BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring
berjalanya waktu, di era saat ini Perkembangan dunia Otomotif mengalami
perkembangan yang begitu cepat,dan hal yang paling menonjol perkembangannya
adalah bagian sistem yang berkaitan dengan kelistrikan.Hal ini terjadi karena
bagian ini mudah untuk dilakukan inovasi.Namun kemudhan ini bukan berarti bahwa
mempelajari sistem ini mudah, tapi justru
sebaliknya .Karena kelistrikan itu sesuatu yang tidak terlihat,sehingga dalam
mempelajarinya memerlukan riset terlebih dahulu,dan jika tidak melakukan riset
setidaknya pernah melakukan uji coba sederhana. Seorang sarjana teknik
mesin,harus memilik kemampuan dibidang ini. Karena mereka kedepannya merupakan
calon –calon pendidik dan bahkan tidak menutup kemungkinan akan bekerja di
perusahaan –perusahaan otomotif.dan apabila kemampuan ini tidak dimliki maka kita
akan tersingkirkan oleh lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lain.
Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai sistem pengapian, dimana sistem ini merupakan
sistem yang sangat penting ,karena tanpa sistem ini mobil tidak akan dapat
bergerak. Mobil bergerak karena ada proses pembakaran, pembakaran terjadi
karena ada suatu sistem yang membuat terjadinya proses pembakaran,dan sistem
tersebut adalah sistem pengapian .
B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1.
Memenuhi tugas mata kuliah motor
bakar
2.
Awal pembelajaran mengenai dunia
otomotif,karena tidak semua mahasiswa kelas otomotif mengetahui mengenai dunia
otomotif, Pembelajaran bagi penulis dalam menuangkan gagasan atau ilmu yang
dikuasi dalam bentuk tulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Ada tiga
sarat suatu pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan bakar, udara dan ada api. Api
dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan begitu saja, pasti ada sebab
kemunculannya. Untuk memunculkan api ini maka perlu dibuat suatu sistem yang
disebut sistem pengapian. Jadi sistem pengapian adalah suatu sistem yang
terdiri dari berbagai komponen yang memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai
sedemikian rupa sehinga menjadi memiliki satu fungsi yakni memercikan bunga
api.
B. FUNGSI
SISTEM PENGAPIAN
Sistem
pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran
bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu
pada akhir langkah kompresi. Permulaan pembakaran diperlukan karena, pada motor
bensin pembakaran tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran
bensin-udara yang dikompresikan terjadi di dalam silinder setelah busi
memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas
(eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB menjadi langkah usaha .Sedangkan
pada motor diesel udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga
menjadi sangat panas, dan bila bahan bakar disemprotkan ke dalam selinder akan
terbakar.
Agar
busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja
secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja
bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat
C.
CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN
Agar
sistem pengapian bisa berfungsi secara optimal, maka sistem pengapian harus memiliki
kriteria seperti di bawah ini:
1.
Percikan
Bunga Api Harus Kuat
Pada saat
campuran bensin-udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama yang
terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat sulit,
hal ini disebabkan udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan naik
pada saat dikompresikan. Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga
dapat membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi
Terjadinya percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi oleh
pembentukan tegangan induksi yang dihasilkan oleh sistem pengapian. Semakin
tinggi tegangan yang dihasilkan, maka bunga api yang dihasilkan bisa semakin
kuat. Namun secara garis besar agar diperoleh tegangan induksi yang
baik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a.
Pemakaian koil pengapian yang sesuai
b.
Pemakaian kondensor yang tepat
c.
Penyetelan saat pengapian yang
sesuai
d.
Penyetelan celah busi yang tepat
e.
Pemakaian tingkat panas busi yang
tepat
f.
Pemakaian kabel tegangan yang tepat
2. Saat Pengapian Harus Tepat
Untuk
memperoleh pembakaran, maka campuran bensin-udara yang paling tepat, maka saat
pengapian harus sesuai dan tidak statis pada titik tertentu, saat pengapian
harus dapat berubah mengikuti berbagai perubahan kondisi operasional mesin.
3.
Saat
Pengapian (Ignition Timing)
Saat
pengapian dari campuran bensin dan udara adalah saat terjadinya percikan bunga
api busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada akhir langkah
kompresi. Saat terjadinya percikan waktunya harus ditentukan dengan tepat
supaya dapat membakar dengan sempurna campuran bensin dan udara agar dicapai
energi maksimum
.
Gambar Batas TMA dan TMB piston
Setelah
campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu
bagi api untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh sebab itu akan terjadi
sedikit keterlambatan antara awal pembakaran dengan pencapaian tekanan
pembakaran maksimum. Dengan demikian, agar diperoleh output maksimum pada
engine dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi (sekitar 100
setelah TMA), periode perambatan api harus diperhitungkan pada saat
menentukan saat pengapian (ignition timing). Karena diperlukannya waktu untuk
perambatan api, maka campuran bahan bakar – udara harus sudah dibakar sebelum
TMA. Saat mulai terjadinya pembakaran campuran bahan bakar dan udara tersebut
disebut dengan saat pengapian (ignition timing). Agar saat pengapian
dapat disesuaikan dengan kecepatan, beban mesin dan lainnya diperlukan
peralatan untuk merubah (memajukan atau memundurkan) saat pengapian. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan vacuum advancer dan governor advancer
untuk pengapian konvensional. Dalam sepeda motor biasanya disebut dengan unit
pengatur saat pengapian otomatis atau ATU (Automatic Timing Unit). ATU akan
mengatur pemajuan saat pengapian. Pada sepeda motor dengan sistem pengapian
konvensional (menggunakan platina) ATU diatur secara mekanik sedangkan pada
sistem pengapian elektronik ATU diatur secara Elektronik.
4.
Sistem
Pengapian Harus Kuat dan Tahan
Sisem
pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada
ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan; harus tahan terhadap
getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh
sistem pengapian itu sendiri. Komponen-komponen sistem pengapian seperti koil
pengapian, kondensor, kabel busi (kabel tegangan tinggi) dan busi harus dibuat
sedemikan rupa sehingga tahan pada berbagai kondisi. Misalnya dengan naiknya
suhu di sekitar mesin, busi harus tetap tahan (tidak meleleh) agar bisa terus
memberikan loncatan bunga api yang baik. Oleh karena itu, pemilihan tipe busi
harus benar-benar tepat. Begitu pula dengan koil pengapian maupun kabel busi,
walaupun terjadi perubahan suhu yang cukup tinggi (misalnya karena mesin
bekerja pada putaran tinggi yang cukup lama), komponen tersebut harus mampu
menghasilkan dan menyalurkan tegangan tinggi (induksi) yang cukup. Pemilihan
tipe koil hendaknya tepat sesuai kondisi operasional sepeda motor yang
digunakan.
D.
Nama Komponen Dan Fungsinya
1.
Baterai (Accumulator)
Berfungsi untuk menyediakan arus listrik tegangan rendah (biasanya 12 volt)
untuk ignition coil.
Gambar 1 Baterai
2.
Kunci Kontak
Pada sistem pengapian, kunci kontak diperlukan untuk
memutus hubungkan rangkaian tegangan baterai ke koil pengapian terminal (15/IG/+) saat menghidupkan atau mematikan mesin.
Gambar Kunci kontak
Bila kunci
kontak posisi (On/IG/15), maka arus dari baterai akan mengalir ke terminal
positif (+/15) koil pengapian, maka tegangan primer sistem pengapian siap untuk
bekerja.
3.
Ignition Coil
Untuk
menghasilkan percikan, listrik harus melompat melewati celah udara yang
terdapat di antara dua elektroda pada busi. Karena udara merupakan isolator
(penghantar listrik yang jelek), tegangan yang sangat tinggi dibutuhkan untuk
mengatasi tahanan dari celah udara tersebut, juga untuk mengatasi sistem
itu sendiri dan seluruh komponen sistem pengapian lainnya. Koil pengapian
mengubah sumber tegangan rendah dari baterai atau koil sumber (12 V) menjadi
sumber tegangan tinggi (10 KV atau lebih) yang diperlukan untuk menghasilkan
loncatan bunga api yang kuat pada celah busi dalam sistem pengapian.
Pada koil
pengapian, kumparan primer dan sekunder digulung pada inti besi.
Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dari baterai
menjadi tegangan yang sangat tinggi melalui induksi elektromagnetik. Inti besi
(core) dikelilingi kumparan yang terbuat dari baja silicon tipis. Terdapat dua
kumparan yaitu sekunder dan primer di mana lilitan primer digulung oleh lilitan
sekunder. Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat (short circuit) maka
antara lapisan kumparan disekat dengan kertas khusus yang mempunyai tahanan
sekat yang tinggi. Ujung kumparan primer dihubungkan dengan terminal negatif
primer, sedangkan ujung yang lainnya dihubungkan dengan terminal positif
primer. Kumparan sekunder dihubungkan dengan cara serupa di mana salah satunya
dihubungkan dengan kumparan primer lewat (pada) terminal positif primer yang
lainnya dihubungkan dengan tegangan tinggi malalui suatu pagas dan keduanya
digulung.
Gambar Ignition Coil
Tipe Koil Pengapian
Terdapat
tiga tipe utama koil pengapian yang umum digunakan
pada sepeda
motor, yaitu:
a.
Tipe
Canister
Tipe ini
mempunyai inti besi di bagian tengahnya dan kumparan sekunder mengelilingi inti
besi tersebut. Kumparan primernya berada di sisi luar kumparan sekunder.
Keseluruhan komponen dirakit dalam satu rumah di logam canister. Kadang-kadang
canister diisi dengan oli (pelumas) untuk membantu meredam panas yang
dihasilkan koil. Kontsruksi tipe canister seperti terlihat pada gambar di bawah
ini.
b.
Tipe
Moulded
Tipe moulded
coil merupakan tipe yang sekarang umum digunakan. Pada tipe ini inti besi di
bagian tengahnya dikelilingi oleh kumparan primer, sedangkan kumparan sekunder
berada di sisi luarnya. Keseluruhan komponen dirakit kemudian dibungkus dalam
resin (damar) supaya tahan terhadap getaran yang biasanya ditemukan dalam
sepeda motor.
Tipe moulded
coil menjadi pilihan yang populer sebab konstruksinya yang tahan dan kuat. Pada
mesin multicylinder (silinder banyak) biasanya satu coil melayani dua busi
karena mempunyai dua kabel tegangan tinggi dari kumparan sekunder.
c.
Tipe Koil
gabungan (menyatu) dengan tutup busi (spark plug)
Tipe koil
ini merupakan tipe paling baru dan sering disebut sebagai koil
batang (stick coil). Ukuran besar dan beratnya lebih kecil dibanding tipe
moulded coil dan keuntungan palng besar adalah koil ini tidak memerlukan kabel
tegangan tinggi.
4. Contact Breaker (Platina)
Platina pada
sistem pengapian berfungsi untuk memutushubungkan tegangan baterai ke kumparan
primer. Platina bekerja seperti switch (saklar) yang menyalurkan supply listrik
ke kumparan primer koil dan memutuskan aliran listrik untuk menghasilkan
induksi. Pembukaan dan penutupan platina digerakkan secara mekanis oleh cam/nok
yang menekan bagian tumit dari platina pada interval waktu yang ditentukan.
Pada saat
poros berputar maka nok akan mendorong lengan platina kearah kontak membuka dan
selanjutnya apabila nok terus berputar lebih jauh maka platina akan kembali
pada posisi menutup demikian seterusnya. Pada waktu platina menutup, maka arus
mengalir ke rangkaian primer sehingga inti besi pada koil pengapian akan jadi
magnet. Saat platina membuka, maka kemagnetan inti besi akan hilang dengan
tibatiba. Kehilangan kemagnetan pada inti besi tersebut akan dapat
membangkitkan tegangan tinggi (induksi) pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi
akan disalurkan ke busi, sehingga timbul loncatan bunga api pada celah
elektroda busi untuk membakar campuran bensin dan udara pada akhir langkah
kompresi. Permukaan kontak platina dapat terbakar oleh percikan bunga api
tegangan tinggi yang dihasilkan oleh induksi diri pada kumparan primer, oleh
karena itu platina harus diperiksa dan diganti secara periodis. Karena platina
sangat penting untuk menentukan performa sistem pengapian (konvensional), maka
dalam pemeriksaannya perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut;
a.
Tahanan kontak platina
Oksidasi/kerak
kotoran yang terjadi pada permukaan permukaan platina akan semakin bertambah
dan semakin buruk sebanding umur pemakaiannya. Bertambahnya lapisan oksidasi membuat permukaanplatina semakin kasar/kotor
dan memperbesar tahanannya, sehingga aliran arus pada rangkaian primer koil
menjadi berkurang.
Faktor-faktor
di bawah ini menyebabkan tahanan kontak platina semakin bertambah, yaitu:
1)
Gemuk
Menempel pada Permukaan Celah Kontak
Jika bahan
ini melekat pada kontak platina, maka kontak akan bertambah hangus oleh
loncatan bunga api, sehingga menambah tahanan kontak. Oleh karena itu, pada
saat mengganti kontak platina harus diperhatikan agar oli atau gemuk tidak
menempel pada celah
kotak. Usahakan selalu membersih-kan celah kontak (air gap) saat akan melakukan pemasangan.
2)
Celah
Tumit Ebonit
Untuk menghindari
aus yang terlalu cepat, sebaiknya beri gemuk pada tumit ebonit tersebut. Jika
tumit ebonit aus dapat menyebabkan platina tidak bisa terbuka saat cam berputar
sehingga sehingga tidak akan terjadi loncatan bunga api dan mesin bisa mati.
3)
Sudut Dwell
Sudut
pengapian merupakan sudut yang diperlukan untuk satu kali pengapian pada satu
silinder motor. Di mana secara detail dapat diterangkan sebagai sudut putar
nok/cam saat platina mulai membuka sampai platina mulai membuka pada tonjolan
nok/kam berikutnya sudut dwell adalah lamanya posisi platina dalam keadaan
menutup. Oleh karena Dengan memperbesar celah platina sudut dwell menjadi
kecil, dan sebaliknya bila celah platina diperkecil maka sudut dwell akan
menjadi besar. Sudut dwell yang terlalu besar dapat menyebabkan kemungkinan
percikan busi pada sistem pengapian terlambat, putaran mesin kasar, tidak
optimalnya fungsi kondenser, dan sebagainya. Sedangkan sudut dwell yang terlalu
kecil, dapat menyebabkan kemungkinan percikan bunga api yang lemah/kecil, mesin
overheating (mesin teralu panas), performa mesin jelek dan sebagainya.
5.
Distributor
Fungsi distributor membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi ke setiap
busi sesuai dengan urutan pengapian (FO)
Gambar 4 Distributor
(www.hot-spark.com)
Bagian-bagian
distributor
a.
Cam (nok) berfungsi untuk membuka
breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros engkol) yang tepat pada
masing-masing selinder.
b.
Breaker point (platina) berfungsi untuk
memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer dari ignition
coil untuk menghasilkan arus tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara
induksi magnet listrik (eletromagnetic induction).
c.
Capasitor/kondensor berfungsi untuk
menyerap bunga api yang terjadi antara breaker point (pada platina) pada saat
membuka dengan tujuan untuk menaikan tegangan coil sekunder.
d.
Centrifugal Gavernor Advancer
berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai putaran mesin.
e.
Vacum Advancer berfungsi untuk memajukan
saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacun intake manifold).
f.
Rotor berfungsi untuk membagikan
arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh ignition coil ke tiap-tiap
busi.
g.
Distributor Cap berfungsi untuk
membagi-bagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan
tinggi untuk masing-masing selinder.
6. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Core)
Berfungsi untuk mengalirkan arus tegangan tinggi dari ignition coil ke
busi.
7. Busi
Tegangan
tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder koil pengapian, setelah melalui
rangkaian tegangan tinggi akan dikeluarkan diantara elektroda tengah (elektroda
positif) dan elektroda sisi (elektroda negatif) busi berupa percikan bunga api.
Tujuan
adanya busi dalam hal ini adalah untuk mengalirkan pulsa atau arus tegangan
tinggi dari tutup (terminal) busi ke bagian elektroda tengah ke elektroda sisi
melewati celah udara dan kemudian berakhir ke masa (ground).
Gambar busi
Busi
merupakan bagian (komponen) sistem pengapian yang bisa habis, dirancang untuk
melakukan tugas dalam waktu tertentu dan harus diganti dengan yang baru jika
busi sudah aus atau terkikis.
a.
Tipe-Tipe
Busi
Terdapat
beberapa macam tipe busi, diantaranya:
1)
Busi Tipe Standar (Standard Type)
Busi dengan
ujung elektroda tengah saja yang menonjol keluar dari diameter rumah yang
berulir (threaded section) disebut busi standar. Ujung insulator (nose
insulator) tetap berada di dalamnya (tidak menonjol).
Tipe busi
ini biasa-nya cocok untuk mesin-mesin dengan tahun pem-buatan lebih tua
b.
Busi Tipe
Resistor (Resistor Type)
Busi dengan
tipe resistor merupakan busi yang dibagian dalam elektroda tengah dekat daerah
loncatan api dipasangkan (disisipkan) sebuah resistor (sekitar 5 kilo ohm).
Tujuan pemasangan resistor tersebut adalah untuk memperlemah
gelombang-gelombang elektromagnet yang ditimbulkan oleh loncatan pengapian,
sehingga bisa mengurangi gangguan (interferensi) radio dan peralatan
telekomunikasi yang dipasang disekitarnya maupun yang dipasang pada mobil lain.
c.
Busi
dengan Elektroda yang Menonjol (Projected Nose Type)
Busi dengan
elektroda yang menonjol maksudnya adalah busi dengan ujung elektroda tengah dan
ujung insulator sama-sama menonjol keluar. Suhu elektroda akan lebih cepat naik
dibanding tipe busi standar karena busi tipe ini menonjol ke ruang bakar,
sehingga dapat membantu menjaga busi tetap bersih.Selain itu, pada putaran
mesin yang tinggi, efek pendinginan yangdatang dari campuran bahan bakar
(bensin) dan udara akan meningkat, sehingga dapat juga membantu menjaga busi beroperasi
dalam suhu kerjanya. Hal ini akan mempunyai kecenderungan mengurangi pre-ignition. Busi
tipe ini cocok untuk mesin-mesin modern namun tertentu saja. Oleh karena itu,
hindari penggunaan busi tipe ini pada mesin yang tidak direkomendasikan karena dapat
menyebabkan gangguan pada katup maupun
piston serta kerusakan mesin.
8.
Kondensor
Saat arus
primer mengalir akan terjadi hambatan pada arus tersebut, hal ini disebabkan
oleh induksi diri yang terjadi pada waktu arus mengalir pada kumparan primer. Induksi
diri tidak hanya terjadi pada waktu arus primer mengalir, akan tetapi juga pada
waktu arus primer diputuskan oleh platina saat mulai membuka. Pemutusan arus
primer yang tiba-tiba pada waktu platina membuka, menyebabkan bangkitnya
tegangan tinggi sekitar 500 V pada kumparan primer. Induksi diri tersebut,
menyebabkan sehingga arus prima tetap mengalir dalam bentuk bunga api pada
celah kontak. Hal ini terjadi karena gerakan pemutusan platina cenderung lebih
lambat dibanding gerakan aliran listrik yang ingin terus melanjutkan alirannya
ke masa/ground. Jika terjadi loncatan bungai api pada platina tersebut saat
platina mulai membuka, maka pemutusan arus primer tidak terjadi dengan cepat,
padahal tegangan yang dibangkitkan pada kumparan sekunder naik bila pemutusan
arus primer lebih cepat. Untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api pada
platina seperti percikan api pada busi, maka dipasang kondensor pada rangkaian
pengapian. Pada umumnya kondensor dipasang (dirangkai) secara paralel dengan
platina.
Dengan
adanya kondensor, maka induksi diri pada kumparan primer yang terjadi waktu
platina membuka, disimpan sementara pada kondensor, sekaligus akan mempercepat
pemutusan arus primer Kemampuan dari suatu kondensor ditunjukkan oleh seberapa
sebesar kapasitasnya. Kapasitas kondensor diukur am satuan mikro farad (μf),
misalnya kapasitor dengan kapasitas 0,22 μf atau 0,25 μf. Agar fungsi kondensor
bisa benar-benar mencegah terbakarnya platina karena adanya loncatan bunga api
pada paltina tersebut, maka kapasitas kondensor harus sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
E. Pemeliharaan
1.
Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan
Sistem Pengapian
Komponen-komponen
pengapian otomotif itu komplek dan seringkali rapuh, karenanya selalu
berhati-hati pada waktu melakukan prosedur servis. Gagal dalam menjalankan
pedoman servis dapat mengakibatkan kerusakan system yang sangat
merugikan. Beberapa
macam servis mengharuskan system pengapian energi tinggi dan system pengisian
bahan bakar tidak diaktifkan.
Amati prosedur yang dianjurkan
berikut.
Penanganan yang tidak tepat dapat
mengakibatkan:
a.
Kecelakaan atau kematian
b.
Kebakaran kendaraan
c.
Kerusakan engine
d.
Kerusakan komponen elektronik.
2.
Pencegahan
Bila
kendaraan mempunyai sistem bahan bakar elektronik komputernya mempunyai memori
yang memuat informasi diagnosa dalam bentuk kode. Melepaskan hubungan terminal
baterai dapat menghapus kode tsb. Bila system bahan bakar rusak, pastikan
kerusakannya dengan menggunakan kode sebelum melepaskan baterai mobil.
a.
Memori dapat disusun kembali setelah
beberapa urutan menghidupkan mobill.
b.
Pelepasan baterai dapat mempengaruhi
jam, radio dan memori.
3.
Pemeriksaan Pendahuluan Sistem
Pengapian
Untuk setiap kesalahan pengapian pemeriksaan visual pendahuluan harus dilakukan
dahulu sebelum melakukan prosedur diagnosa kerusakan yang lebih luas.
a.
Periksalah semua pemasangan kawat
listrik bila terbakar, isolasinya rusak atau terminal-terminalnya longgar.
b.
Periksalah kabel bertegangan tinggi
bila terbakar atau isolasinya rusak dan terminal-terminalnya berkarat.
c.
Periksalah koil pengapian bila rusak
atau olinya bocor.
d.
Periksalah distributornya bila
sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar, generator sinyal rusak atau
porosnya aus.
e.
Periksalah tutup distributor dan
rotor bila retak, korosi atau elektroda-elektrodanya terbakar.
f.
Periksalah busi bila isolasinya
rusak atau ada tanda-tanda korslet.
4. Alat ukur
sistem pengapian
a.
Multimeter Digital
Multimeter digital disarankan oleh pabrik pembuat
komponen dan kendaraan untuk digunakan pada rangkaian dan peralatan elektronik.
Volt, amper dan ohmmeter digunakan untuk menguji kondisi rangkaian, nilai dan
keterpakaian komponen. Fungsi multimeter digital lainnya seperti pemeriksa
dioda dan frekuensi meter dapat digunakan untuk mendiagnosa system pengapian
dan keterpakaian komponen.
b. Fungsi frekuensi mampu mengukur:
1)
Ketersediaan output generator
sinyal.
2)
Frekuensi output generator sinyal
dibandingkan dengan variable lain yang sudah diketahui seperti putaran mesin.
3)
Input dan output dari unit
pengendali system pengapian elektronik.
Fungsi penguji dioda dapat digunakan untuk memeriksa keterpakaian:
4)
Dioda pelindung Kejutan Listrik pada
system.
5)
Dioda operasi system.
6)
Keterpakaian transistor daya.
7)
Kontinuitas rangkaian.
DwellMeter
Pengertian sudut dwell mengacu pada sudut permutaran
distributor selama kontak point tertutup. Sudut dwell harus diatur dengan benar
sesuai spesifikasi pabrik, kalau tidak kerja system akan terganggu. Jika sudut
dwell terlalu kecil (celah kontak point terlalu besar) koil pengapian mungkin
tidak mendapat cukup waktu untuk membangkitkan medan magnit, yang akan
menghasilkan tegangan sekunder yang lemah. Jika sudut dwell terlalu besar (
celah kontak point terlalu kecil ) tegangan induksi primeir akan melompat
diantara celah kontak point, bukannya mengisi kapasitor, collapsenya medan
magnet pada coil menjadi lambat yang akan mengakibatkan tegangan scunder
menjadi rendah.
Keausan poros distributor atau mekanisme advancer dapat diidentifikasi dengan
cara menaikkan putaran mesin atau memberikan kevacuuman yang berbeda pada unit
vacuum dan mencatat variasi sudut dwell yang terbaca. Distributor yang memiliki
perbedaan lebih dari 20 perlu diperbaiki.
Pengoperasian Dwell Meter
Sambungan meter listrik biasanya ke terminal negatif
coil pengapian dan massa. Skala arus harus dipilih sesuai jenis dan jumlah
silinder. Hidupkan engine dan perhatikan pembacaan meter. Bila diperlukan stel
celah kontak point. Periksa kembali pembacaan dwell meter.
Catatan:
a)
Selalu ikuti petunjuk penggunaan
bila menggunakan dwell meter dimana sambungan setiap meter dapat berbeda pada
berbagai engine.
b)
Sudut dwell pada system pengapian
elektronik sudah tertentu dan tidak dapat distel.
c.
Timing Light
Timing light
digunakan untuk memeriksa dan menyetel saat pengapian sesuai dengan sudut putar
poros engkol dimana secara langsung berhubungan dengan posisi piston Begitu
saat pengapian disetel, selanjutnya akan dikendalikan oleh system pengatur
pegapian mekanik, vacuum atau elektronik. Timing light yang digunakan bersamaan
dengan meter pengatur pengapian memastikan system pemajuan pengapian bekerja
sesuai dengan spesifikasi pabrik.
5. Pengetesan
Komponen Sistem Pengapian
Pengetesan Coil Pengapian
a.
Pengecekan Lilitan Primer
Pemeriksaan resistensi harus dilakukan utnuk mengetes
lilitan primeir. Untuk mengetes lilitan primeir, baca ohm meter dengan
menggunakan AVO METER, hubungkan pada kedua terminal primeir, dan bacaannya
secara akurat dicatat Bacaan tersebut harus cocok dengan spesifikasi
pabrik.
Contoh:
Koil 12V – 2,5 sampai 3 Ohm
Koil Ballast – 1,5 sampai 2 Ohm
Koil Hei – 0,8 sampai 1 Ohm.
Bacaan yang benar akan menunjukkan
bahwa baik rangkaian dan faktanya tidak ada yang korslet.
1)
Coil Lilitan Sekunder
Untuk mengetes lilitan sekunder maka test resistansi
harus dilakukan pada lilitan sekunder. Ohmmeter (Diatur pada salah satu rentang
yang tinggi) dihubungkan diantara outlet tegangan tinggi dan salah satu dari
terminal primer. Pabrik menentukan rentang resistansi dimana nilai sekundernya
berada pengaturan umum dari nilai-nilai tersebut berada diantara 9.000 dan
12.000 ohm.Bacaan yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan
menunjukkan baik rangkaian yang lengkap dengan hubungan yang baik pada lilitan
primer, maupun lilitan-lilitan tidak korslet bersamaan.
2)
Pengecekan Massa Isolasi
Untuk mengecek kesalahan pemassaan satu seri test lamp
(lampu pengetes) dihubungkan diantara satu dari terminal primer dan wadah logam
coil. Lampunya tidak boleh menyala. Bila menyala, coilnya rusak dan harus
diganti.
3)
Pengujian Output
Test out put scunder harus juga diterapkan pada coil
menghubungkannya pada mesin pengetes yang dapat menghasilkan arus yang
terganggu. Dengan menghubungkan outlet tegangan tinggi koil ke celah percikan
bunga api yang berubah-ubah, ‘ukuran’ maksimum percikan bunga api (atau enerji
yang tersedia) yang dapat diproduksi, dapat diukur. Hal tersebut harus
dibandingkan dengan coil yang baru, lebih kurang 13 mm.
Catatan: Pengujian ini harus dilakukan pada temperatur kerja koil.
Catatan penting: Alat uji coil pengapian berdaya tinggi.
Alat uji output coil pengapian tidak boleh digunakan untuk menguji coil
pengapian yang berenerji tinggi yang dirancang untuk system pengapian
elektronik
4)
Pengetesan Kondensor Pengapian
Ada tiga pengetesan yang harus dilakukan terhadap
kondensor.
Kebocoran, untuk memastikan arus tidak bocor melalui bahan penyekat dielektrik. Kapasitas, untuk memeriksa keadaan plat untuk memastikan kondensor
mempunyai kapasitas untuk menyimpan semua enerji listrik.
Resistansi seri, untuk memeriksa sambungan kabel kondensor ke plat. Alat ukur condensor otomotif harus digunakan sesuai dengan kondisi aslinya,
menyediakan tegangan dan siklus pengisian yang mensimulasikan kerjanya pada
engine
6. Pengetesan
Kontak Point
Kontak point pengapian memerlukan perawatan yang
tinggi dan penting dalam system pengapian, jika ada keragu-raguan pada kontak
point segeralah ganti
a.
Periksa permukaan kontak point,
warna abu-abu menujukkan pemakaian normal, permukaan yang berwarna biru tua
terbakar menunjukka salah satu dari:
1)
Celah terlalu kecil.
2)
Kondensor rusak
3)
Lilitan koil
rusak.
b.
Pemeriksaan lainnya
1)
Kekuatan pegas.
2)
Kabel listrik dan sambungan.
3)
Celah kontak point.
4)
Keausan poros cam distriburtor.
7.
Pengetesan Ballast Resistor
Ballast resistor diperiksa dengan menggunakan
ohmmeter, dua kali yaitu saat engine masih dingin dan pada temperatur
kerja. Gunakan spesifikasi pabrik saat menguji keterpakaian ballast
resistor.
8.
Pengetesan Kabel Tegangan Tinggi dan
Tutup Distributor
Resistansi kabel tegangan tinggi dan tutup distributor
diperiksa dengan menggunakan ohmmeter. Rentang nilai resistansi
kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 – 25 K ohm, tergantung
panjangnya. Kabel yang diidentifikasi mempunyai resitansi tinggi harus dilepas
dari distributor. Terminalnya harus dilepas, periksa dan uji kembali jika
terdapat permasalahan karat. Tutup distributor harus diperiksa secara visual
untuk mengetahui keretakan, terminal yang berkarat atau rusak.
9.
Pengetesan Kapasitor
Penguji kapasitor harus digunakan
untuk menentukan:
a.
Kapasitas kapasitor
b.
Resistansi atau kebocoran
insulator
c.
Resistansi seri
d.
Hubungan singkat atau ke massa
e.
Hubungan singkat internal
rangkaian.
Untuk mengecek kapasitor dengan pengujian:
f.
Hubungkan salah satu kabel alat uji
ke kabel kapasitor
g.
Hubungkan ujung lainnya ke badan
kapasitor.
h.
Hidupkan alat uji.
i.
Putar tombol penguji ke arah ‘
capacity’
j.
Perhatikan pembacaan alat ukur dan
bandingkan dengan spesififkasi pabrik.
k.
Putar tombol
penguji ke arah ‘leakage’.
l.
Perhatikan pembacaan alat ukur.
Penunjukan jarum harus di luar garis merah.
m.
Putar tombol penguji ke arah ‘series
resistance’.
n.
Perhatikan pembacaan alat ukur.
Penunjukan jarum harus di dalam garis merah.
Catatan:
Hubungan singkat ke massa atau hubungan singkat di dalam rangkaian akan
terdeteksi dengan salah satu pengujian ini. Kapasitor dapat diuji dengan
menggunakan alat uji osiloskop.
10.
Pengetesan Pembangkit PulsaUntuk
mengetest pembangkit pulsa pada distributor pengapian elektronik
a.
Gunakan ohmmeter dan aturlah pada
rentang terrendah.
b.
Masukkan setiap kabel ke kabel
tegangan tinggi dari pembangkit pulsa.
c.
Periksa pembacaan meter dan
bandingkan dengan spesifikasi pabrik
GambarModul Pengendali Pengapian Elektronik Karena tidak ada cara yang umum
dalam pemeriksaan kotak pemicu, disarankan mengikuti petunjuk yang dijelaskan
oleh pabrik. Instrumen pengujian yang digunakan adalah:
a.
Ohmmeter.
b.
Voltmeter.
c.
Pada beberapa kasus, baterai kering
1,5 V.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem
pengapian merupakan sistem yang sangat penting dalam dunia otomotif sehingga
mempelajarinya merupakan keharusan. Beberpa hal yang harus diketahui dari
sistem pengapian diantaranya:
1.
Cara kerja sistem pengapian
2.
Nama komponen sistem pengapian
3.
Fungsi komponen sistem pengapian
4.
Pemeliharaan sistem pengapian
5.
Gangguan-gangguan yang terjadi dalam
sistem pengapian, penyebab serta perbaikannya
B.
SARAN
Pelajarilah
sistem pengapian lebih dalam karena sistem ini perkembangannya sangat pesat di
bandingkan dengan sistem yang lain pada kendaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar