Senin, 01 November 2021

BUDAYA IKAN KONSUMSI ( IKAN LELE )

 

BUDIDAYA IKAN KONSUMSI

( IKAN LELE )

 

 

1.      Lingkungan Hidup dan Masa Perkawinan Lele

Walaupun kita sudah dapat mengetahui teknik pembudidayaan lele, akan tetapi itu tidak optimal. Kesalahan dalam pengolahan dapat berakibat buruk dalam kelangsungan usaha kita membudidayakan ikan lele.

a.      Klasifikasi

Dalam klasifikasi, ikan lele termasuk famili Clariide, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala gepeng dan mempunyai alat pernafasan tambahan. Adapun sistematika dan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Filum              Chordata (bangsa hewan bertulang belakang)

Kelas              :  Pisces (bernafas dengan insang)

Sub Kelas      :  Tekstol (ikan yang bertulan keras)

Ordo               :  Ostariophysi (ikan yang rongka perus bagian atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yaitu disebut tulang weber).

Sub Ordo       : Silurodea (ikan yang bentuk tubuhnya panjang tidak bersisik dan licin).

Genus             :  Clarias

Spesies           :  Clarias Sp

b.      Penyebaran ikan lele

Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia Tenggara. Penyebutan nama ikan lele di berbagai negara berbeda-beda yaitu :

·        Di Malaysia disebut Keli

·        Di Thailand disebut Plamond

·        Di Jepang disebut Catre Tang

·        Di Afrika disebut Mali

·        Di Srilanka disebut Gura Magura

·        Di Inggris disebut Ct Fish

c.      Anatomi an Morfologi

Secara umum ikan lele memiliki tubuh licin berlendir, tidak bersisik, bersungut dan berkumis.

 

2.      Perkembangbiakan

Lele di alam memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan memijahnya di alam berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang biasanya terjadi saat musim hujan, serta ketersediaan jasad renik (pakan alami), lele terangsang memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah yang cukup menyengat (bau ampo) akibatnya tanah kering terkena hujan juga. Karena terjadi peningkatan kedalaman air, lele suka mijah di tempat teduh dan terlindungi. Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal).

Pada pembenihan lele lokal di kolam dapat dengan dua cara yaitu secara perpasangan dan secara masal, lele lokal biasanya akan setia pada pasangannya yaitu dengan cara meletakkan satu lele jantan dan betina dalam satu kolam. Dengan lele jantan atau betina yang siap memijah, lele akan bergantian untuk menjaga telurnya. Lele yang dibudidayakan dapat dikawinkan sepanjang tahun asalkan dikelola dengan baik.

Rangsangan yang dilakukan tidak digunakan dengan menggunakan harman tapi dengan menjernihkan kolam, menjemur dan mengisinya dan menimbulkan bau ampa. Bau itulah yang merangsang induk ikan untuk memijah. Pemijahan bisa dilakukan sore atau malam hari, setelah pada hari kakaban akan dipenuhi telur. Selanjutnya kakaban dipindahkan ke wadah penetasan baru untuk ditetaskan sampai berukuran benih waktu yang diperlukan untuk menetas sekitar 24 – 40 jam. Larva yang berumur 1 – 9 hari masih memperoleh pakan dari kuning telur yang masih melekat di bagian perunya. Maka larva selanjutnya disebut cacing sutra. Berikut adalan beberapa jenis lele unggul :

a)     Lele Dumbo

Jenis lele yang banyak dibudidayakan dan dijumapi di pasaran saat ini. Sementara lele lokal sudah jarang ditemukan karena pertumbuhannya lambat dibandingkan lele dumbo. Perbedaan lele dumbo dan lokal ukuran lele Dumbo lebih besar dari lele lokal. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele lokal umur 2 hari. Lele dumbo 1,2 – 39, sedangkan lele lokal 0,2 – 29. Umur seminggu lele Dumbo 10 – 159, sedangkan lele lokal 1 – 159.

b)     Lele Sangkuriang

Salah satu varietas unggulan dumbo adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang merupakan perkawinan antara lele dumbo betina F2 dengan lele dumbo jantan F6 menghasilkan lele dumbo jantan F2 – 6. Lalu dikawinkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Hasil uji coba dan penelitian terbukti lele jenis sangkuriang lebih unggul dari jenis lele dumbo. Namun lele sangkuriang masih langka dipasaran.

c)     Lele Pithon

Lele pithon merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele eks Thailand dengan lele dumbo jantan F6. Keunggulannya lele pihton lebih cepat pertumbuhannya, tingkat kelulusan hidup tinggi dan relatif tahan terhadap serangan penyakit.

 

3.      Habitat dan Tingkah Laku

Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan pada perairan air tawar di daerah dataran rendah yang sedikit payau seperti bekas tambak. Daerah ini banyak warga pantura jawa, seperti Kendal Jawa Barat banyak digunakan untuk pembesaran ikan lele Dumbo. Di alam ikan lele banyak tinggal di sungai-sungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan banyak juga hidup di daerah waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya, seperti kolam dan lainnya. Karena ikan lele menyukai air yang tenang, seperti daerah tepian yang dangkal dan terlindungi. Ikan lele memiliki kebiasaan membuat lubang di tepian sungai atau kolam.

Lele jarang-jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari, lele lebih menyukai tempat yang gelap dan teduh juga dalam. Karena lele hewan nakturnal yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele memilih bersembunyi di dalam tempat yang gelap. Ikan lele relatif dapat bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan oksigennya sangat sedikit. Namun, pertumbuhan ikan lele bakal lebih cepa tdan sehat dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur.

 

 

4.      Kebiasaan Makan

Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Lele adalah hewan karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dll. Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati pertumbuhannya lambat. Lele merupakan hewan yang suka memakan jenisnya sendiri (kanibalisme) jika lele kekurangan makan. Oleh karena itu jangan sampai terlambat memberi makan sifat kanibalisme juga timbula karena perbedaan ukuran.

 

5.      Persiapan Induk

Induk betina harus dipelihara secara terpisah pada kolam tersendiri dengan induk jantan. Kolam khusus ini bertujuan mempercepat proses kematangan Gonad. Penyimpangan induk yang telah dikawinkan, serta mempermudah dalam pengelolaan, pengontrolan dan menghindarkan terjadinya pemijahan diluar kehendak pemelihara. Ciri-ciri induk lele betina dan jantan siap pijah.

 

 

 

 

 

 

Ciri-ciri induk jantan dan betina

Induk Betina

Induk Jantan

1)     Perut membesar / buncit dan terasa lembek jika diraba.

2)     Pergerakannya lambat dan jinak.

3)     Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak bengkak.

4)     Warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan.

5)     Jika perut diurut kadang-kadang keluar cairan berwarna kuning tua.

1)     Alat kelaminnya memerah.

2)     Alat kelamin tampak jelas dan meruncing.

3)     Tubuh ramping dan gerakannya lincah.

4)     Ada perubahan warna kulit menjadi coklat kemerahan.

 

6.      Pemberokan

Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan secara dipuaskan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan 1 – 2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina harus di wadah terpidah.

Fungsi pemberokan adalah menghilangkan stress pada saat ditangkap. Selain itu mengurangi kandungan lemak dalam gonad dan meyakinkan hasil seleksi induk betina.

Setelah diberok kematangan induk lele betina diperiksa kembalik, apabila perut induk betina menjadi kempes, berarti buncit karena adanya pakan bukan karena adanya telur.

7.      Pembenihan dan Cara Pemijahan

Pembenihan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan (lele) pada ukuran tertentu. Untuk menunjang proses pembenihan lele dibutuhkan kolam pemijahan, bak penetasan dan kolam pendederan. Berikut ini beberapa macam alternatif wadah / kolam pemijahan, penetasan telur, dan pendederan yang dapat digunakan oleh para pembudidaya.

a.      Kolam Pemijahan

Kolam pemijahan merupakan kolam khusus bagi induk yang akan memijah. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele (Budi, 1993).

Adapun kolam yang digunakan untuk memijahkan ikan lele yaitu bak semen, bak terpal plastik dan fiberglass.

·        Bak Semen

Ukuran bak pemijahan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan yaitu 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan. Selanjutnya bak diisi dengan air yang jernih dan bersihg setinggi 40 – 50 cm.

·        Bak Terpal Plastik

Pengadaan terpal lebihmudah dibandingkan dengan pembuatan bak semen. Cara pembuatannya dengan menyusun sejumlah bata atau Batako disekeliling pinggiran plastik. Ukuran bak terpal untuk pemijahan yaitu lebar 1 m, panjang 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran tersebut digunakan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan.

·        Faberglass

Ukuran faberglass untuk pemijahan lele, yaitu 1 m x 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran bak tersebut dapat digunakan untuk pemijahan satu pasang induk lele. Bak Fiberglass tergolong praktis karena lokasinya bisa dipindah-pindahkan, tetapi harganya masih terlalu mahal.

·        Bak Penetasan

Wadah penetasan telur lele dapat berupa aquarium, bak semen, bak terpal plastik, dan fiberglass yang dilengkapi dengan generator untuk menyuplai oksigen terlarut. Tetapi pada obyek peternakan lele yang kami teliti menggunakan bak semen yang ukuran bak penetasannya 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m.

b.      Pemindahan

Cara pemindahan :

·        Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.

·        Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.  Samakan suhu pada kedua kolam

·        Pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.

·        Pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

c.      Pendederan Lele

Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini (Budi, 1993).

d.      Manajemen Pakan Lele

Pelet

 

Pakan anakan lele berupa :

·        Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.

·        Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.

·        Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

e.      Manajemen Air

Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

·        Air harus bersih

·        Berwarna hijau cerah

·        Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :

·        Bebas senyawa beracun seperti amoniak

·        Mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2 (Komar1981).

f.       Manajemen Kesehatan

            Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain.

Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah,peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai (Komar1981).

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

 

 

 

 

 

 

 

 

8.      Penebaran dan Pemanenan

a.      Penebaran Benih

Benih lele sudah dapat didederkan di bak atau tempat terbuka setelah benih berumur 3 minggu. Saat penebaran benih ikan ketinggian air kolam sekitar 20 – 30 cm, karena benih masih kecil. Cara penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada berisi benih lele dan diletakkan pelan-pelan, setelah itu benih merasa beradaptasi, benih akan lepas dengan sendirinya. Kepadatan benih berkisar 300 – 600 ekor / m2.

Setelah benih berada di dalam kolam, benih lele diberi pakan palet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40 % (Charoen Pokphand Kode 581). Setelah benih agak besar, pemberian pakan berupa palet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein 38 % kode FF 999. Semakin besar ukuran tubuh dan bukaan mulut. Semakin besar ukuran pakan, frekuensi pemberian pakan lele yang masih kecil yaitu 4 – 5 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore dan malam hari.

Untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele (Rahmat. 1991). Terdapat 3 sistem pembenihan lele yang dikenal, yaitu :

 

 

·        Sistem Massal.

Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam    dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.

·        Sistem Pasangan.

Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.

·        Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).

Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

b.      Pemanenan Benih

Lama pendederan benih lele untuk menghasilkan benih lele siap terbar (ukurang 5 – 7 cm / ekor) sekitar 5 – 6 minggu. Pemanenan benih bisa dilakukan sore atau pagi hari sewaktu suhunya tidak terlalu panas. Cara pemanenan dengan mengurangi air pelan-pelan hingga air berada pada kemalir. Air pelan-pelan disurutkan hingga air akan mengumpul pada kubangan dekat pintu pengeluaran. Pemanenan dilakukan dengan secara bertahap dengan menggunakan seser halus. Usahakan benih lele tidak luka. Pada saat pemanenan benih berukuran berkisar 5 – 7 cm / ekor.

 

 

 

 

 

 

 

 

c.      Cara Panen Lele Hasil Pembesaran

 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:

a.      Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktuwaktu   dapat dipanen.

b.      Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu   kepanasan.

c.      Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan  seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.

d.      Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.

e.      Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

 


 

Pembersihan :

·        Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:

·        Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.

·        Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.

·        Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

Cara memanen lele ukuran konsumsi tergantung sistem kolam. Jika di kolam semen umumnya menggunakan model pipa goyang atau sistem sipon. Mekanisme kerja seperti sistem pipa U. sistem ini mempermudah penggantian air, pipa tersebut dari paralon dengan diameter 3 – 4 inchi. Digunakan untuk mengatur ketinggian air saat pemeliharaan serta sebagai saluran pembuangan air saat pemanenan.

Tahap-tahapnya :

1)     Cabut pipa paralon yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar untuk pengurasan.

2)     Pasang saringan atau kasa kawat pada ujung paralon bagian dalam saluran pembuangan agar lele tidak ikut arus.

3)     Hentikan pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 – 30 cm.

4)     Ambil lele dengan menggunakan jaring / seser.

5)     Masukkan lele ke dalam ember krak (ember berlubang).

6)     Angkat dan masukkan ke ember penampungan.

7)     Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan (8 – 12 ekor / kg), kemudian timbang dan masukkan ke wadah pengangkutan.

8)     Pelihara kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar.

9)     Jadikan lele berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat pemancingan.

d.      Kiat Agribisnis Lele

Pasar dan bisnis usaha lele memang luar biasa besar. Hal ini terlihat dengan menjamurnya usaha warung pecel lele. Namun, keinginan yang demikian tinggi untuk agrobisnis lele seringkali tidak dibarengi dengan suatu strategi yang tepat. Tidak jarang modal yang telah ditanamkan habis dan bahkan menambahkan utang yang tidak sedikit. Kesuksesan suatu usaha agrobisnis perikanan memerlukan pengetahuan yang mendalam dan komprehensif antar segi teknis dan non teknis dalam budidaya lele.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar