BUDIDAYA IKAN KONSUMSI
( IKAN LELE )
1. Lingkungan Hidup dan Masa Perkawinan
Lele
Walaupun kita sudah dapat mengetahui
teknik pembudidayaan lele, akan tetapi itu tidak optimal. Kesalahan dalam
pengolahan dapat berakibat buruk dalam kelangsungan usaha kita membudidayakan
ikan lele.
a. Klasifikasi
Dalam klasifikasi, ikan lele
termasuk famili Clariide, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk
kepala gepeng dan mempunyai alat pernafasan tambahan. Adapun sistematika dan
klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata (bangsa
hewan bertulang belakang)
Kelas : Pisces
(bernafas dengan insang)
Sub Kelas : Tekstol
(ikan yang bertulan keras)
Ordo : Ostariophysi
(ikan yang rongka perus bagian atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan
keseimbangan yaitu disebut tulang weber).
Sub Ordo : Silurodea (ikan
yang bentuk tubuhnya panjang tidak bersisik dan licin).
Genus : Clarias
Spesies : Clarias
Sp
b. Penyebaran
ikan lele
Ikan lele banyak ditemukan di benua
Afrika dan Asia Tenggara. Penyebutan nama ikan lele di berbagai negara
berbeda-beda yaitu :
·
Di Malaysia
disebut Keli
·
Di Thailand
disebut Plamond
·
Di Jepang
disebut Catre Tang
·
Di Afrika
disebut Mali
·
Di Srilanka
disebut Gura Magura
·
Di Inggris
disebut Ct Fish
c. Anatomi an
Morfologi
Secara umum ikan lele memiliki tubuh
licin berlendir, tidak bersisik, bersungut dan berkumis.
2. Perkembangbiakan
Lele di alam memijah pada awal musim
penghujan. Rangsangan memijahnya di alam berhubungan erat dengan bertambahnya
volume air yang biasanya terjadi saat musim hujan, serta ketersediaan jasad
renik (pakan alami), lele terangsang memijah setelah turun hujan lebat dan
munculnya bau tanah yang cukup menyengat (bau ampo) akibatnya tanah kering
terkena hujan juga. Karena terjadi peningkatan kedalaman air, lele suka mijah
di tempat teduh dan terlindungi. Lele berkembang biak secara ovipar
(eksternal).
Pada pembenihan lele lokal di kolam
dapat dengan dua cara yaitu secara perpasangan dan secara masal, lele lokal
biasanya akan setia pada pasangannya yaitu dengan cara meletakkan satu lele
jantan dan betina dalam satu kolam. Dengan lele jantan atau betina yang siap
memijah, lele akan bergantian untuk menjaga telurnya. Lele yang dibudidayakan
dapat dikawinkan sepanjang tahun asalkan dikelola dengan baik.
Rangsangan yang dilakukan tidak digunakan
dengan menggunakan harman tapi dengan menjernihkan kolam, menjemur dan
mengisinya dan menimbulkan bau ampa. Bau itulah yang merangsang induk ikan
untuk memijah. Pemijahan bisa dilakukan sore atau malam hari, setelah pada hari
kakaban akan dipenuhi telur. Selanjutnya kakaban dipindahkan ke wadah penetasan
baru untuk ditetaskan sampai berukuran benih waktu yang diperlukan untuk
menetas sekitar 24 – 40 jam. Larva yang berumur 1 – 9 hari masih memperoleh
pakan dari kuning telur yang masih melekat di bagian perunya. Maka larva
selanjutnya disebut cacing sutra. Berikut adalan beberapa jenis lele unggul :
a)
Lele Dumbo
Jenis lele yang banyak dibudidayakan
dan dijumapi di pasaran saat ini. Sementara lele lokal sudah jarang ditemukan
karena pertumbuhannya lambat dibandingkan lele dumbo. Perbedaan lele dumbo dan
lokal ukuran lele Dumbo lebih besar dari lele lokal. Perbandingan tingkat
pertumbuhan lele dumbo dan lele lokal umur 2 hari. Lele dumbo 1,2 – 39,
sedangkan lele lokal 0,2 – 29. Umur seminggu lele Dumbo 10 – 159, sedangkan
lele lokal 1 – 159.
b)
Lele
Sangkuriang
Salah satu varietas unggulan dumbo
adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang merupakan perkawinan antara lele
dumbo betina F2 dengan lele dumbo jantan F6 menghasilkan lele dumbo jantan F2 –
6. Lalu dikawinkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan
lele sangkuriang. Hasil uji coba dan penelitian terbukti lele jenis sangkuriang
lebih unggul dari jenis lele dumbo. Namun lele sangkuriang masih langka
dipasaran.
c)
Lele Pithon
Lele pithon merupakan hasil
perkawinan antara induk betina lele eks Thailand dengan lele dumbo jantan F6. Keunggulannya
lele pihton lebih cepat pertumbuhannya, tingkat kelulusan hidup tinggi dan
relatif tahan terhadap serangan penyakit.
3. Habitat dan Tingkah Laku
Habitat atau lingkungan hidup lele
banyak ditemukan pada perairan air tawar di daerah dataran rendah yang sedikit
payau seperti bekas tambak. Daerah ini banyak warga pantura jawa, seperti
Kendal Jawa Barat banyak digunakan untuk pembesaran ikan lele Dumbo. Di alam
ikan lele banyak tinggal di sungai-sungai yang alirannya mengalir secara
perlahan dan banyak juga hidup di daerah waduk, telaga, rawa, serta genangan
air tawar lainnya, seperti kolam dan lainnya. Karena ikan lele menyukai air
yang tenang, seperti daerah tepian yang dangkal dan terlindungi. Ikan lele
memiliki kebiasaan membuat lubang di tepian sungai atau kolam.
Lele jarang-jarang menampakkan
aktivitasnya pada siang hari, lele lebih menyukai tempat yang gelap dan teduh
juga dalam. Karena lele hewan nakturnal yaitu mempunyai kecenderungan
beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele
memilih bersembunyi di dalam tempat yang gelap. Ikan lele relatif dapat
bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan oksigennya sangat sedikit.
Namun, pertumbuhan ikan lele bakal lebih cepa tdan sehat dipelihara dari sumber
air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air
sumur.
4. Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di
dasar perairan atau kolam. Lele adalah hewan karnivora (pemakan daging). Di
habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik
serangga, kutu air, dll. Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak
mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein
nabati pertumbuhannya lambat. Lele merupakan hewan yang suka memakan jenisnya
sendiri (kanibalisme) jika lele kekurangan makan. Oleh karena itu jangan sampai
terlambat memberi makan sifat kanibalisme juga timbula karena perbedaan ukuran.
5. Persiapan Induk
Induk betina harus dipelihara secara
terpisah pada kolam tersendiri dengan induk jantan. Kolam khusus ini bertujuan
mempercepat proses kematangan Gonad. Penyimpangan induk yang telah dikawinkan,
serta mempermudah dalam pengelolaan, pengontrolan dan menghindarkan terjadinya
pemijahan diluar kehendak pemelihara. Ciri-ciri induk lele betina dan jantan
siap pijah.
Ciri-ciri induk jantan dan betina
Induk Betina |
Induk Jantan |
1) Perut membesar / buncit dan terasa
lembek jika diraba. 2) Pergerakannya lambat dan jinak. 3) Alat kelamin bulat, berwarna
kemerahan dan tampak bengkak. 4) Warna tubuh berubah menjadi coklat
kemerahan. 5) Jika perut diurut kadang-kadang
keluar cairan berwarna kuning tua. |
1) Alat kelaminnya memerah. 2) Alat kelamin tampak jelas dan
meruncing. 3) Tubuh ramping dan gerakannya
lincah. 4) Ada perubahan warna kulit menjadi
coklat kemerahan. |
6. Pemberokan
Pemberokan adalah tahapan dalam
pemijahan yang dilakukan secara dipuaskan saat induk ikan selesai diseleksi dan
sebelum dipijahkan 1 – 2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina harus di
wadah terpidah.
Fungsi pemberokan adalah
menghilangkan stress pada saat ditangkap. Selain itu mengurangi kandungan lemak
dalam gonad dan meyakinkan hasil seleksi induk betina.
Setelah diberok kematangan induk
lele betina diperiksa kembalik, apabila perut induk betina menjadi kempes,
berarti buncit karena adanya pakan bukan karena adanya telur.
7. Pembenihan dan Cara Pemijahan
Pembenihan adalah usaha untuk
menghasilkan benih ikan (lele) pada ukuran tertentu. Untuk menunjang proses
pembenihan lele dibutuhkan kolam pemijahan, bak penetasan dan kolam pendederan.
Berikut ini beberapa macam alternatif wadah / kolam pemijahan, penetasan telur,
dan pendederan yang dapat digunakan oleh para pembudidaya.
a. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan merupakan kolam
khusus bagi induk yang akan memijah. Pemijahan adalah proses pertemuan induk
jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk
jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel
telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah
dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan
lele (Budi, 1993).
Adapun kolam yang digunakan untuk
memijahkan ikan lele yaitu bak semen, bak terpal plastik dan fiberglass.
·
Bak Semen
Ukuran bak pemijahan untuk satu
pasang induk lele yang akan dipijahkan yaitu 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m.
Sebelum digunakan, bak pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan. Selanjutnya
bak diisi dengan air yang jernih dan bersihg setinggi 40 – 50 cm.
·
Bak Terpal
Plastik
Pengadaan terpal lebihmudah
dibandingkan dengan pembuatan bak semen. Cara pembuatannya dengan menyusun
sejumlah bata atau Batako disekeliling pinggiran plastik. Ukuran bak terpal untuk
pemijahan yaitu lebar 1 m, panjang 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran tersebut
digunakan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan.
·
Faberglass
Ukuran faberglass untuk pemijahan
lele, yaitu 1 m x 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran bak tersebut dapat digunakan
untuk pemijahan satu pasang induk lele. Bak Fiberglass tergolong praktis karena
lokasinya bisa dipindah-pindahkan, tetapi harganya masih terlalu mahal.
·
Bak
Penetasan
Wadah penetasan telur lele dapat
berupa aquarium, bak semen, bak terpal plastik, dan fiberglass yang dilengkapi
dengan generator untuk menyuplai oksigen terlarut. Tetapi pada obyek peternakan
lele yang kami teliti menggunakan bak semen yang ukuran bak penetasannya 1 m x
2 m dengan tinggi bak 0,8 m.
b. Pemindahan
Cara
pemindahan :
·
Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi
air 10-20 cm.
·
Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau
ember yang diisi dengan air di sarang. Samakan suhu pada kedua kolam
·
Pindahkan benih dari sarang ke
wadah penampungan dengan cawan atau piring.
·
Pindahkan benih dari penampungan ke kolam
pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap
tingginya suhu air.
c. Pendederan Lele
Adalah pembesaran hingga berukuran
siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam
pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari
plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress.
Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam
pendederan ini (Budi, 1993).
d. Manajemen
Pakan Lele
Pelet
Pakan anakan lele berupa :
·
Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu
air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4
hari.
·
Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari.
Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
·
Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian
pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan
(dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan
tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan
vitamin dalam jumlah yang optimal.
e. Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat
dinilai secara fisik :
·
Air harus bersih
·
Berwarna hijau cerah
·
Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
Ukuran kualitas air secara
kimia :
·
Bebas senyawa beracun seperti
amoniak
·
Mempunyai suhu optimal (22 – 26
0C).
Untuk
menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian
pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral
penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan
menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan,
menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang.
Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di
siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru
atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah
25 g/100m2 (Komar, 1981).
f. Manajemen
Kesehatan
Pada
dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai
ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak
disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang
jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa
protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain.
Maka dalam
menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah
penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal
itulah,peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan
lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan
yang sesuai (Komar, 1981).
Penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati
dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur.
Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga
harus sesuai.
8. Penebaran dan Pemanenan
a. Penebaran Benih
Benih lele sudah dapat didederkan di
bak atau tempat terbuka setelah benih berumur 3 minggu. Saat penebaran benih
ikan ketinggian air kolam sekitar 20 – 30 cm, karena benih masih kecil. Cara
penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada berisi benih
lele dan diletakkan pelan-pelan, setelah itu benih merasa beradaptasi, benih
akan lepas dengan sendirinya. Kepadatan benih berkisar 300 – 600 ekor / m2.
Setelah benih berada di dalam kolam,
benih lele diberi pakan palet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal
40 % (Charoen Pokphand Kode 581). Setelah benih agak besar, pemberian
pakan berupa palet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein 38 % kode
FF 999. Semakin besar ukuran tubuh dan bukaan mulut. Semakin besar ukuran
pakan, frekuensi pemberian pakan lele yang masih kecil yaitu 4 – 5 kali sehari,
yaitu pagi, siang, sore dan malam hari.
Untuk menghasilkan benih sampai
berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada
kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus
dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele (Rahmat.
1991). Terdapat 3
sistem pembenihan lele yang dikenal, yaitu :
·
Sistem Massal.
Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu
kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini
induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang
pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari
pasangannya.
·
Sistem
Pasangan.
Dilakukan
dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus.
Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara
kedua induk.
·
Pembenihan
Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan
dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan
ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk
keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus
dari jenis lele.
b. Pemanenan Benih
Lama pendederan benih lele untuk
menghasilkan benih lele siap terbar (ukurang 5 – 7 cm / ekor) sekitar 5 – 6
minggu. Pemanenan benih bisa dilakukan sore atau pagi hari sewaktu suhunya
tidak terlalu panas. Cara pemanenan dengan mengurangi air pelan-pelan hingga
air berada pada kemalir. Air pelan-pelan disurutkan hingga air akan mengumpul
pada kubangan dekat pintu pengeluaran. Pemanenan dilakukan dengan secara
bertahap dengan menggunakan seser halus. Usahakan benih lele tidak luka. Pada
saat pemanenan benih berukuran berkisar 5 – 7 cm / ekor.
c. Cara Panen Lele Hasil Pembesaran
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan:
a.
Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila
dikehendaki, sewaktuwaktu dapat dipanen.
b.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
supaya lele tidak terlalu kepanasan.
c.
Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan
ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh
atau jaring.
d.
Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di
dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau
amisnya hilang.
e.
Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup
satu kali.
Pembersihan :
·
Setelah ikan
lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
·
Kolam dibersihkan dengan cara
menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding
kolam sampai rata.
·
Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin
40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
·
Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan
atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk
membunuh penyakit yang ada di kolam.
Cara memanen lele ukuran konsumsi
tergantung sistem kolam. Jika di kolam semen umumnya menggunakan model pipa
goyang atau sistem sipon. Mekanisme kerja seperti sistem pipa U. sistem ini
mempermudah penggantian air, pipa tersebut dari paralon dengan diameter 3 – 4
inchi. Digunakan untuk mengatur ketinggian air saat pemeliharaan serta sebagai
saluran pembuangan air saat pemanenan.
Tahap-tahapnya :
1)
Cabut pipa
paralon yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar untuk pengurasan.
2)
Pasang
saringan atau kasa kawat pada ujung paralon bagian dalam saluran pembuangan
agar lele tidak ikut arus.
3)
Hentikan
pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 – 30 cm.
4)
Ambil lele
dengan menggunakan jaring / seser.
5)
Masukkan
lele ke dalam ember krak (ember berlubang).
6)
Angkat dan
masukkan ke ember penampungan.
7)
Sortir
kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan (8 – 12 ekor / kg), kemudian
timbang dan masukkan ke wadah pengangkutan.
8)
Pelihara
kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar.
9)
Jadikan lele
berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat pemancingan.
d. Kiat Agribisnis Lele
Pasar dan bisnis usaha lele memang
luar biasa besar. Hal ini terlihat dengan menjamurnya usaha warung pecel lele.
Namun, keinginan yang demikian tinggi untuk agrobisnis lele seringkali tidak
dibarengi dengan suatu strategi yang tepat. Tidak jarang modal yang telah
ditanamkan habis dan bahkan menambahkan utang yang tidak sedikit. Kesuksesan
suatu usaha agrobisnis perikanan memerlukan pengetahuan yang mendalam dan
komprehensif antar segi teknis dan non teknis dalam budidaya lele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar