik serta disesuaikan dengan sasaran dalam strategi pembelajaran, sehingga memperoleh kegiatan pembelajaran yang bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2012. Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Siswa. http://arifin-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/11/setrategipembelajaranyang_4.html?m=1. Diakses 27 Oktober 2022

AsikBelajar.Com,https://www.asikbelajar.com/strategi-pembelajaran-ekspositori/

AsikBelajar.Com,https://www.asikbelajar.com/strategi-pembelajaran-inkuiri/

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, ( Bandung: Revika Aditama, 2013), h.59

Lina Marlina, 2017. Makalah Belajar dan Pembelajaran Srategi, Model, Pendekatan, danTeknik.https://www.academia.edu/35644850/Makalah_Belajar_dan_Pembelajaran_Strategi_model_pendekatan_dan_teknik_docx. Diakses pada 27 Oktober 2022

Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang : UIN-Maliki Press, 2012), h.14

Syarifah Mushlihatun, 2016. Metode Pembelajran Inquiry. https://www.msyarifah.my.id/metode-pembelajaran-inquiry/. Diakses pada 27 Oktober 2022

Thabroni Gamal, 2021. Model Pembelajaran Inquiry Learning. https://serupa.id/model-pembelajaran-inquiry-learning-penjelasan-lengkap/. Diakses pada 27 Oktober 2022

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008).

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar