Rabu, 24 April 2019

MAKALAH TASAWUF TAWAKAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah

            Maqamat dalam Ilmu Tasawuf berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakannya. Disamping itu maqamat berarti jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah.
Tawakal dan yang seakar dengannya disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 70 kali dalam 31 surah, diantaranya surah Ali Imran (3) ayat 159 dan 173, an-Nisa (4) ayat 81, Hud (11) ayat 123, al-Furqan (25) ayat 58, dan an-Nam (27) ayat 79, semuanya mengacu kepada arti perwakilan dan penyerahan. Menurut Amin Syukur, tawakal ialah membebaskan hati dari ketergantungan kepada selain Allah SWT, dan menyerahkan segala keputusan hanya kepada-Nya (QS.Hud/11;123).[1]Tawakal merupakan salah satu ibadah hati yang paling utama dan salah satu dari berbagai akhlak iman yang agung.[2]Sebagaimana yang dikatakan Ghazali, tawakal berarti penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Pelindung karena segala sesuatu tidak keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya, sedangkan selain Allah tidak dapat membahayakan dan tidak dapat membermanfaat.[3]Tawakal merupakan tempat persinggahan yang paling luas dan umum kebergantungannya kepada Asma’ul Husna. Tawakal mempunyai kebergantungan secara khusus dengan keumuman perbuatan dan sifat-sifat Allah. Semua sifat Allah dijadikan gantungan tawakal. Maka siapa yang lebih banyak ma’rifatnya tentang Allah, maka tawakalnya juga lebih kuat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tawakal adalah penyerahan segala perkara, ikhtiar, dan usaha yang dilakukan kepada Allah SWT serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan kemaslahatan atau menolak kemudaratan. Menurut ajaran islam, tawakal itu adalah landasan atau tumpuan terakhir dalam sesuatu usaha atau perjuangan. Baru berserah diri kepada Allah setelah menjalankan ikhtiar.Itulah sebabnya meskipun tawakal diartikan sebagai penyerahan diri dan ikhtiar sepenuhnya kepada Allah SWT,namun bukan berarti orang yang bertawakal harus meninggalkan semua usaha dan ikhtiar. Menurut Amin Syukur, adalah keliru bila orang yang menganggap tawakal dengan memasrahkan segalanya kepada Allah SWT tanpa diiringi dengan usaha maksimal.Usaha dan ihktiar itu harus tetap dilakukan, sedangkan keputusan terakhir diserahkan kepada Allah SWT.
B.       Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian Tawakal ?
2.        Apa sumber Al-Qur’an dan Hadits tentang Tawakal?
3.        Apa saja rukun-rukun Tawakal ?
4.        Apa saja derajat-derajat Tawakal ?
5.        Apa saja manfaat Tawakal ?
6.        Apa saja macam-macam Tawakal ?
7.        Bagaimana contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal ?
8.        Apa hikmah tawakal ?

           










BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawakal
            Secara Etimologis Tawakal berasal dari kata wakalah atau wikalah yang berarti memperlihatkan ketidakmampuan dan bersandar atau pasrahkepada oang lain. Kata kerja asalnya adalah wakala yang kemudian lebih lazim memakai wazan tawakala tawakkalun yang berarti menyerahkan, menyandarkan, mewakilkan dan mempercayakan.
Dalam agama Islam , tawakal makna bersalin diri kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil pekerjaan, atau menunggu akibat dari keadaan.
Secara Terminologis Tawakal adalah sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinan yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar bahwa hanya Allah yang menciptakan segalanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini dengan menyerahkan keputusan kepada perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam.[4]
Sebagai sebuah istilah keagamaan, tawakal juga berarti membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan atas segala sesuatunya hanya kepada Allah. Tawakal meupakan perbuatan lahir dan batin menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Allah SWT dan menafikan segala sesuatu selain-Nya yang bisa dianggap sekutu. menyatakan tawakal, yaitu menyerahkan keputusan kepada perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam

Pendapat para ulama tentang tawakal
1.      Imam Al-Ghazali
Tawakal yakni sebagai penyandaran diri kepada Allah SWT sebagai satu-satunya al-wakili (tempat bersandar) dalam menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-Nya pada saat menghadapi kesukaran,teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa dan hati yang tentam.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam Q.S. Ibrahim: 12
 “Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah Padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri”.
2.      Syeikh Ahmad Faridh
Tawakal dalam pengertian, “benar dan lurusnya hati dalam pasrah dan berpegang teguh kepada Allah dalam mencari kemaslahatan dan kebaikakn, menolak kemudharatan yang menyangkut urusan dunia dan akhirat”.
3.      Al-Allamah Al-Manawi
Tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyadaran kepada Allah.
4.      H.Abdul Malik Karim Amrullah
Menurutnya pengakuan iman belum berarti kalau belum tiba dipuncak tawakal. Oleh sebab itu, apabila seoang mukmin telah bertawakal, berserah drii kepada Allah SWT, terlimpah dalam dirinya sifat aziz yakni terhormat dan mulia yang ada pada-Nya. Ia tidak takut lagi menghadapi maut. Selain itu terlimpah kepadanya pengetahuan Allah SWT. Dengan demikian,ia memperoleh berbagai ilaham dari Allah SWT.[5]
Ada dua fase penting dalam bertawakal kepada Allah SWT. Fase pertama adalah fase usaha atau kerja. Dalam fase ini, kita mesti mengikuti mekanisme alam(sunatullah). Fase kedua adalah fase ketika kita menunggu hasil. Disinilah kita harus berpasrah kepada Alaah dengan sepenuh hati, serta meyakinkan bahwa apa pun hasil dari upaya kita, itu semua tidak terlepas dari taufikdan kehendak Allah SWT.
            Dari berbagai definisi diatas harus dipahami dengan benar, bahwasanya jika kita salah mengartikannya makan akan terjadi kekeliruan. Bahwasanya tawakal yakni berserah diri sepenuhnya hanya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan yang tentunya disertai dengan doa dan usaha.
B. Al-Qur’an dan Hadits tentang Tawakal
Semua perintah  untuk bertawakkal, biasanya didahului oleh perintah untuk melakukan sesuatu  .Salah Satu firman Allah SWT :
فَإِذَاعَزَمْتَفَتَوَكَّلْ عَلَى اَلّلَهِ إِنَّ اللهَ يُحَبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن
“Kemudian kamu terus membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya ”. (QS. Ali Imran: 159)
 Dan salah satu hadist Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya:
Aku mendengar Umar ra berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sekiranya kalian bertawakal, niscaya Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan kosong perutnya dan kembali lagi dalam keadaan kenyang”. (H.R. Tarmidzi)
C. Rukun-Rukun Tawakal
Tawakal tidak akan didapati kecuali mengimani empat hal rukun tawakal, yakni :
1.      Beriman bahwa Al Wakil Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh si muwakkil (yang bertawakal).
2.      Beriman bahwa Al Wakil Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan muwakkil
3.      Beriman bahwa Dia tidak kikir .
4.      Beriman bahwa Dia memiliki cinta dan rahmat kepada muwakkil[6]
D.  Derajat-Derajat Tawakal
1.      Keyakinan kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya.
2.      Keadaanya pada Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Ia tidak mengenal selain ibunya dan hanya menangani ketergantungannya. Ia adalah pikiran pertama yang terlintas dihatinya.
3.       Kedudukan ini menuntut manusia untuk tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah SWT. Kerena kepercayaan pada kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya.Seperti pucatnya orang sakit, yang bisa terus berlangsung dan terkadang lenyap. Jika Anda katakan apakah hamba boleh merencanakan dan mengandalkan sebab-sebab.
Maka ketahuilah bahwa kedudukan kecil itu menolak kecepatan benar-benar berlangsung dalam keadaan itu. Kedudukan kedua penolakan, kecuali dari segi pengandalan untuk allah SWT dengan berdoa dan merengek seperti anak kecil yang hanya disebut ibunya.[7]
E.  Manfaat Tawakal
1.      Mewujudkan iman.
2.      Ketenangan jiwa dan rehat hati.
3.      Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal.
4.      Ada yang terkuat dalam mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudharat.
5.      Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
6.      Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan semangat para musuh.
7.      Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan.
8.      Mewariskan rezeki, rasa ridha dan mungkin dari kekuasaan syetan.
9.      Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
F.   Macam-Macam Tawakal
Tawakal dibagi menjadi dua macam, antara lain:
a.     Tawakal kepada Allah
Macam-macam Tawakal kepada Allah, yaitu:
a)      Yang pertama, Sebuah Tawakal kepada Allah dalam istiqamah dirinya dengan instruksiknya, pemurnian tauhid.
b)      Tawakal kepada Allah dalam penegakan agama Allah di muka bumi, menaggulangi kehancuran, melawan bid'ah, berijtihad melawan orang kafir, amar makruf nahi munkar.
c)      Tawakal kepada Allah dalam rangka untuk mendapatkan berbagai hal dan bagian duniawi atau dalam rangka menghindari berbagai hal yang tidak diharapkan dan berbagai musibah duniawi.
d)     Tawakal kepada Allah dalam rangka mendapatkan dosa dan kekejian.
b.      Tawakal kepada selain Allah
Bagian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a)      Sebuah tawakal Bernuansa Syirik
Ini juga terbagi menjadi dua:
Pertama , tawakal kepada selain Allah Ta'ala dalam hal yang tidak mampu mensulitkan selain Allah azza wa Jalla, "Seperti orang-orang yang bertawakal untuk orang-orang yang telah mati dan para thaghut dalam rangka memberikan penghiburan yang berupa pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan syafa di.
Kedua , tawakal kepada selain Allah berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui yang disebut oleh orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil.
b)      Perwakilan yang digunakan
Yaitu kompilasi seseorang mewakilkan pekerjaan yang dimampui kepada orang lain. Dengan demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa yang menjadi tututannya.[8]
G.  Contoh Prilaku Tawakkal / Ciri-ciri orang yang tawakal
1)      Selalu bersyukur manfaat dan bersabar jika tidak atau tidak ada apa pun yang diinginkannya.
2)      Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah.
3)      Tidak ada jalan dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu.
4)      Menyelamatkannya ke atas semua keepusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar sempurna.
5)      Menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya.
Dan sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita yakin bahwa segala sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi kita. Tiada keraguan sedikit pun di dalam hati, pikiran memiliki perasaan untuk menghindarinya, segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa pait dan pedih bagi kita, jika hal itu berasal dari-Nya, tentulah hal yang terbaik untuk kita. Inilah bentuk tawakal nyata.
Barang siapa brtawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya dan terlibat rezeki dari arah yang tidak bebas-duga. Allah Maha Kuasa untuk mengirimkan bantuan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, termasuk cara yang bagi manusia tidak masuk akal. Allah adalah satu-satunya tempat mengadu saat kita susah. Allah senantiasa mendengar pengaduan hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal, kejadian-kejadian di alam ini masih dalam koridor sunnatulah. Artinya, masih dapat diurai sebab musababnya. Hal ini bisa dilakukan untuk kita dan inovatif dalam kehidupan ini. [9]



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan

Tawakal tidak didapati kecuali apabila mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal, yaitu beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang diminta oleh orang yang bertawakal, beriman bahwa Allah Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan orang yang bertawakal, beriman bahwa Allah tidak kikir, beriman bahwa Allah memiliki cinta dan rahmat kepada orang yang bertawakal.
Derajat-derajat Tawakal ada tiga yaitu pertama keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya. Yang kedua keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Yang  seperti pucatnya orang sakit.
Manfaat bertawakal yaitu, memperjuangkan iman, mengambil ketenangan jiwa dan rehat hati, kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu bermanfaat bagi semua kebutuhan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat, mewariskan cinta Allah kepada sang hamba, mewariskan kekuatan hati, keberanian , keteguhan dan semangat para musuh, kebebasan rezeki, kemampuan dari kekuasaan syetan, dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Macam-macam tawakal ada dua yaitu, tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain Allah.Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu, selalu bersyukur manfaat dan bersabar jika tidak atau tidak ada apa pun yang diinginkannya, tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah, tidak meloloskan diri dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu, menyerahkan dirinya atas semua keepusan kepada Allah SWT setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna, menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya dan mencoba sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Daftar Pustaka

Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji , At-Tawakkal Alallah Ta'al, PT Darul Falah, Jakarta, 2006
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, Terj. Moh Solikhin, Pustaka Amani, Jakarta, 1995
Amin Syukur, Tasawuf Bagi orang Awam; menjawab problem kehidupan, Suara Merdeka bekerjasama dengan pustaka pelajar, Yogyakarta, 2006
Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990
Imam Khomeini,Insan Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan: Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi, Pustaka Zahra, Jakarta, 2004
Supriyanto,Tawakal Bukan Pasrah, QultumMedia, Jakarta, 2010
Yusuf Qardawi, Tawakal, Terj. Moh. Anwari, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1996




                [1] Amin Syukur, Tasawuf Bagi orang Awam; menjawab problem kehidupan, Suara Merdeka bekerjasama dengan pustaka pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm.97.
                [2] Yusuf Qardawi, Tawakal, Terj. Moh. Anwari, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1996, hlm.17.
                [3] Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, Terj. Moh Solikhin, Pustaka Amani, Jakarta, 1995, hlm. 290.

                [4] Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, hlm. 232-233.

                [5]Supriyatno;Tawakal Bukan Pasrah , Jakarta : Qultum Media,2010 hal 7-11
                [6]Imam Khomeini,Insan Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan: Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi, Pustaka Zahra, Jakarta, 2004 ,hal. 210

                [7]Imam Ghazali, Ihya 'Ulumuddin, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2004,hal. 247

                [8] Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji , At-Tawakkal Alallah Ta'al, PT Darul Falah, Jakarta, 2006, 191-194

                [9] Supriyanto,Tawakal Bukan Pasrah, QultumMedia, Jakarta, 2010, hal. 98-99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar