BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas Pasal 1 no.16). Pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan pada jalur formal, non formal, maupun informal. Pada
jalur formal, pendidikan anak usia dini berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) atau
Raudhatul Athfal (RA).
Taman Kanak-kanak berfungsi untuk membina, menumbuhkan,
mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal, sehingga terbentuk perilaku
dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan
untuk memasuki pendidikan selanjutnya (Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak
dan Sekolah Dasar,2010). Pembelajaran di Taman Kanak-kanak diarahkan pada
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan pencapaian yang
dikategorikan pada usia 4-6 tahun agar anak siap untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya yaitu di Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Seluruh potensi anak usia dini yang harus dikembangkan meliputi beberapa aspek
yaitu aspek kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional dan moral.
Pendidikan yang diberikan pada anak usia dini baik di Pos
PAUD, Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), maupun Taman
Kanak-kanak (TK) dimaksudkan untuk membantu anak mencapai tahap perkembangannya
secara optimal dan disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Stimulus-stimulus
yang diberikan seharusnya dapat mengembangkan aspek perkembangan anak secara
keseluruhan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan fisik
motorik.
Ada beberapa aspek – aspek
yang menjadi penunjang perkembagan dan pertumbuhan anak usia dini ; kognitif,
fisik – motorik, sosial emosional, bahasa, dan moral, dan pada kesempatan kali
ini penyusun akan mengulas sedikit mengenai aspek pertumbuhan dan perkembangan
pada bidang fisik – motorik, Agar potensi anak tersebut dpat kita ketahui sejak
dini. Nah unutk mengetahuinya tentu kita perlu memahami sifat dan sikap tentang
anak pada usia dini tersebut. Melalui
makalah ini kami mencoba menjelaskan untuk bisa mempelajari dan memahami
tentang kelebihan / kelemahan suatu peristiwa pembelajaran.
B. Perumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimana cara mengidentifikasi kelebihan/kelemahan suatu
peristiwa pembelajaran di TK / Kelompok Belajar dan Taman Penitipan Anak?
C. Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelebihan/kelemahan suatu peristiwa pembelajaran di TK / Kelompok Belajar dan
Taman Penitipan Anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilustrasi Study Kasus
a.
Ilustrasi
Kasus
Hari ini, Senin
12 Oktober 2020, Bu Dona seorang guru TK PKK Jakarta dengan anak-anak memulai
kegiatan di kelas. Bu Dona telah merencanakan kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan menjahit. Kegiatan menjahit
bukanlah kegiatan pertama dikelasnya, melainkan sudah pernah dilakukan
sebelumnya.
Tema kegiatan
yang sudah disusun oleh Bu Dona pada hari ini “Tema Diri sendiri dan Sub Tema Kebutuhanku” Sebenarnya jumlah
anak didik Bu Dona adalah 20 anak, namun pada hari ini ada 1 anak yang tidak
dapat mengikuti kegiatan disekolah, dikarenakan sedang sakit. Hal ini diketahui
setelah ia mengabsen anak didiknya dengan cara memanggil nama anak satu
persatu. Setelah mengabsen, Bu Dona mengajak anak-anak untuk menceritakan
kegiatanya di pagi hari sebelum anak-anak berangkat sekolah (bangun tidur,
mandi, sarapan dsb) sampai anak-anak berangkat sekolah.
Setelah itu, Bu
Dona mengajak anak-anak untuk bernyanyi “Kalakau Suka Hati Tepuk Tangan”
“Menyanyi Nama-Nama Hari”, lalu ia mengajak anak untuk main tepuk “Tepuk Pakai
Baju”, sambil tepuk tangan, menggoyangkan badan dan mengayunkan kaki kiri dan
kanan.
Pada kegiatan
Inti Bu dona mengajak anak untuk melihat apa yang dibawa Bu Dona. Ibu Dona
menjelaskan apa yang dibawanya yaitu bahan dan alat untuk menjaihit baju dan
anak-anak memperhatikan ke Bu Dona. Setelah memperhatikan apa yang sudah
dijelaskan Bu Dona, setiap anak diberi satu bahan dan alat untuk menjahit.
Kemudian anak-anak diminta untuk menjahit dengan tahap-tahap yang sesuai dengan
mengikuti cara yang dicontohkan Bu Dona. Setelah kegiatan selesai Bu Dona
meminta anak untuk beristirahat.
Setelah selesai
istirahat, Bu Dona menanyakan kegiatan yang sudah dilakukan hari ini
(Bernyanyi, Main Tepuk, dan Kegiatan Menjahit, dsb) apkah perasaan anak merasa
senang atau tidak. Setelah kegiatan hari ini selesai, anak diperbolehkan
pulang.
b.
Pertanyaanya
:
1. Menurut
anda, tepatkah strategi pembelajaran yang dipilih dan dilaksanakan oleh Bu Dona
tadi untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menjahit?
2. Jelaskan
dua atau tiga kelebihan dan kelemahan strategi kegiatan yang digunakan oleh Bu
Dona di kelasnya, jika dikaitan dengan kemampuan utama yang akan dicapai
anak-anak di hari tersebut.
3. Jika
dilihat dari tema yang pilih oleh Bu Dona, apakah kegiatan dilakukan oleh Bu
Dona sudah sesuai dengan tema?
4. Jika
anda menjadi Bu dona bagaimana anda menyusun kegiatan yang sesuai dengan tema
dan kemampuan yang akan dicapai anka?
5. Untuk
memperbaiki pengembangan yang dilakukan oleh Bu Dona, buatlah rencana
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk 1 siklus kegiatan yang meliputi
identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, tujuan perbaikan,
dan rencana kegiatan (SKM). Kemudian buatlah SKH dan skenario perbaikan untuk 1
hari (Hari Pertama Saja)
B. Bidang Pengembangan
a.
Fisik
Motorik
Perkembangan fisik motorik
AUD merupakan proses perkembangan
yang berkesinambungan, terjadi secara signifikan dalam pembentukan tulang,
tumbuh kembang gerakan otot-otot dan saraf sesuai dengan rentang usianya yang akan mempengaruhi
keterampilan anak dalam
bergerak.
Setiap anak perkembangan fisiknya berbeda-beda. Ada beberapa
anak yang pertumbuhannya cepat dan ada beberapa anak yang pertumbuhannya
lambat. Biasanya ditemukan anak usia dini yang tinggi badannya dan anak yang
lain lebih pendek. Pada masa usia dini, pertumbuhan tinggi badan dan berat
badan relatif seimbang tetapi secara bertahap tubuh anak akan mengalami
perubahan. Bilamana di masa bayi anak memiliki penampilan yang gemuk maka
secara perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi lebih langsing, sedangkan kaki
dan tangannya mulai memanjang.
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang,
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai
dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan
gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini
merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik,
seperti menulis, menganyam, menggambar, melukis, berenang, main bola, dan
atletik.
Anak-anak usia dini biasanya senang sekali bermain. Mereka
tidak pernak kenal lelah dalam bermain. Hal itu dapat melatih kemampuan
fisiknya. Perkembangan fisik pada anak dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek
yaitu dapat ditinjau dari perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik
halus. Dimakalah ini penulis lebih membahas ke motorik halus.
b.
Motorik Halus
Perkembangan
gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian
gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebi kecil atau detail.
Kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik
halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis, dan lain
sebagainya.
Berbeda dengan
Hurlock, E. Berk menjelaskan gerak motorik halus ini dengan membandingkannya
gerak motorik kasar. Dengan kata lain, E. Berk memahami bahwa gerak motorik
halus sebagai bentuk kebalikan dari gerak motorik kasar. Ia menyatakan bahwa
pada anak usia prasekolah teah terjadi perubahan besar (giant) pada
gerak motoriknya. Sekedar contoh, gerakan tangan dan jari yang meningkat.
Bahkan, pada tahap ini anak sering mencoba makan dengan tangannya sendiri, tetapi orang tua
sering kali mencegahnya dengan alasan tangan anak kotor sehingga tidak boleh
makan dengan tangan. Melihat fenomena ini, E. Berk menyatakan, “But parents
mush be patient about these abilities: When tired and in a harry young children
often revert to eating with their fingers.” ( Tetapi orang tua harus
bersabar terhadap ketangkasan ini: ketika anak mulai bosan dan terburu-buru anak sering makan dengan tangannya.)
E. Berk menyarankan agar orang tua harus sabar ketika
menghadapi anaknya makan dengan tangan atau jari-jari mereka. Sebab, anak pada fase ini belum terbiasa
memcuci tangan sebelum makan. Di samping
itu, dalam pandangan E. Berk, makan dengan tangan merupakan etika yang tidak
baik.
Selanjutnya, kira-kira mencapai usia 3 tahun, anak sudah mulai bisa
mengenakan baju sendiri, bahkan mampu memakai dan melepas sepatunya sendiri.
Keterampilan inilah yang disebut E. Berk sebagai Self – Help Skill (
keterampilan menolong diri sendiri ). Nah, keterampilan menolong diri sendiri
ini akan mencapi puncak kesempurnaanya pada usia 6 tahun. Ketercapaian semua
gerakan ini tidak lepas dari perhatian jangka panjang yang diperagakan olehnya,
mulai dari gerakan-gerakan tangan dan gerakan-gerakan lainnya yang kait - mengait.
Guru dapat membantu anak mengembangkan kemampuan
motorik halusnya dengan memanfaatkan beragam media. Pada sisi lain, kemampuan
motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek
kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestetik tubuh yang mencakup
kemampuan anak dalam kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan
mengordinasi gerakan-gerakan tubuh serta terampil dalam menggunakan
peralatan-peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak dalam aktivitas bermainnya.
Dan secara aspek sosial tentunya kematangan kemampuan motorik halus anak
membantu mereka menanamkan citra diri yang positif dalam bentuk kepercayaan
diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya.
c.
Kegiatan
Menjahit
Kegiatan
menjahit adalah kegiatan orang dewasa yang disederhanakan dan digunakan sebagai
salah satu aspek perkembangan anak terutama motorik anak. Kegiatan dengan
menggunakan tangan dan koordinasi mata ini dirasakan efektif dan sebagai salah
satu cara untuk melatih keterampilan dasar dalam mempersiapkan diri pada
kemampuan lebih lanjut.
Menurut Hutauruk
(2008: 5) Menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk anak usia
dini sebagai upaya untuk mengembangkan motorik halus. Menjahit merupakan salah
satu kegiatan kreativitas untuk anak dengan menggunakan tangan dan berfungsi
untuk melatih keterampilan motorik halus. Tujuan dari kegiatan menjahit yang
lain adalah untuk meningkatkan kosentrasi anak, kemampuan logika, kemampuan
motorik halus, dan melatih koordinasi mata dan tangan anak, juga untuk
kemampuan menulis dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan, pergelangan tangan
dan jari. Selain itu menjahit juga mampu mengajarkan anak untuk memecahkan
masalah, berpikir kreatif, sabar dan memupuk semangat untuk terus berjuang
sampai mampu melakukanya dengan baik.
Menjahit untuk
anak adalah anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata untuk memasukkan dan
mengeluarkan tali atau benang dari sebuah benda sambil berfikir agar jahitan
terjahit semua. Pada dasarnya teknik menjaihit untuk anak usia dini sama dengan
teknik menjahit yang dilakukanorang dewasa.
d.
Kelebihan
dan Kekurangan Kegiatan Menjahit
1.
Kelebihan
Ø Melatih
konsentrasi anak
Ø Melatih
kesabaran
Ø Koordinasi
mata dan tangan
2.
Kelemahan
Ø Membutuhkan
waktu yang lama
Ø Anak
mudah bosan
C. Pengembangan Metode untuk
Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menjahit
Proses belajar
mengajar merupakan interkasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik
dalam satu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang
ditetapkan. Tentunya gutu dituntut kemampuannya untuk menggunakan metode secara
bervariasi, metode dipilih berdasarkan strategi yang sudah dipilih dan
ditetapkan. Metode merupakan alat untuk mecapai tujuan kegiatan pembelajaran.
a. Metode Demonstrasi
Metode
Demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan
pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti
dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Menurut Muhibbin Syah (2000),
metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan unrutan melakukan suatu kegitan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan.
Menurut
Syaiful Bahri Ojamarah, metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenan dengan
bahan pelajaran. Melalui kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan
pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk
memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia
lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu. Dengan demikian, selanjutnya anak
dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang dicontohkan
oleh guru.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Setiap
metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian pula dengan metode
demonstrasi.
1.
Kelebihan
Ø Membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda
/peristiwa
Ø Memudahkan
berbagai jenis penjelasan
Ø Perhatian
anak dapat lebih dipusatkan
2.
Kelemahan
Ø Tidak
semua benda/peristiwa dapt didemonstrasikan
Ø Sukar
dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan
D. Penggunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran secara optimal
dalam pembelajaran adalah dikaitkan dengan tugas yang diemban guru dalam
kesehariannya yaitu manyajikan pesan, membimbing dan membina anak untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak
dalam waktu yang telah ditetapkan dan relative terbatas.
Kemampuan lain
yang harus dikuasai oleh guru selain mampu memilih media pembelajaran secara
tepat adalah kemampuan dalam mengembangkan mrdia pembelajaran. Guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan berbagai media pembelajaran.
Dengan pengetahuannya itu, guru akan memanfaatkan secara optimal media
pembelajaran yang tersedia. Ia akan menggunakannya sendiri secara kreatif
sehingga kegiatan belajar anak dapat berjalan dengan efektif.
Media dalam
proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar anak dalam pembelajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Kesimpulannya, proses dan hasil belajar pada anak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan
media. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran.
a.
Kelebihan
Ø Media
yang menarik
Ø Warna
yang menarik
b.
Kelemahan
Ø Media
yang kurang bervariatif
Ø Bentuk
terlalu rumit
Ø Bahan
kurang sesuai ( Terlalu tipis/Mudah sobek, Mudah kusut)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka
penulis simpulkan bahwa kegiatan menjahit sangat mempengaruhi motorik halus
anak. Dimana anak diminta untuk berkonsentrasi mengkoordinasikan antara mata
dengan tangan.
Menurut
Hutauruk (2008: 5) Menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
anak usia dini sebagai upaya untuk mengembangkan motorik halus. Menjahit
merupakan salah satu kegiatan kreativitas untuk anak dengan menggunakan tangan
dan berfungsi untuk melatih keterampilan motorik halus. Tujuan dari kegiatan
menjahit yang lain adalah untuk meningkatkan kosentrasi anak, kemampuan logika,
kemampuan motorik halus, dan melatih koordinasi mata dan tangan anak, juga
untuk kemampuan menulis dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan, pergelangan
tangan dan jari.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan
pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :
· Guru
sebagai ujung tombak dari kualitas sumber daya manusia tentu guru sendiri masih
harus banyak belajar agar menjadi seorang guru yang profesional, aktif, menyenangkan
dan kreatif.
· Untuk
menjadi guru yang kreatif, guru tidak perlu banyak mengeluarkan biaya dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak karena guru dapat menggunakan
saran dan prasaran yang sudah ada sehingga aspek perkembangan anak semuanya
dapat berkembang secara baik dan seimbang.
· Guru
diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan suatu media supaya anak tidak
mudah bosan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar