BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dakwah
islam dalam bentuk tablīg adalah wilayah kajian ilmu dakwah yang memiliki tiga
ranah wilayah kajian dakwah. tiga bentuk tablīg ini yaitu khiṭābah (public
speaking), kitābah (kepenulisan), dan i’lām (penyiaran baik radio, televisi
ataupun perfileman).[1]
Dalam konteks penelitian ini mengkaji tentang teknik berpidato/khithaabah
sebagai bagian dari proses dakwah bil-lisān (tablīg) dengan tujuan untuk
menguasai teknik dan seni berpidato dalam penyampaian ajaran islam. Begitupun
kajian tentang mukadimah khotbah yang jarang dikaji secara mendetail.
1.1 Rumusan
Masalah
Dari lata belakang
di atas dan untuk memperjelas makalah yang di bahas maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini yaitu:
1.
Mempelajari tentang Analisis ilmu dakwah!
2.
Memahami tentang ilmu dakwah!
1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini untuk mempelajari dan memahami penjelasan tentang analisis ilmu dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komponen ilmu dakwah dan tabligh
Komponen
secara etimologi (lughatan), dalam bahasa Indonesia di artikan unsur, berarti
bagian yang utuh, secara terminology (istilahan) unsur adalah komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu kegiatan.
Komponen
atau unsur dakwah antara lain, da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi),
ushlub(metode), dan wasail(media). Semua unsur
ini saling keterkaitan satu sama lainnya.
a.
Da’I ( subjek dakwah ).
Da’i dalam ilmu
dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek
dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh
saja. Yang menjadi subyek dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang
berpendapat bahwa yang menjadi subyek dakwah itu selain manusia Allah S.W.T
sendiri.
b.
Mad'u (objek)
Menurut
terminologi, mad'u adalah orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jamaah
yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang da'i, baik mad'u itu orang dekat
atau jauh, muslim atau non muslim, laki-laki atau perempuan.
c. Maudu’u Dakwah ( objek dakwah ).
Objek dakwah
adalah orang-orang yang menjadi sasaran kegiatan dakwah. Secara umun dapat
dikatakan bahwa siapa saja yang mendapat seruan atau ajakan, panggilan atau
himbauan kepada kebaikan, meninggalkan kejahatan, atau kemungkaran maka mereka
adalah Maud`u.
d. Metode dakwah
Adapun yang
dimaksud dengan metode dakwah adalah cara atau jalan yang dilakukan dan
ditempuh oleh para dai dalam menyampaikan atau mendakwahkan ajaran Islam kepada
umat (almaduin) melalui proses-proses atau strategi tertentu.
e. Media Dakwah
Media dakwah
(wassailull al-da`a) ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang
menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi
dalam totaliteit dakwah.[2]
B.
Komponen disiplin pengembangan masyarakat Islam
Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan dengan
beberapa langkah. Berikut adalah tahapan pemberdayaan masyarakat yang dikutip
dari buku Pemberdayaan Masyarakat oleh Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E.
Nainggolan (2019:13).
1. Tahap Persiapan
Ada dua hal yang
perlu dikerjakan dalam tahapan ini, yakni penyiapan petugas tenaga pemberdayaan
oleh community worker dan penyiapan lapangan. Persiapan ini dilakukan agar
pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung dengan lancar.
2. Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian
atau assessment dapat dilakukan secara individual lewat kelompok-kelompok
masyarakat. Pada tahap ini, petugas mengidentifikasi masalah keputusan dan
sumber daya yang dimiliki klien. Ini dilakukan untuk menentukan sasaran
pemberdayaan yang tepat.
3.
Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Dalam tahapan
ini, petugas akan berperan sebagai exchange agent atau agen perubahan.
Masyarakat diharapkan bisa memikirkan beberapa alternatif program berikut
kelebihan dan kekurangannya. Nantinya, alternatif tersebut dipakai untuk
menentukan program yang paling efektif.
4. Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi
Pada tahap
pemfomalisasi, agen perubahan membantu kelompok untuk menentukan program yang
bisa mengatasi permasalahan. Petugas juga memfomalisasi gagasan tersebut ke
dalam tulisan, apabila ada kaitannya dengan pembuatan proposal pada penyandang
dana.
5.
Tahap Implementasi Program atau Kegiatan
Dalam tahap
implementasi, masyarakat harus memahami maksud, tujuan dan sasaran program
untuk menghindari kendala dalam implementasi program. Mereka juga harus bekerja
sama dengan petugas.
6.
Tahap Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan. Program
ini sebaiknya melibatkan warga untuk membangun komunitas pengawasan internal
dan komunikasi masyarakat yang lebih mandiri.
7. Tahap
Terminasi
Pada tahapan
terakhir, proyek harus berhenti. Sebab, masyarakat yang diberdayakan sudah
mampu mengubah kondisi yang sebelumnya buruk menjadi lebih baik. Dengan kata
lain, mereka sudah bisa menjamin kehidupan layak bagi diri sendiri dan
keluarga.
C. Komponen ilmu manajemen dakwah Islam
Kata manajemen berasal dari bahasa inggris,
management, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pemimpin, dan pengelolaan. Hal ini berarti suatu
proses yang diterapkan oleh individu
atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahas arab, istilah manajemen
diartikan sebagai an-nizam atau
at-tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu
pada tempatnya.[3]
Unsur-unsur Manajemen dakwah yang telah
dimiliki dakwah islam,yaitu :
1.
dakwah islam memiliki tujuan tertentu,
yaitu menyebarluaskan ketauhidan,
menyembah kepda Allah serta mensucikan manusia dari kemusyrikan.
2.
Memiliki orang-orang yang bertugas
menjalankan upaya untuk mencapai tujuan
tersebut.
3.
Terdapat seseorang yang memimpin tem
atau kelompok, pemimpin ini bertugas untuk mengatur dan membuat perencanaan
langkah-langkah
4.
Dakwah islam telah memiliki tempat pusat
kegiatan markas untuk berkumpul, berdiskusi untuk perencanaan dakwah.
5.
Manajemen juga mengandung arti proses
kegiatan. Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan dengan menggunakan
sumberdaya manusia (SDM) dan sumber daya lainnya. Proses tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.[4]
BAB
III
PENUTUP
A). Kesimpulan
Sebagaimana
lazimnya dalam pembahasan yang bersifat ilmiah, tidaklah pernah mencapai
kepuasan dan kesempurnaan. Masih banyak celah-celah dan kekuarangan-kekurangan
yang perlu dilengkapi. Demikian halnya dalam makalah ini. Satu yang diharapkan
bahwa dari uraian yang ringkas dan kurang memadai ini semoga ada manfaatnya
untuk dijadikan bahan kajian terutama dalam rangka pengembangan metodologi
penelitian ilmu dakwah.
B). Saran
Dengan
di susun nya makalah perkembangan ilmu
dakwah
kami mengharapkan pembaca dapat memahami tentang perkembangan ilmu dakwah dari
segi apapun, untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak dan lebih lengkap
tentang perkembangan ilmu dakwah ppembaca dapat membaca dan mempelajari
buku-buku tentang perkembangan ilmu dakwah. disini kami hanya menulis dan
membahas garis besar nya saja semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca,
karna keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya menyadari dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, saya mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang membangun, demi makalah selanjutnya yang sangat di
harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aep Kusnawan dkk., Dimensi Ilmu Dakwah, (Bandung:
Widya Padjajaran, 2009),
Hamzah
Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, Diponegoro, Bandung:
1986
M.
Munir, dkk, Managemen dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2009)
[1]
Aep Kusnawan dkk., Dimensi
Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 19-21.
[2] Hamzah Ya’cub,
Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, Diponegoro, Bandung: 1986, h.
47
[3]
M. Munir, dkk, Managemen
dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2009), hal. 9
[4]
M. Munir, dkk, Managemen
dakwah, hal, viii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar