BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maqamat
dalam Ilmu Tasawuf berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan
apa yang telah diusahakannya. Disamping itu maqamat berarti jalan yang harus
ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah.
Tawakal dan yang seakar dengannya disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 70 kali
dalam 31 surah, diantaranya surah Ali Imran (3) ayat 159 dan 173, an-Nisa (4)
ayat 81, Hud (11) ayat 123, al-Furqan (25) ayat 58, dan an-Nam (27) ayat 79,
semuanya mengacu kepada arti perwakilan dan penyerahan. Menurut Amin Syukur,
tawakal ialah membebaskan hati dari ketergantungan kepada selain Allah SWT, dan
menyerahkan segala keputusan hanya kepada-Nya (QS.Hud/11;123).[1]Tawakal
merupakan salah satu ibadah hati yang paling utama dan salah satu dari berbagai
akhlak iman yang agung.[2]Sebagaimana
yang dikatakan Ghazali, tawakal berarti penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha
Pelindung karena segala sesuatu tidak keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya, sedangkan
selain Allah tidak dapat membahayakan dan tidak dapat membermanfaat.[3]Tawakal
merupakan tempat persinggahan yang paling luas dan umum kebergantungannya
kepada Asma’ul Husna. Tawakal mempunyai kebergantungan secara khusus dengan
keumuman perbuatan dan sifat-sifat Allah. Semua sifat Allah dijadikan gantungan
tawakal. Maka siapa yang lebih banyak ma’rifatnya tentang Allah, maka
tawakalnya juga lebih kuat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tawakal adalah penyerahan segala
perkara, ikhtiar, dan usaha yang dilakukan kepada Allah SWT serta berserah diri
sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan kemaslahatan atau menolak kemudaratan.
Menurut ajaran islam, tawakal itu adalah landasan atau tumpuan terakhir dalam
sesuatu usaha atau perjuangan. Baru berserah diri kepada Allah setelah
menjalankan ikhtiar.Itulah sebabnya meskipun tawakal diartikan sebagai
penyerahan diri dan ikhtiar sepenuhnya kepada Allah SWT,namun bukan berarti
orang yang bertawakal harus meninggalkan semua usaha dan ikhtiar. Menurut Amin
Syukur, adalah keliru bila orang yang menganggap tawakal dengan memasrahkan
segalanya kepada Allah SWT tanpa diiringi dengan usaha maksimal.Usaha dan
ihktiar itu harus tetap dilakukan, sedangkan keputusan terakhir diserahkan
kepada Allah SWT.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Tawakal ?
2.
Apa sumber Al-Qur’an dan Hadits tentang
Tawakal?
3.
Apa saja rukun-rukun Tawakal ?
4.
Apa saja derajat-derajat Tawakal ?
5.
Apa saja manfaat Tawakal ?
6.
Apa saja macam-macam Tawakal ?
7.
Bagaimana contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri
orang yang tawakal ?
8.
Apa hikmah tawakal ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tawakal
Secara Etimologis Tawakal berasal dari kata wakalah
atau wikalah yang berarti
memperlihatkan ketidakmampuan dan bersandar atau pasrahkepada oang lain. Kata
kerja asalnya adalah wakala yang
kemudian lebih lazim memakai wazan tawakala
tawakkalun yang berarti menyerahkan, menyandarkan, mewakilkan dan
mempercayakan.
Dalam agama Islam , tawakal makna bersalin
diri kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil pekerjaan, atau menunggu
akibat dari keadaan.
Secara Terminologis Tawakal adalah sikap
mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinan yang bulat kepada Allah, karena
di dalam tauhid ia diajari agar bahwa hanya Allah yang menciptakan segalanya,
pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini
dengan menyerahkan keputusan kepada perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan
semesta alam.[4]
Sebagai
sebuah istilah keagamaan, tawakal juga berarti membebaskan diri dari segala
ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan atas segala
sesuatunya hanya kepada Allah. Tawakal meupakan perbuatan lahir dan batin
menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Allah SWT dan menafikan
segala sesuatu selain-Nya yang bisa dianggap sekutu. menyatakan tawakal, yaitu
menyerahkan keputusan kepada perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta
alam
Pendapat
para ulama tentang tawakal
1.
Imam
Al-Ghazali
Tawakal
yakni sebagai penyandaran diri kepada Allah SWT sebagai satu-satunya al-wakili (tempat bersandar) dalam
menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-Nya pada saat menghadapi
kesukaran,teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa dan hati yang tentam.
Sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah dalam Q.S. Ibrahim: 12
“Mengapa Kami tidak akan
bertawakkal kepada Allah Padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada Kami, dan
Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan
kepada kami. dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu,
berserah diri”.
2.
Syeikh
Ahmad Faridh
Tawakal
dalam pengertian, “benar dan lurusnya hati dalam pasrah dan berpegang teguh
kepada Allah dalam mencari kemaslahatan dan kebaikakn, menolak kemudharatan
yang menyangkut urusan dunia dan akhirat”.
3.
Al-Allamah
Al-Manawi
Tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyadaran kepada Allah.
4.
H.Abdul
Malik Karim Amrullah
Menurutnya
pengakuan iman belum berarti kalau belum tiba dipuncak tawakal. Oleh sebab itu,
apabila seoang mukmin telah bertawakal, berserah drii kepada Allah SWT,
terlimpah dalam dirinya sifat aziz yakni terhormat dan mulia yang ada pada-Nya.
Ia tidak takut lagi menghadapi maut. Selain itu terlimpah kepadanya pengetahuan
Allah SWT. Dengan demikian,ia memperoleh berbagai ilaham dari Allah SWT.[5]
Ada dua fase penting dalam bertawakal kepada Allah SWT. Fase
pertama adalah fase usaha atau kerja. Dalam fase ini, kita mesti mengikuti
mekanisme alam(sunatullah). Fase kedua adalah fase ketika kita menunggu hasil.
Disinilah kita harus berpasrah kepada Alaah dengan sepenuh hati, serta
meyakinkan bahwa apa pun hasil dari upaya kita, itu semua tidak terlepas dari
taufikdan kehendak Allah SWT.
Dari berbagai
definisi diatas harus dipahami dengan benar, bahwasanya jika kita salah
mengartikannya makan akan terjadi kekeliruan. Bahwasanya tawakal yakni berserah
diri sepenuhnya hanya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil
suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan yang tentunya disertai
dengan doa dan usaha.
B. Al-Qur’an dan
Hadits tentang Tawakal
Semua perintah untuk bertawakkal, biasanya didahului oleh perintah
untuk melakukan sesuatu .Salah Satu firman Allah SWT
:
فَإِذَاعَزَمْتَفَتَوَكَّلْ
عَلَى اَلّلَهِ إِنَّ اللهَ يُحَبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن
“Kemudian kamu terus membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya ”. (QS. Ali Imran: 159)
Dan salah satu hadist Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya:
Aku mendengar Umar ra
berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sekiranya kalian bertawakal,
niscaya Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada
burung yang pergi dalam keadaan kosong perutnya dan kembali lagi dalam keadaan
kenyang”. (H.R. Tarmidzi)
C. Rukun-Rukun Tawakal
Tawakal tidak akan didapati kecuali mengimani empat hal
rukun tawakal, yakni :
1. Beriman bahwa Al Wakil Maha
Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh si muwakkil (yang bertawakal).
2. Beriman bahwa Al Wakil Maha Kuasa
dalam memenuhi kebutuhan muwakkil
3. Beriman bahwa Dia tidak kikir .
D.
Derajat-Derajat Tawakal
1. Keyakinan kepada Allah seperti
keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya,
perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya.
2. Keadaanya pada Allah SWT seperti
keadaan anak kecil kepada ibunya. Ia tidak mengenal
selain ibunya dan hanya menangani ketergantungannya. Ia adalah pikiran pertama
yang terlintas dihatinya.
3. Kedudukan ini menuntut manusia untuk tidak
berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah SWT. Kerena kepercayaan pada
kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya.Seperti pucatnya orang
sakit, yang bisa terus berlangsung dan terkadang lenyap. Jika Anda katakan
apakah hamba boleh merencanakan dan mengandalkan sebab-sebab.
Maka
ketahuilah bahwa kedudukan kecil itu menolak kecepatan benar-benar berlangsung
dalam keadaan itu. Kedudukan kedua penolakan, kecuali dari segi pengandalan
untuk allah SWT dengan berdoa dan merengek seperti anak kecil yang hanya
disebut ibunya.[7]
E. Manfaat Tawakal
1.
Mewujudkan iman.
2. Ketenangan jiwa dan rehat hati.
3. Kecukupan dari Allah segala
kebutuhan orang yang bertawakal.
4. Ada yang terkuat dalam
mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudharat.
5. Mewariskan cinta Allah kepada sang
hamba.
6. Mewariskan kekuatan hati,
keberanian, keteguhan dan semangat para musuh.
7. Mewariskan kesabaran, ketahanan,
kemenangan dan kekokohan.
8. Mewariskan rezeki, rasa ridha dan
mungkin dari kekuasaan syetan.
9. Sebab masuk surga tanpa hisab dan
tanpa adzab.
F. Macam-Macam Tawakal
Tawakal dibagi menjadi dua macam, antara lain:
a. Tawakal kepada Allah
Macam-macam Tawakal kepada Allah,
yaitu:
a) Yang pertama, Sebuah Tawakal
kepada Allah dalam istiqamah dirinya dengan instruksiknya, pemurnian tauhid.
b) Tawakal kepada Allah dalam
penegakan agama Allah di muka bumi, menaggulangi kehancuran, melawan bid'ah,
berijtihad melawan orang kafir, amar makruf nahi munkar.
c) Tawakal kepada Allah dalam rangka
untuk mendapatkan berbagai hal dan bagian duniawi atau dalam rangka menghindari
berbagai hal yang tidak diharapkan dan berbagai musibah duniawi.
d) Tawakal
kepada Allah dalam rangka mendapatkan dosa dan kekejian.
b.
Tawakal kepada selain Allah
Bagian ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a)
Sebuah tawakal Bernuansa
Syirik
Ini juga
terbagi menjadi dua:
Pertama ,
tawakal kepada selain Allah Ta'ala dalam hal yang tidak mampu mensulitkan
selain Allah azza wa Jalla, "Seperti orang-orang yang bertawakal untuk
orang-orang yang telah mati dan para thaghut dalam rangka memberikan
penghiburan yang berupa pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan syafa di.
Kedua ,
tawakal kepada selain Allah berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui yang
disebut oleh orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil.
b) Perwakilan
yang digunakan
Yaitu
kompilasi seseorang mewakilkan pekerjaan yang dimampui kepada orang lain.
Dengan demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa yang menjadi
tututannya.[8]
G. Contoh Prilaku Tawakkal / Ciri-ciri orang
yang tawakal
1) Selalu
bersyukur manfaat dan bersabar jika tidak atau tidak ada apa pun yang
diinginkannya.
2) Tidak pernah berkeluh kesah dan
gelisah.
3) Tidak ada jalan dan ikhtiar untuk
mencapai sesuatu.
4) Menyelamatkannya ke atas semua
keepusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar sempurna.
5) Menerima segala ketentuan Allah
dengan rido terhadap diri dan keadaannya.
Dan
sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita yakin bahwa segala sesuatu yang
datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi kita. Tiada keraguan sedikit
pun di dalam hati, pikiran memiliki perasaan untuk menghindarinya, segala
sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa pait dan pedih bagi kita,
jika hal itu berasal dari-Nya, tentulah hal yang terbaik untuk kita. Inilah bentuk
tawakal nyata.
Barang
siapa brtawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya dan terlibat rezeki
dari arah yang tidak bebas-duga. Allah Maha Kuasa untuk mengirimkan bantuan
kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, termasuk cara yang bagi manusia
tidak masuk akal. Allah adalah satu-satunya tempat mengadu saat kita susah.
Allah senantiasa mendengar pengaduan hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal,
kejadian-kejadian di alam ini masih dalam koridor sunnatulah. Artinya, masih
dapat diurai sebab musababnya. Hal ini bisa dilakukan untuk kita dan inovatif
dalam kehidupan ini. [9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tawakal tidak didapati kecuali
apabila mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal, yaitu beriman
bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang diminta oleh orang yang bertawakal,
beriman bahwa Allah Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan orang yang bertawakal,
beriman bahwa Allah tidak kikir, beriman bahwa Allah memiliki cinta dan rahmat
kepada orang yang bertawakal.
Derajat-derajat Tawakal ada tiga
yaitu pertama keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang
telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih
sayangnya. Yang kedua keadaanya terhadap Allah SWT seperti
keadaan anak kecil kepada ibunya. Yang seperti pucatnya orang sakit.
Manfaat
bertawakal yaitu, memperjuangkan iman, mengambil ketenangan jiwa dan rehat
hati, kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu bermanfaat
bagi semua kebutuhan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai
mudlarat, mewariskan cinta Allah kepada sang hamba, mewariskan kekuatan hati,
keberanian , keteguhan dan semangat para musuh, kebebasan rezeki, kemampuan
dari kekuasaan syetan, dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Macam-macam
tawakal ada dua yaitu, tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain
Allah.Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu, selalu bersyukur manfaat dan
bersabar jika tidak atau tidak ada apa pun yang diinginkannya, tidak pernah
berkeluh kesah dan gelisah, tidak meloloskan diri dan ikhtiar untuk mencapai
sesuatu, menyerahkan dirinya atas semua keepusan kepada Allah SWT setelah
melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna, menerima segala ketentuan Allah
dengan rido terhadap diri dan keadaannya dan mencoba sesuatu yang dapat
memberikan manfaat bagi orang lain.
Daftar Pustaka
Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji , At-Tawakkal Alallah Ta'al, PT Darul Falah, Jakarta, 2006
Abu Hamid Muhammad
al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, Terj. Moh Solikhin, Pustaka Amani,
Jakarta, 1995
Amin Syukur,
Tasawuf Bagi orang Awam; menjawab problem kehidupan, Suara Merdeka bekerjasama
dengan pustaka pelajar, Yogyakarta, 2006
Hamka,
Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990
Imam Khomeini,Insan Ilahiah; Menjadi Manusia
Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan: Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi,
Pustaka Zahra, Jakarta, 2004
Supriyanto,Tawakal
Bukan Pasrah, QultumMedia, Jakarta, 2010
Yusuf Qardawi,
Tawakal, Terj. Moh. Anwari, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1996
[3] Abu Hamid
Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, Terj. Moh Solikhin, Pustaka
Amani, Jakarta, 1995, hlm. 290.
[6]Imam
Khomeini,Insan Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan:
Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi, Pustaka Zahra, Jakarta, 2004 ,hal. 210
Tidak ada komentar:
Posting Komentar