BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia dini atau usia prasekolah
adalah masa dimana anak belum
memasuki pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalammengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Dalam
rentang usia dini ini juga anak berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik.Anak
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus
dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi sesuai dengantingkat pertumbuhan
dan perkembangan anak.Masa usia dini adalah masa yang unik dalam kehidupan
anak-anak, karenamerupakan masa pertumbuhan
yang paling hebat dan paling sibuk. Tidak semua orang tua atau pendidik
memahami cara yang tepat dalam mendidik anak di usia dini. Maka anak
membutuhkan suatu lingkungan yang cocok untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya. Ilmu pendidikantelah berkembang pesat
dan terspesialisasi. Salah satu diantaranya adalahPendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). PAUD membahas tentang pendidikanuntuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang memilikikarakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya
dipandang perlu untuk dikhususkan.Landasan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaandan pengembangan
segenap potensi secara optimal yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan memberikan
rangsangan pendidikanuntuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.Pemberian rangsangan pendidikan tersebut meliputi aspek spiritual,emosional, sosial, bahasa, kognitif dan
psikomotorik. Perkembangan aspek-aspek inilah yang akan berpengaruh
besar pada proses tumbuh kembang anak di masa depannya.Inilah peletak
dasar pentingnya pendidikan anak usia dini, sejak dini anak harus dibekali berbagai ilmu (dalam bentuk berbagai stimulan ataurangsangan).
Tetapi realita yang ada di lapangan belum menunjukkan
bahwa penyelenggaraan PAUD sudah sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pendidikan
anak usia dini. Sehingga dibutuhkan suatu pendekatan
atau model pembelajaran yang cocok untuk mengoptimalkan proses pembelajaran anak usia
dini.
1.2Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini, penulis akan
membahas mengenai :
1.Model Pembelajaran
dengan Pendekatan Kelompok
2.Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Sudut di PAUD
3.Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Area di PAUD4.Model Pembelajaran dengan Pendekatan
Sentra di PAUD
1.3 Tujuan
2
Agar pembelajaran di PAUD dapat berjalan optimal
3
Pembelajaran menjadi berarti bagi
anak, karna ada esensi bermainnya
4
Untuk memantapkan pembelajaran agar menjadi pembelajaran yang bermakna
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Kelompok
Pembelajaran
berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman, adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, biasanya anak dibagi menjadi (tiga) kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan, anak harus
menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian dengantuntas. Apabila dalam pergantian kelompok,
terdapat anak-anak yang sudahmenyelesaikan tugasnya lebih cepat
dari pada temannya, maka anak tersebutdapat menentukan kegiatan
lain sejauh kelompok lain tersedia tempat. Namunapabila tidak tersedia tempat, maka anak tersebut dapat
bermain pada tempattertentu di dalam kelas yang telah disediakan guru yang disebut dengankegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman
sebaiknya disediakan alat-alatyang lebih bervariasi dan sering diganti
disesuaikan dengan tema atau subtema yang dibahas.
A.Pengelolaan KelasPengelolaan kelas yang meliputi penataan ruangan maupun pengorganisasian peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dan program yang direncanakan akan membantu pencapaian pembelajaranyang optimal. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
kelas adalah:
·
Penataan perabot di ruangan harus disesuaikan dengan
kegiatanyang akan dilaksanakan.
·
Pengelompokan meja dan kursi anak disesuaikan dengankebutuhan sehingga ruang gerak peserta didik
leluasa. Susunanmeja kursi dapat berubah-ubah. Pada waktu mengikuti kegiatan anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk ditikar/karpet.
·
Dinding dapat digunakan untuk menempelkan informasi yangdipergunakan sebagai sumber belajar dan hasil kegiatan anak,tetapi jangan terlalu banyak sehingga dapat mengganggu perhatiananaak.
·
*Peletakan dan penyimpanan alat
bermain diatur sedemikian rupasesuai dengan fungsinya sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan yang ingin dicapai seperti kemandirian, tanggung jawab,
membuat keputusan, kebiasaan mengatur kembali peralatandan.
2.2 Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Sudut di PAUD
Kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang miripdengan
model pembelajaran area, karena memperhatikan minat anak. Jumlahsudut yang disediakan 5 sudut dalam penggunaannya disesuaikan dengan program
yang direncanakan dengan kisaran 2 samapi 5 sudut.
Dalam kondisitertentu dimungkinkan 1 sudut lebih dari 1 kegiatan.
Alat-alat yang disediakan pada sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti,disesuaikan
dengan tema atau sub tema yang dibahas
A. Aspek-Aspek Pendekatan
Sudut di PAUD
Sudut-sudut
kegiatan yang dimaksud adalah :
a)
Sudut Ketuhanan
Alat-alat
yang ditempatkan adalah maket tempat ibadah, peralatanibadah, gambar-gambar, dan alat lainnya yang sesuai dengankeagamaan.
b)
Sudut
Keluarga
Alat-alat pada sudut keluarga terdiri dari
kursi tamu, meja makan, peralatan dapur, peralatan ruang kamar tidur, boneka berbagai jenis,dan
peralatan lain di ruang tamu.
c)
Sudut
Alam Sekitar dan Pengetahuan
Alat pada sudut alam sekitar dan pengetahuan terdiri dariakuarium, meja/rak untuk benda-benda obyek pengetahuan, kulitkerang, biji-bijian, batu-batuan, kaca pembesar,
timbangan, magnetdan alat-alat untuk menyediliki
alam sekitar, gambar-gambar tentangalam sekitarnya dan gejala alam.
d)
Sudut
Pembangunan
Alat-alat yang ditempatkan pada sudut ini adalah
alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok, keping geometri, alat pertukangan, dan minatur/model berbagai jenis kendaraan, plastisin, pledog,
tanah liat.
e)
Sudut Kebudayaan
alat yang ditempatkan pada sudut kebudayaan adalah peralatan musik/perkusi, rak-rak buku,
buku perpustakaan, alat untuk pengenalan bentuk,
warna, konsep bilangan, simbol-simbol, alat untuk kreativitas, rumah adat,
pakaian adat, tokoh-tokoh pewayangan.Keberadaan sudut-sudut kegiatan tersebut dapat
ditempatkan didalam kelas maupun di ruang sendiri sesuai keadaan dan
kondisiPAUD masing-masing. Pada waktu
kegiatan di sudut berlangsung, pendidik tidak hanya berada di salah satu sudut saja, tetapi juga
memberikan bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan ataumengalami
kesulitan
B. Pengelolaan Kelas pada Model Sudut
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan kelas pada model pembelajaran berdasarkan
sudut-sudut kegiatan adalah :
·
Pengaturan
alat bermain dan perabot di ruangan, termasuk meja, kursidan luasnya ruangan, disesuaikan dengan kegiatan yang akandilaksanakan,
khususnya pada sudut-sudut kegiatan.
·
Sumber belajar dan hasil kegiatan anak dapat dipajang di
papan ataudidinding ruangan. Hasil karya anak, dapat juga disimpan di lacimasing-masing
anak sebagai portofolio.
·
Setelah digunakan
untuk pembelajaran, alat bermain dirapikan dandisimpan sedemikian rupa sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan yang ingin dicapai seperti kemandirian, tanggung jawab,membuat keputusan, kebiasaan mengatur kembali peralatan dansebagainya.
C.Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Sudut
a.
Kegiatan Awal (+ 30 menit)
Kegiatan yang dilaksanakan adalah bernyanyi, berdoa,
mengucapsalam, membicarakan tema/sub tema, diskusi kegiatan yang akandilaksanakan,
malakukan kegaitan fisik/ motorik.
b.
Kegiatan Inti (+ 60 menit)
secara individual di sudut-sudut kegiatan
Sebelum melakukan kegiatan inti, pendidik bersama anak membicarakan tugas-tugas yang diprogramkan di sudut-sudutkegiatan. Setelah itu pendidik menjelaskan
kegiatan-kegiatan yangakan dilaksanakan di setiap sudut
kegiatan yang diprogramkan. Sudutyang dibuka setiap hari disesuaikan dengan indikator yangdikembangkan
dan sarana/alat pembelajaran yang ada. Kemudian anak dibebaskan untuk
memilih sudut kegiatan yang disukai sesuai dengan
minatnya. Anak dapat berpindah sudut kegiatan sesuai denganminatnya
tanpa ditentukan oleh pendidik, pendidik memberi motivasi.
c.
c.Istirahat/Makan (+ 30 menit)
Kegiatan makan bersama menanamkan pembiasaan yang baik,misalnya
mencuci tangan, berdoa sebelum dan sesudah makan, berbagi bekal
dengan teman, membereskan dan merapikan alat-alat
makan dansebagainya. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia
dapatdigunakan untuk bermain di dalam atau di luar kelas.
d.
Kegiatan Akhir (+ 30 menit)
Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya dengan bercerita, bernyanyi, gotong royong memberikan kelas, diskusikegiatan sehari yang telah dilakukan, informasi
kegiatan esok hari, berdoa, dan mengucapkan salam.
D.Penilaian
pada Pembelajaran dengan Pendekatan SudutPenilaian yang dilakukan pada pembelajaran ini sama dengan penilaian pada model pembelajaran Kelompok dengan KegiatanPengaman, yaitu
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik mencatat
segala hal yang terjadi baik terhadap perkembangan peserta didik maupun
program kegiatannya sebagai dasar bagi keperluan penilaian.
2.3 Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Area di PAUD
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Area di PAUD -
Setelah padauraian sebelum-sebelumnya telah membumikan pendidikan
share tentang duamodel pembelajaran di PAUD yakni model pembelajaran dengan
pendekatankelompok dan model pembelajaran dengan pendekatan sudut. Maka padauraian kali ini, membumikan pendidikan akan
mencoba share tentang modelyang ke tiga yaitu model pembelajaran dengan
pendekatan area di PAUD.Berikut uraiannya.Dalam model pembelajaran dengan pendekatan area ini anak diberikesempatan untuk memilih/melakukan kegiatan
sendiri sesuai dengan
minatmereka. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik anak dan menghormati keragaman budaya yang
menekankan pada prinsip (1) pengalaman
pembelajaran pribadi setiap anak,
(2) membantu anak membuat pilihan dan keputusan melalui aktivitas di dalam area-area yangdisiapkan, dan
(3) keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran.Keterlibatan
keluarga dalam pembelajaran itu sendiri dapat dilakukan melalui beberapa
cara sebagai berikut :
*Anggota keluarga dilibatkan secara
sukarela dalam kegiatan pembelajaran,misalnya
orang tua dilibatkan dalam mempersiapkan pengaturan media pembelajaran
atau menjadi model dalam pembelajaran tertentu.
*Anggota keluarga bermitra dengan PAUD dalam membuat keputusantentang anak, misalnya orang tua diminta pertimbangannya perihalkebutuhan
layanan khusus individual untuk anak.
*Anggota keluarga dapat
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di PAUD,misalnya orang tua diminta membantu persiapan kegiatan tertentu disekolah.Dalam menciptakan lingkungan dan bahan ajar yang menunjang pembelajaran, pendidik
mendasarkan diri pada pengetahuan yang dimilikinyatentang
perkembangan anak. Selain itu, dalam menyusun tujuan
pembelajaran pendidik memperhatikan keunikan masing-masing anak, menghargai
kelebihan-kelebihan dan kebutuhan-kebutuhan setiap anak, menjagakeingintahuan alami yang dimiliki anak dan mendukung pembelajaran bersama.Pembelajaran Area ini mencakup tiga pilar utama, yaitu;
a)
konstruktivitas;
b) sesuai dengan perkembangan, dan
c)
pendidikan progresif.
Konstruktivisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia di sekelilingnya. Pembelajaran menjadi prosesinteraktif
yang melibatkan teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan.Anak membangun pemahaman mereka sendiri atas dunia
dan hal-hal yangterjadi di sekelilingnya dengan membangun
pemahaman-pemahaman baru dan pengalaman/ pemahaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Pelaksanaan
pembelajaran Area ini menggunakan metode yang selaras dengan tahap perkembangan anak. Setiap anak berkembang melalui tahapan yang yang berbeda, namun pada saat yang sama, setiap anak adalah makhluk individudan unik. Dengan demikian pendidik harus mencermati dan menyimak perbedaan
antara keterampilan dan minat tertentu dari anak-anak yang berusiasama. Semua kegiatan dalam pembelajaran ini
didasarkan pada minat anak,tingkat perkembangan kognitif dan kematangan
sosio-emosional, mendorongrasa ingin tahu alamiah anak, kegembiraan terhadap
pengalaman-pengalaman panca indera dan keinginan
untuk menjelajahi gagasan-gagasan baru anak itusendiri. Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip- prinsip
perkembangan anak dan konstruktivisme ini.Pembelajaran
Area menggunakan 10 (sepuluh) area, yaitu: Area
Agama,Balok, Bahasa, Drama, Berhitung/Matematika, IPA,
Seni/Motorik, Pasir danAir, Musik, Membaca dan Menulis. Dalam satu
hari dapat dibuka minimal 4area untuk disiapkan alat bermain/alat peraga dan
sarana pembelajaran yangsesuai dengan indicator yang ingin
dicapai. Alat bermain untuk area tersebutadalah :
· Area Agama : maket tempat ibadah dan alat peraga tata cara ibadahagama-agama di Indonesia, misalnya sebagai berikut :
a) Islam : maketmasjid, gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudhu, sajadah,mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku Iqro’, kartu
huruf hijaiyah,tasbih, juz’amma, Al-Qur’an, dan sebagainya.
b) Hindu : maket pura,gambar orang menuju ke Pura, tiruan sesaji.
c) Kristen/katolik : maketgereja, Alkitab, Rosario.
d) Budha : maket pura, maket candi Budha,gambar
bikshu.
e) Konghucu : maket klenteng, foto orang sembahyang.
·
Area Balok : balok dengan berbagai
bentuk, ukuran, dan warna, leggo,lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan
geometri dari triplek berbagaiukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan
mainan (kendaraan laut,udara, darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, kubus berbagai
ukuran dan warna. Korek api, lidi,
tusuk es krim, tusuk gigi, bola dengan berbagai ukuran dan warna, kardus
bekas, dan sebagainya.
·
Area
Berhitung/Matematika : lambang bilangan, kepingan geometri, kartuangka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan,
kubus permainan, pohonhitung, papan jamur,
ukuran panjang pendek, ukuran tebal-tipis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku
tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, pasak,
·
Area IPA : macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakan
binatang, gambar-gambar proses petumbuhan
tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang batu kali, pasir, bunga karang, magnet, mikroskop, kaca pembesar(lup), pipet,tabung
ukur, timbangn kue, timbangan bebek (sebenarnya), gelas
ukuran, pencampur warna, nuansa warna, pita meteran, penggaris, benda-bendakasar (batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas,
kain, kulit kayu, kulit binatang, dan lainnya) benda-benda untuk pengenalan berbagai macamrasa (gula, kopo asam, cuka, garam, sirup, cabe,
dan lain-lain), berbagaimacam bumbu (bawang merah, bawang putih,
ketumbar, kemiri, lengkuas,daun salam, jahe, kunyit, jinten, dan
lain-lain), pengenalan aroma.
·
Area Musik : Seruling, kastanyet, maracas, organ kecil, tamburin,kerincingan,
triangle kecil, balok kayu, kulintang, angklung, biola, piano,harmonica, gendang, rebana, dan sebagainya dengan
menyesuaikan padakeunikan daerah masing-masing.
·
Area Bahasa : buku-buku cerita, gambar seri, kartu
kategori kata, kartunama-nama, boneka tangan, panggung boneka, papan planel,
kartu nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, kliping peristiwa
dan sebagainya.
·
Area
Membaca dan Menulis : buku tulis, pensil warna, pensil, kartu huruf,kartu kategori, kartu gambar, kertas piano, spidol, ballpoint dansebagainya.
·
Area Drama : tempat tidur anak
(boneka), almari kecil, meja kursi kecil(meja tamu), boneka-boneka, tempat
jemuran, setrika dan meja setrika baju-baju besar, handuk, bekas make up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan, dandang tiruan, piring,
sendok, garpu, gelas,cangkir, teko, keranjang belanja, pisau mainan,
ulekan/cobek, mangkok-mangkok,
tas-tas, sepatu/sandal, rak sepatu, cermin, mixer, blender, sikatgigi,
odol, telepon-teleponan, tiruan baju tentara dan polisi, tiruan bajudokter,
dan sebagainya.
·
Area Pasir/Air : bak pasir/ bak air, akuarium kecil,
ember kecil, gayung,garpu, garu, botol-botol plastik, tabung air, cangkir
plastik, literan air,corong, sekop kecil, saringan
pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakanagar-agar berbagai bentuk,
penyiram tanaman dan sebagainya.
·
Area Seni dan Motorik : meja gambar, meja kursi anak,
krayon, pensil berwarna, pensil, kapur tulis, kapur warna, arang buku gambar, kertaslipat, kertas koran,
lem. Baca juga : Pengertian Pembelajaran Seni diTaman
Kanak-Kanak (TK)
·
Area Masak : alat-alat dapur, seperti kompor, panci,
meja, piring, mixer, blender.
A.
Pengelolaan Kelas dalam Model
AreaPengelolaan kelas pada model pembelajaran area meliputi pengorganisasian peserta didik, pengaturan area yang diprogramkan, dan peranan pendidik. Untuk itu hal-hal yang diperlukan dalam pengelolaankelas
adalah :
·
Alat bermain, sarana prasarana diatur sesuai dengan area yangdiprogramkan
pada hari itu.
·
Kegiatan
dapat dilakukan dengan menggunakan meja kursi, karpet,atau tikar sesuai dengan
alat yang digunakan.
·
Pengaturan area memungkinkan pendidik dapat melakukan pengamatan
sehingga dapat memberikan motivasi, pembinaan, dan penilaian.Pendidik memperhatikan perbedaan individu setiap
peserta didik pada saat mereka melakukan kegiatan di area
Gambar
2.3 Pengelolaan Kelas Model Area
B.
Langkah-langkah Kegiatan dalam
Model Area
a.Kegiatan
Awal (+ 30 menit)Kegiatan yang dilaksanakan adalah melatih pembiasaan, misalnyamenyanyi,
memberi salam dan berdoa. Bercerita tentang pengalamamsehari-hari dan setiap anak bercerita, 3 atau 4 anak bertanya tentangcerita anak tersebut, membicarakan tema/sub tema, melakukankegiatan fisik/motorik yang dapat dilakukan di luar atau di dalamkelas.
b.Kegiatan
Inti (+ 60 menit) secara individual di area kegiatanSebelum melakukan kegiatan inti, pendidik bersama anak membicarakan tugas-tugas di area yang diprogramkan. Setelah itu peserta didik dibebaskan memilih area yang disukai sesuai denganminatnya.
Pendidik menjelaskan kegiatan-kegiatan di dalam area yangdiprogramkan. Area yang dibuka setiap hari disesuaikan denganindicator
yang dikembangkan dan sarana/alat pembelajaran yang ada.Anak dapat berpindah area sesuai dengan mintanya tanpa ditentukanoleh
pendidik. Apabila terdapat anak tidak mau melakukan kegiatan diarena yang diprogramkan, pendidik harus memotivasi
anak tersebutagar mau melakukan kegiatan. Pendidik dapat melayani anak denganmembawakan
tugasnya ke area yang sedang diminatinya.
Pendidik melakukan penilaian dengan
memakai alat penilaian yangtelah disiapkan,
tetapi dapat juga untuk mengetahui ke area mana sajaminat
anak hari itu dengan menggunakan ceklis di setiap area.Bagi kegiatan yang memerlukan pemahaman atau yangmembahayakan,
jumlah anak dibatasi agar guru dapat memperhatikanlebih mendalam proses dan
hasil yang dicapai secara maksimal, tanpamengabaikan anak-anak yang berada di
area yang lain.Orang tua/keluarga dapat dilibatkan untuk berpartisipasi
membantu pendidik pada waktu kegiatan pembelajaran, memberikan sesuatu
yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan anak.
c.Istirahat/Makan
+ 30 menitKegiatan makan bersama menanamkan pembiasaan yang baik,misalnya mencuci tangan, berdoa sebelum dan
sesudah makan, tatatertib makan, mengenalkan jenis makanan bergizi,
menumbuhkan rasasosial (berbagai makanan) dan kerjasama. Melibatkan anak membersihkan
sisa makanan dan merapikan alat-alat makan yang telahdigunakan. Setelah
kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapatdigunakan untuk bermain dengan alat permainan yang bertujuanmengembangkan fisik/motorik. Apabila dianggap waktu untuk istirahat kurang, pendidik dapat menambah waktu istirahat dengantidak mengambil waktu kegiatan lainnya, misalnya
bermain sebelumkegiatan awal atau sesudah kegiatan penutup.
d.Kegiatan
Akhir + 30 menit KlasikalKegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya dengan bercerita, bernyanyi, cerita dari pendidik atau membaca puisi,dilanjutkan dengan diskusi kegiatan satu hari dan
menginformasikankegiatan esok hari, berdoa, mengucapkan salam dan
pulang.
C.Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran area padahakekatnya
tidak berbeda dengan model-model pembelajaran sebelumnyakarena selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik mencatatsegala
hal yang terjadi baik terhadap perkembangan peserta didik maupun program
kegiatannya sebagai dasar bagi keperluan penilaian.
2.4 Model Pembelajaran dengan
Pendekatan Sentra di PAUD
Model pembalajaran sentra adalah pendekatan pembelajaran yang
dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam “lingkaran” (circle times) dansentra
bermain. Lingkaran adalah saat di mana pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yangdilakukan sebelum dan sesudah bermain. Sentra
bermain adalah zona atauarena bermain anak yang dilengkap dengan seperangkat
alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkaran yang diperlukan untuk mengembangkanseluruh potensi dasar anak didik
dalam berbagai aspek perkembangan secaraseimbang. Sentra yang dibuka setiap harinya disesuaikan dengan jumlahkelompok
di setiap PAUD. Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukansecara tuntas
mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus oleh satu kelompok usia PAUD dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukung perkembangan
anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimotor ataufungsional, bermain peran dan bermain konstruktif
(membangun pemikirananak).A.Bermain
Sensorimotor atau Main FungsionalIstilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968).Maksudnya adalah anak usia dini belajar melalui
panca inderanya danmelalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhansensorimotor
anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan
dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik didalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan
sensorimotor anak didukungketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak
secara bebas, bermain dihalaman atau di
lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermainsensorimotor anak
didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan
berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukungsetiap
kebutuhan perkembangan anak.Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas seharusnyaditempatkan dalam berbagai cara sepanjang hari agar mereka dapat berhubungan penuh dengan kesempatan bermain. Tergantung pada beratringannya kondisi yang membatasi gerak dan daya
penggerak, pengasuhyang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan khusus” mampumemberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam-macam
gerakan dan meningkatkan perkembangan sensormotorik. Setiapusaha dibuat untuk menyediakan serangkaian penuh pengalamansensormotorik
masing-masing anak. Contohnya, tempat tidur ayunan danayunan luar yang digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk
berayun di samping teman yang tidak dengan kebutuhan khusus. Adapun tahapan main sensorimotor adalahsebagai
berikut:
a.Sensorimotor 1
Mengulang
gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan pancaindera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya; mainan dan benda lain tidak digunakan. Contoh:memercikkan air dengan tangan, menepuk pasir, bertepuk ataumelambaikan
tangan.
1.
Sensorimotor
2
Mengulang-ulang
gerakan dengan benda, atau beberapa, beberapawaktu untuk menjaga beberapa
lingkungan yang menarik
pandangan, pendengaran, atau yang terkait dengan perabaan; berbeda denganSensorimotor empat bahwa beberapa gerakan diulang-ulang; inimerupakan reaksi perputaran kedua. Contoh:
memukul-mukul sekopdalam pasir, menuang air dari wadah melalui tangan, danmemercikkan
sebuah mainan ke dalam air.
2.
Sensorimotor
3
Mengulang-ulang urutan sebab akibat sederhana yang menjaditujuan pertama yang dipilihnya, kemudian memilih cara untuk mencapainya. Mengosongkan/ mengisi, menyembunyikan/menemukan, membangun/ merobohkan. Contoh:
i. Mengisikeranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau
tangan(anak terlihat memiliki tujuan mengisi wadah dan menggunakanurutan sebab/akibat yang sederhana [misalnya: mengisi sekop danmenuangkannya ke dalam wadah] untuk mencapai tujuan).
2.Menuangkan
air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh tekotersebut. 3.Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam
air atau pasir.
4.Menyusun balok-balok ke atas, kemudianmerobohkannya
kembali.
3.
d.Sensorimotor
4
Percobaan coba-coba dan salah. Tema atau tujuan umum main
di pertahankan, tetapi perilaku untuk mencapai tujuan sifatnya luwes,cara
dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Perilakumungkin memiliki perasaan “Saya
sedang mencoba mengerti ini”.Contoh:
1. Anak mengisi keranjang dengan pasir menggunakansebuah
sekop, tetapi menggunakan sekop dengan berbagai cara selamamain.
2. Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkandengan
berbagai cara sambil mengamati air yang dituang.Jika anak terlibat main peran, tubuh anak atau benda digunakandalam berpura-pura. Perencanaan yang melibatkan gerakan atau bahasa,
maka digunakan penilaian main peran.B.Main
Peran (Mikro dan Makro)Main peran
juga disebut main simbolik, pura-pura, make-believe,fantasi, imajinasi, atau
main drama, sangat penting untuk perkembangankognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun(Vygosky, 1967; Erikson, 1963). Main peran
dipandang sebagai sebuahkekuatan yang menjadi dasar perkembangan
daya cipta, tahapan ingatan,kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungankekeluargaan,
pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut pandangspasial, keterampilan pengambilan sudut
pandang afeksi, keterampilan pengambilan sudut pandang kognisi
(Gowen, 1995).Main
peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masadepan
dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu pengalaman main perantergantung pada
variabel di bawah ini:
a.Cukup waktu untuk bermain (penelitian menyarankan paling
sedikitsatu jam).
b.Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak,
alat-alatmudah dijangkau, dan paling sedikit empat sampai enam anak dapat bermain
dengan nyaman.
c.Alat-alat
untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan.
d.Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila dibutuhkan untuk meningkatkan
keterampilan main peran anak.Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main
peran pada anak usia 12 – 36 bulan
sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhankhusus maupun tidak.
Orang dewasa harus peduli terhadap ekspresi
wajah bahwa wajah sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman,hubungan timbal balik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas terhadaporang-orang yang tidak dikenal, dan permainan
dengan gerakan badaninilah menjadi dasar yang penting pada main peran
selanjutnya.Erik Erikson (1963) menjelaskan
dua jenis main peran: mikro danmakro.
Main peran mikro anak memainkan peran dengan menggunakanalat bermain berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang- binatangan dan orang-orangan kecil. Main peran makro anak bermainmenjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar
yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh
memakai bajudan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi
mobil-mobilan atau benteng.Sentra main
peran harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat
dan perlengkapan untuk bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai enam tahun dengan perkembangan
terlambat dari anak usia dini, alat harus mendukung tema selain
dari tema sekeliling.1.Agen Simbolik (Diarahkan pada apa/siapa, siapa yang menerimatindakan).2.Pengganti Simbolik (melibatkan alat-alat yang digunakan).3.Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adega main naskah pendek
dalam konteks yang sama).
BAB III
PENUTUP3
1Kesimpulan
Pembelajaran
anak usia dini disesuaikan dengan tingkat perkembanganfisik
dan mnetal anak, sesuai dengan kelompok usia dan kebutuhan individualanak.Pembelajaran anak usia dini harus menyenangkan,
menarik, demokratis,dan memerdekakan anak. Bermain, bernyanyi, dan belajar menjadi satukesatuan.Pembelajaran
anak usia dini harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :a.Belajar sambil bermain, bermain seraya
belajar b.Belajar kecakapan hidupc.Belajar dari benda konkritd.Pembelajaran terpadue.Kegiatan rutinf.Rencana pembelajarang.Sumber dan media belajar h.Pembelajaran konstruktivismei.Pembelajaran kooperatif j.Pembelajaran
berbasis kompetensi dan kontekstual
3.2Saran
Pembelajaran
pada anak usia dini harus diciptakan menyenangkan, bebas,tidak terikat dan
aktif. Agar pembelajaran pada anak usia dini bisa optimal,maka pembelajaran harus melibatkan anak secara aktif. Dan pembelajarannnya
harus menarik agar anak tertarik untuk belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar