BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Organisasi
adalah sistem peran, aliran aktivitas dan proses (pola hubungan kerja) dan
melibatkan beberapa orang sebagai pelaksanaan tugas yang didisain untuk
mencapai tujuan bersama. Organisasi menurut Robbins (1994) adalah suatu entitas
sosial yang berkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih
dengan batasan yang relatif teridentifikasi, yang berfungsi secara
berkelanjutan untuk mencapai seperangkat sasaran bersama.
Struktur
organisasi sebagai salah satu alat variabel memiliki beberapa unsur yang akan
penulis uraikan dalam bagian tersendiri berikut ini. Proses dalam organisasi
adalah aktivitas yang menandai adanya dinamika dalam organisasi yang memberi
tanda adanya kegiatan dalam organisasi tersebut. Proses dalam organisasi
meliputi: (a) hubungan antar peranan
(role relationship); hubungan antar peranan adalah hubungan formal dalam
jalur organisasi antara para anggota sesuai dengan peranannya masing-masing.
Menurut Beal (1977:100), hubungan antar peranan adalah pemahaman dan tata cara
antara peranan yang berhubungan agar organisasi produktif; (b) pengendalian, meliputi penepatan check points untuk menilai kemajuan rencana, membandingkan hasil
yang aktual dan yang diharapkan, serta melakukan tindakan perbaikan apabila
diperlukan (Wilson, 1976;38).
Dalam kehidupan modern saat ini betapa pentingnya
organisasi bagi manusia, sehingga organisasi mendominasi kehidupan manusia.
Manusia lahir, hidup dan bekerja tidak dapat terhindar dari organisasi. Seperti
halnya manusia pada saatnya akan mengalami kematian, demikian pula dalam alam
modern manusiapun tidak bisa menghindar dari keterikatannya dengan organisasi.
Hal ini membuktikan bahwa organisasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia sehingga organisasi dianlisis secara terus-menerus
melalui berbagai macam perspective.
Dan untuk lebih jelasnya, dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas
pengertian organisasi-organisasi formal dan non formal serta cara mengatasi
konflik dalam organisasi.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan organisasi formal?
2.
Apa yang dimaksud dengan
organisasi non formal?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari organisasi formal?
2. Untuk
mengetahui pengetian dari organisasi non formal?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Organisasi
Formal
Organisasi formal ialah suatu organisasi yang
memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang
ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur (bagan yang
menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab
antara pejabat dalam suatu organisasi).
Atau organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan
strukturnya secara jelas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau
sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur
organisasi yang akan dibuat.
Unsur
dan Tiang Dasar Organisasi Formal
3
Unsur pokok organisasi formal :
1.
Sistem kegiatan terkoordinasi
2.
Kelompok orang
3.
Kerjasama mencapai tujuan
Tiang
dasar teori organisasi formal:
1.
Pembagian kerja
2.
Proses skalar (hirarki) dan fungsional (horizontal)
3.
Struktur
4.
Rentang kendali
Ciri-Ciri Organisasi Formal
·
Tujuan atau
rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas; tugas-tugas organisasi
disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
·
Meskipun
pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan
dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
·
Suatu organisasi
terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan-jabatan.
·
Proesedur dalam
organisasi bersifat formal dan impersonal – yakni, peraturan-peraturan
organisasi berlaku bagi setiap orang. Jabatan diharapkan memiliki orientasi
yang impersonal dalam hubungan mereka dengan langganan dan pejabat lainnya.
Ciri-ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu
fenomena yang disebut komunikasi jabatan. Hubungan dibentuk antara
jabatan-jabatan, bukan antara orang-orang. Keseluruhan organisasi terdiri dari
jaringan jabatan.
Ada pun faktor-faktor utama yang menentukan
perancangan struktur organisasi formal adalah sebagai berikut :
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya
Strategi menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan
saluran komunikasi dapat disusun diantara para pimpinan dan bawahan.
2. Lingkungan yang melingkupinya
Dalam hal ini perlu dibedakan tiga tipe lingkungan
sebagai berikut :
·
Lingkungan
stabil, yaitu lingkungan dengan sedikit atau tanpa perubahan yang tidak
diperkirakan atau secara tiba-tiba.
·
Lingkungan
berubah (changing environment), yaitu lingkungan di mana inovasi (perubahan)
mungkin terjadi dalam setiap atau seluruh bidang.
·
Lingkungan
bergejolak (turbulent environment), yaitu lingkungan di mana sering terjadi
perubahan secara drastis.
·
Anggota
(pegawai/karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.Kemampuan dan
cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus
diperhatikan dalam merancang struktur organisasi.
Model- model
struktur organisasi Formal :
Model
tradisional
·
Dirancang
terutama untuk lingkungan yang stabil dan pengubahan yang terjadi di dalamnya
dapat diperkirakan.
·
Cenderung tidak
efisien dalam lingkungan yang sangat bergejolak.
Pada
model ini terdapat beberapa tingkatan yaitu :
·
Manajemen
Puncak, pelaksananya adalah Direktur Pelaksana dan Manajer Umum.
·
Manajemen
Menengah, pelaksananya adalah Manajer Departemen Fungsional/ Divisi dan Kepala
Bagian.
·
Manajemen Lini
pertama, pelaksananya adalah penyelia/ Supervisor/ Mandor/ Kepala Tukang dan
Pengawas Tingkat pertama.
·
Karyawan
Operasional.
Model hubungan manusiawi
Dalam model ini juga diterima konsep speialisasi,
rutinitas, dan pemisahan perencanaan dari pelaksanaan sebagai ciri utama
organisasi yang efektif. Model ini secara eksplisit mengakui bahwa orang
tidaklah selalu bertindak persis segaris dengan posisi menurut struktur
formalnya.
Model sumber daya manusia
Implikasi model sumber daya manusia pada struktur
organisasi, walaupun abstrak adalah jelas. Model ini berpendapat bahwa pada
hakekatnya manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari pengarahan dan
pengendalian diri lebih kreatif dari pada pekerjaannya sekarang, dan bahwa
tugas manajer adalah menciptakan suatu lingkungan di mana mereka dapat
meningkatkan sumbangan kapasitasnya pada organisasi.
Dimensi- dimensi dasar struktur organisasi formal :
1. Pembagian kerja
·
Relatif dapat
menurunkan keterlibatan kerja, maupun kerja karyawan.
·
Menimbulkan
kebosanan karena pekerjaan menjadi monoton
·
Mengakibatkan
tingkat komitmen karyawan lebih rendah dan kehilangan motivasi.
·
Dapat
mempengaruhi tingkat prestasi organisasi.
2. Wewenang
Hak melakukan sesuatu atau memerintah orang lain
untuk melakukan sesuatu.
3. Kekuasaan
Kemampuan untuk melakukan hak yang terjadi dalam
wewenang.
4. Tanggung jawab
Kewajiban untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini
adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan tugas atau fungsi organisasi atau
kewajiban seorang bawahan yang diberi tugas atasannya untuk melakukan sesuatu
yang diinginkan atasan tersebut.
5. Rentang kendali
Berapa orang jumlah bawahan yang dapat dikendalikan
secara efektif oleh seorang manajer
6. Struktur tall
·
Mempunyai
rentang kendali sedikit / sempit
·
Hanya sedikit
jumlah karyawan yang berada di bawah
kendali seorang atasan sehingga memungkinkan pengawasan
dan disiplin yang ketat.
·
Diterapkan dalam
struktur klasik
7. Struktur flat
Mempunyai rentang kendali melebar / banyak dalam hal
rentang kendali dan tingkatan manajemen.
8. Hubungan lini dan staff
9. Komunikasi dalam organisasi
10. Sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi wewenang terjadi bila wewenang dipegang
atau dipusatkan pada seseorang atau beberapa orang. Desentralisasi wewenang terjadi
bila wewenang didelegasikan atau dilimpahkan meluas dalam suatu organisasi.
11. Rantai wewenang scalar
Berhubungan dengan jumlah tingkatan dalam suatu
organisasi dan secara otomatis ada kapan saja seorang individu dijadikan
bawahan pada seorang atasan. Untuk membedakan tingkatan wewenang dalam
organisasi adalah semakin tinggi tingkatan semakin besar wewenang.[1]
12. Kesatuan perintah
Bertujuan untuk memudahkan koordinasi.
2.2
Organisasi
Non Formal
Organisasi non formal dapat berarti sebagai perkumpulan yang terbentuk
secara spontan antara beberapa orang.
Hubungan di antara anggotanya bersifat personal. Nilai dan minat yang sama
adalah unsur yang menyatukan para anggota dalam organisasi ini.
Munculnya organisasi non formal terdorong oleh kebutuhan sosial dari
masing-masing individu yang tidak puas dengan apa yang mereka dapatkan di dalam
organisasi resmi. Karena itulah, kedua jenis organisasi ini selalu hidup
berdampingan. Organisasi ini ibarat semen yang menyatukan batu bata dalam
bangunan rumah. Ia mengisi celah yang tidak dapat terpenuhi oleh organisasi
yang ormal sekaligus menyempurnakan organisasi itu.
Keberadaan
organisasi tidak resmi juga berdampak positif terhadap meningkatnya efektifitas
dan kepuasan para anggota organisasi resmi. Para anggota organisasi non formal
memiliki pemikiran, perasaan, dan minat yang sama lalu menjadikannya sebagai
tujuan bersama. Namun mereka tidak di bebani tugas, tanggung jawab, dan
konsekuensi yang berat maupun ketat. [2]
Ciri
Organisasi Tidak Resmi
Organisasi
non formal memiliki ciri istimewa yang membedakannya dengan organisasi formal,
antara lain:
Struktur Tidak
Terencana, Tidak Tetap
Tidak ada struktur yang tetap dan tegas di dalam organisasi. Jika pun
ada, struktur ini bersifat dinamis. Artinya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
kesepakatan anggota.
Dijiwai
Kebutuhan Sosial
Tujuan utama dari organisasi ini adalah memenuhi kebutuhan sosial dan
personal para anggotanya. Mereka akan mendapatakan pertemanan, rasa cinta, dan
dukungan moril di sini.
Arus Informasi
dan Koordinasi Berjalan Bebas
Setiap anggota dapat menyampaikan informasi kepada anggota lainnya
secara bebas tanpa harus mengikuti birokrasi yang rumit. Antar bagian dapat
bekerja sama tanpa harus menunggu arahan atau perintah dari atasan.
Organisasi ini cocok bagi kelompok individu yang menyukai dinamika dan
fleksibilitas. Selain itu, organisasi non formal juga memiliki kelebihan-kelebihan
berikut ini:
1. Informasi
dapat tersebar dengan mudah di antara para anggota
2. Para
anggota dapat memenuhi kebutuhan sosial dan meningkatkan kesehatan psikologis
3. Setiap
anggota dapat menyampaikan kritik dan saran dengan bebas[3]
Di sisi lain, fleksibilitas organisasi non formal melahirkan pula
beberapa tantangan:
1.
Akibat arus informasi yang terlalu
bebas, seringkali tersebar rumor atau gosip yang tidak pasti kebenarannya.
Hal ini berpotensi besar menciptakan kebingungan dan merusakan kesatuan
antaranggota.
2.
Struktur yang tidak tetap
berpotensi menyebabkan tumpang tindih peran.
Ketika datang waktunya untuk bekerja sama menjalankan suatu program, tidak ada
orang yang mengarahkan atau bahkan terlalu banyak orang yang menjadi bos.
3.
Pada organisasi yang memegang
nilai dan normanya secara ekstrim, para anggota akan sulit menolak perubahan
4.
Tingginya tingkat konformitas.
Artinya, anggota yang minoritas (baik memiliki gagasan yang berbeda, gender
berbeda, dan lainnya), tidak akan berani bersikap vokal.
Para anggota menerima tuntutan sosial untuk menerima ketetapan mayoritas.
Contoh Pembagian Organisasi Resmi dan Informal
Dalam hal
membedakan antara yang resmi dengan yang informal dari sebuah organisasi maka
berikut contoh keduanya.
Contoh Organisasi
Formal
Salah satu
contoh sederhana dari organisasi resmi adalah sekolah.
Tujuan
organisasi pendidikan ini adalah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik
dan menjadikan mereka pribadi yang terpuji.
Untuk
mencapai tujuan itu secara efektif, sekolah memiliki struktur yang jelas, yaitu
terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staff, guru, dan murid.
Setiap anggota memiliki peran, fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
jelas. Kesemuanya itu tercantum dalam dokumen resmi dan harus dipenuhi oleh
anggota.
Agar
organisasi berjalan baik, sekolah menetapkan tata tertib yang tegas dan
memiliki konsekuensi apabila anggota melanggarnya.
Contohnya
apabila seorang siswa dating terlambat, maka ia harus menerima hukuman berupa
keliling lapangan sambil bermandi keringat.
Contoh lain
adalah pemotongan gaji bagi guru atau staff yang tidak berhasil memenuhi
tugasnya.
Saluran
komunikasi dapat berupa mading, surat, dan pengumuman lisan yang di sampaikan
setiap upacara Senin.
Sementara output
dari organisasi ini adalah lulusan yang memiliki pengetahuan dan kualifikasi
yang mumpuni.
Selain
sekolah, organisasi formal juga dapat ditemukan dengan mudah di sekitar kita.
Kantor,
bisnis, yayasan, dan lembaga swadaya masyarakat, adalah contoh lain organisasi
resmi.
Organisasi
formal yang terbesar dalam sejarah peradaban manusia adalah Negara.
Contoh
Organisasi NonFormal
Satuan
organisasi informal terkecil dan paling awal di kenal manusia adalah keluarga.
Kelompok ini
memenuhi syarat sebagai sebuah organisasi karena memiliki anggota, tiap anggota
memiliki hubungan, memiliki aturan, dan tujuan yang dinamis.
Organisasi
informal juga selalu muncul di dalam organisasi resmi. Contohnya grup arisan,
tim futsal, atau tim senam di kantor.
Antardepartemen
dalam suatu kantor juga biasanya memiliki perkumpulan khusus yang eksklusif dan
bersifat personal.
Paguyuban
yang muncul di tengah masyarakat seperti remaja masjid, kelompok ibu-ibu
pengajian, dan geng motor adalah contoh lain lembaga non formal.
Seiring
perkembangan teknologi dan semakin banyaknya masyarakat yang terpapar internet,
institusi non formal pun semakin beragam.
Kita dapat
menemukan dengan mudah kelompok-kelompok pemain game online, persatuan perantau
Jawa di tanah Kalimantan yang muncul di Facebook, dan paguyuban lain yang di
landasi kesamaan minat, latar belakang, serta nilai.
Meski
teknologi internet mengurangi intensitas manusia untuk berkomunikasi langsung
dan menjalin hubungan personal di dunia nyata, manusia masih tetap
berorganisasi di dunia maya.
Hal ini
membuktikan, tak peduli seberapa panjang umur peradaban manusia, makhluk sosial
ini akan selalu memiliki kebutuhan untuk berorganisasi.
Hal ini di
sebabkan kesadaran purba yang tertanam dalam otak manusia bahwa ia tidak dapat
bertahan hidup seorang diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi materi yang dapat
disimpulkan pada makalah ini adalah Proses pembentukan organisasi formal akan dikuti dengan terbentuknya
organisasi informal. Organisasi informal adalah penggabungan kegiatan-kegiatan
pribadi tanpa maksud dan tujuan yang disadari, meskipun kadang memberikan
sumbangan untuk pencapaian tujuan organisasi formal.
Kebutuhan-kebutuhan yang mendasari terbentuknya
organisasi informal:
1. Kebutuhan Sosial.
2. Rasa memiliki dan pengenalan diri.
3. Pengetahuan tentang perilaku yang diterima.
4. Perhatian (simpati).
5. Bantuan dalam pencapain tujuan.
6. Kesempatan berpengaruh dan berkreasi.
7. Pelestarian nilai-nilai budaya.
8. Komunikasi dan informasi.
DAFTAR
PUSTAKA
https://drholix.wixsite.com/megalomania/single-post/2017/03/20/sejarah-organisasi-formal
Shinohara,
Shugo. 2016. History of Organizations. America: Global Encyclopedia of
Public Administration, Public Policy, and Governance, 1–5.
Mescon,
Michael H. 1959. Comments on Organization. The Journal of Educational
Sociology, Vol. 33, No. 1
[1] https://drholix.wixsite.com/megalomania/single-post/2017/03/20/sejarah-organisasi-formal
[2] Shinohara, Shugo. 2016. History of Organizations. America:
Global Encyclopedia of Public Administration, Public Policy, and Governance,
1–5.
[3] Mescon,
Michael H. 1959. Comments on Organization. The Journal of Educational
Sociology, Vol. 33, No. 1