Kamis, 16 Juni 2022

MAKALAH TEORI PRODUKSI ISLAMI

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksimelibatkan banyak faktor produksi.

Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus di akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori mikro kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan tingkat produktivitasnya, daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan ekspornya ketimbang agregat impornya.

Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapat faktor produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan.

Pada prinsipnya islam lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehingga memiliki dayabeli yang lebih baik. Karena itu bagi islam, produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif tidak dengan sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar  jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentutermasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.

Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Produksi yang Diharamkan dalam Islam

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/ jasa. Menurut Ilmu Ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.[1] Pengertian produksi dalam perspektif Islam yang dikemukakan oleh Qutub Abdus Salam Duaib adalah usaha mengeksploitasi sumber-sumber daya agar dapat menghasilkan manfaat ekonomi.Produksi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat secara berimbang. Manfaat produksi dalam ekonomi Islam yaitu tidak mengandung unsur mudharat bagi orang lain, dan melakukan ekonomi yang memiliki manfaat di dunia dan akhirat.[2]

Dari pengertian di atas, kegiatan produksi mempunyai tujuan:

1.    Menghasilkan barang atau jasa

2.    Meningkatkan nilai guna barang atau jasa

3.    Meningkatkan kemakmuran masyarakat

4.    Meningkatkan keuntungan

5.    Memperluas lapangan usaha

6.    Menjaga kesinambungan usaha perusahaan

Faktor-faktorProduksi[3]

Faktor produksi yaitu unsur-unsur yang digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri dari:

1)        Faktor Produksi Alam

Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan di sektor pertambangan. Sektor-sektor itu lazim disebut produksi primer (industri pabrik dipandang sebagai produksi sekunder).

2)        Tenaga Kerja (Sumber daya manusia)

Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk kepentingan sendiri maupun anggota keluarga. Atau mereka yang bekerja untuk gaji dan upah. Juga yang menganggur, tetapi yang sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.

3)        Modal

Modal adalah barang-barang yang dihasilkan untuk dipergunakan selanjutnya dalam produksi barang-barang lain. Barang-barang modal terutama terdiri atas peralatan yang sangat berguna dalam proses produksi. Peralatan modal tersebut meliputi mesin-mesin, alat-alat besar, gedung, bahan baku, dsb.

4)        Pengelolaan/kewirausahaan

Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.

Produksi yang diharamkan dalam Islam adalah apabila tidak memenuhi prinsip-prinsip yang ada dalam ekonomi Islam. Prinsip-prinsipnya antara lain:[4]

1.         Keadilan dan kesamaan dalam produksi Islami

Islam memiliki prinsip produksi yang adil dan wajar dalam sebuah bisnis dimana mereka dapat memperoleh kekayaan tanpa mengeksploitasi individu-individu lainnya atau merusak kemaslahatan. Sedangkan usaha yang tidak adil dan salah, sangat dicela. Usaha semacam ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada masyarakat dan akhirnya menyebabkan kehancuran. Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam bebas dari kesewenang-wenangan dan tidak ada eksploitasi model kapitalisme dan komunisme.

2.         Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran

Dalam produksi, barang pun tidak hanyamenghasilkan barang tetapi harus sesuai dengan perbandingan antara harga barang yang ditawarkan dengan kuantitas yang diberikan. Takaran tersebut harus mencapai tingkat maslahah produksi yang sesuai, tidak melebih-lebihkan atau menguranginya. Karena hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam Islam, hal tersebut harus ada pengawasan melalui kesadaran diri sendiri dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan, bukanhasratuntukmenginginkansesuatu yang lebih.

3.         Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam

Tidak mendekati hal-hal yang dalam ketentuan islam sudah pasti bahwa itu diharamkan baik pengelolaan, pembentukan, dan pelaksanaannya. Islam sudah memberikan batasan-batasan yang sesuai menyangkut berbagai hal, seperti pencampuran barang haram ke dalam barang produksi dan menggantikan bahan produksi halal dengan yang haram karena berbagai faktor pendukungnya. Semua itu dapat terjadi apabila pelaku-pelaku produksi barang tidak menempatkan dengan hati-hati.

Dalam Islam, akhlak juga merupakan hal yang paling penting untuk melakukan produksi. Meskipun ruang lingkup yang halal itu sangat luas, akan tetapi sebagian besar manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka tidak merasa cukup dengan yang banyak karena mereka mementingkan kebutuhan dan hawa nafsu tanpa melihat adanya suatu akibat yang akan merusak atau merugikan orang lain. Seorang produsen muslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri sendiri maupun masyarakat dan tetap dalam akhlak yang mulia.

 

B.     Produktivitas Dalam Islam

Produktivitas adalah kegiatan produksi sebagai perbandingan input dengan output. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.[5] Dalam Islam prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi.

Mannan menyatakan “Dalam sistem produksi Islam konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih luas, konsep kesejahteraan Islam terdiri dari bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari hanya barang-barang berfaedah melalui pemanfaatan sumber-sumber daya secara maksimum baik manusia maupun benda demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum baik manusia maupun benda demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi”. Dari pernyataan Mannan di atas jelas menggambarkan aturan main produksi dalam Islam yakni selain produsen dapat mendapatkan laba yang diinginkan juga ada sebuah aturan bahwa barang yang diproduksi adalah barang yang benar-benar berfaedah dan sesuai dengan kebutuhan manusia sesuai dengan zamannya.[6]

Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan dan dianggap sebagai ibadah, dan kemalasan dinilai sebagai keburukan. Bekerja mendapat tempat yang terhormat di dalam Islam. Sebuah hadits menyebutkan bahwa bekerja adalah jihad fi sabilillah. SabdaNabi SAW, “Siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia adalah mujahid fi Sabilillah”. (Ahmad). Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadusil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min’anashir al-intajdhaminai tharuzamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).

Sedangkan Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi’Ilm al-Iqtishad al-Islamy menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat.

Dasar pemikiran yang dibangun dalam paradigm berfikir aliran konvensional dalam berproduksi adalah memaksimumkan keuntungan (maximizing of profit) dan meminimumkan biaya (minimizing of cost) yang pada dasarnya tidak melihat realita ekonomi yang prakteknya berdasarkan pada kecukupan akan kebutuhan dan market imperfection yang berasosiasi dengan imperfect information. Hasil dari pencapaian produksi yang dilakukan oleh perusahaan konvensional adalah keinginan untuk mendapatkan profit (keuntungan) yang maksimal dengan cost (biaya) yang sedikit.

Aspek produksi yang didasarkan pada ajaran Islam melihat bahwa proses produksi dapat menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek yang bersifat materi-keduniaan tetapi juga yang bersifat ruhani-keakhiratan. Dalam Al Qur’an juga diterangkan tentang konsep produksi. Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan bukannya untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif. Hal ini ditegaskan Al-Qur-an yang tidak memperbolehkan produksi barang-barang mewah yang berlebihan dalam keadaan apapun.

Di dalam QS. Al-Ma’arij: 19, sifat-sifat alami manusia yang menjadi asas semua kegiatan ekonomi diterangkan: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”. Sifat loba manusia menjadikan keluh kesah, tidak sabar, dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan sehingga memacu manusia untuk melakukan berbagai aktifitas produktif. Manusia akan semakin giat untuk memuaskan kehendaknya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan kerusakan di bidang produksi.

Mengacu pada pemikiran As-Syatibi, bahwa kebutuhan dasar manusia harus mencakup lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama (ad-din), terpeliharanya jiwa (an-nafs), terjaminnya berkreasi dan berfikir (al-‘aql), terpenuhinya kebutuhan materi (al-mal), dan keberlangsungan meneruskan keturunan (an-nasl).

 

C.    Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dalam satu periode atau suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam memproduksi barang atau jasa.[7] Dengan kata lain, fungsi produksi adalah hubungan antara nilai produksi (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

 

 

 

 


Fungsi produksi untuk memproduksi barang Q dapat diformulasikan menjadi Q = f (K,L) yang menunjukkan berapa jumlah maksimal barang Q yang dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).[8]

K

3

 

2

 

1

 

 

 

A

 

G

 

                                 Q3

 

B

 

 

                        Q2

 

 

C

 

                Q1

  0        1       2            3                                    L

Pada gambar di atas, input modal digambarkan pada sumbu vertikal dengan simbol K. Sedangkan input tenaga kerja digambarkan dengan simbol L. Titik-titik kombinasi input K dan L yang menghasilkan tingkat output yang sama dapat saling dihubungkan sehingga membentuk suatu kurva. Kurva ini disebut kurva isoquant.

Pada gambar di atas, telah dipetakan tiga buah kurva isoquant, yakni kurva isoquant 1 (Q1), kurva isoquant 2 (Q2), dan kurva isoquant 3 (Q3). Semakin kurva isoquant menjauhi titik 0, maka jumlah input semakin besar, dan jumlah output semakin besar pula. [9] 

Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada hukum yang disebut The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan, apabila penggunaan satu macam input ditambah, sedangkan input lain tetap, tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input  yang ditambahkan mula-mula naik, kemudian menurun jika input terus ditambahkan.[10]

1.      Produk Total (Total Product)

Produk Total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga kerja pada waktu tertentu. Perubahan produk total dapat berubah berdasarkan banyak sedikitnya faktor produksi variabel yang digunakan. [11] Dalam produk total, apabila tenaga kerja terus bertambah, produksi total tetap akan bertambah.

Misalnya, sebuah usaha rumah tangga yang memproduksi batu bata dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang hanya mampu menghasilkan batu bata sebanyak 20 buah setiap hari. Apabila tenaga kerja bertambah menjadi 5 orang maka batu bata yang dihasilkan pun juga akan bertambah menjadi 105 buah batu bata. Jadi, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam produksi maka, akan meningkatkan jumlah batu bata yang dapat dicetak.

 

 

2.      Produk Marjinal (Marjinal Product)

Produk Marjinal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP) dapat dihitung dengan MP = .[12] Setiap penambahan satu unit input dapat berdampak kepada peningkatan produksi, sehingga apabila setiap tambahan satu unit mempunyai dampak yang lebih kecil maka berlakulah hukum “hasil yang semakin menurun” (The Low of Diminishing Returns).

Misalnya, tenaga kerja bertambah dari 2 orang menjadi 5 orang, hasil produksi bertambah dari 20 menjadi 105, yaitu pertambahan sebanyak 85. Maka produksi marjinal  = 85. Jika, tenaga kerja bertambah dari 5 menjadi 7, hasil produksi dari 105 menjadi 126, pertambahan sebanyak 21, maka produksi marjinal menjadi  = 21. Sehingga mengakibatkan produksi marjinal semakin berkurang.

3.      Produk Rata-rata (Average Product)

Produk rata-rata adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja. Produksi total (TP), jumlah tenaga kerja (L), maka produk rata-rata (AP), dan dapat dihitung dengan AP = . [13]

Misalnya, ketika tenaga kerja yang digunakan sebanyak 5 orang, produksi total adalah 105. Dengan demikian produksi rata-rata adalah  = 21. Jika, tenaga kerja yang digunakan 8 orang, produksi total adalah 120. Produksi rata-rata adalah  = 15. Sehingga pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi total, dan produksi rata-rata semakin lama semakin kecil jumlahnya.

 

 

 

 

 

Dari fungsi produksi di atas dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi

Buruh

(Orang)

Mesin

Produksi Total

(TP)

Produk

Marginal

(MP)

Produk

Rata-rata

(AP)

Tahap

1

1

5

5

5

Pertama

2

1

20

15

10

3

1

45

25

15

4

1

80

35

20

5

1

105

25

21

6

1

120

15

20

Kedua

7

1

126

6

18

8

1

120

-6

15

Ketiga  

9

1

108

-12

12

10

1

90

-18

9

 

Dari hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi dapat dibuat kurva yang menghubungkan ketiga fungsi produksi, yaitu produk total, produk marginal, dan produk rata-rata.

Hubungan Grafis antara TP dengan AP dan MP

 

 

D.    Alternatif Tipe Fungsi Produksi

1.      Constant Return to Variable Input

Constan return merupakan hubungan yang menunjukkan jumlah hasil produksi meningkat dengan jumlah yang sama untuk setiap kesatuan tambahan input.[14] Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan sama dengan tambahan inputnya. Hubungan input dan output dalam kondisi semacam ini dapat dirumuskan dengan:

 Q = a + bX

            Q           :  jumlah output

X           :  jumlah input

a dan b :  konstanta

Karena fungsi produksi dimulai dari titik origin sehingga nilai konstanta a adalah nol. Oleh karena itu, faktor produksi dapat ditulis Q = bX. Dalam constant return to variable input, AP dan MP membentuk satu garis lurus yang konstan (b). Karena AP = MP = b.

          MP, AP

 

 

        (+)                                                   MP = AP = b

 

 

          0                                                Unit of Variable Input

 

        (-)

2.      Decreasing Return to Variable Input

Decreasing return merupakan hubungan yang mana kesatuan-kesatuan tambahan input menghasilkan suatu kenaikan hasil produksi yang lebih kecil dari kesatuan-kesatuan sebelumnya.[15] Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan tambahan inputnya.

Hubungan input dan output dalam kondisi ini dapat dirumuskan dengan:

Q = a + bX – cX2

Bila kita mengasumsikan fungsi dimulai dari titik oriin maka, formula di atas dapat ditulis sebagai berikut:

                                                            Q =  bX – cX2

                        Q         : jumlah output

                        b          : konstanta

                        c          : nilai yang negatif karena bX – cX2

`      Pada kondisi ini, kurva MP berada di bawah AP, karena AP =  =  = b – cX. Sedangkan , MP =  = b – 2cX. Dari rumus tersebut, slope kedua kurva berbeda, AP (-c) sedang MP (-2c).

 

          MP, AP

 

 

        (+)                                                          MP = b - cX

 

 

          0                                               

        (-)

                                                                                                              MP = b – 2cX

 

3.      Increasing Return to Variable Input

Increasing return merupakan hubungan di mana kesatuan tambahan input menghasilkan suatu tambahan hasil produksi yang lebih besar dari kesatuan-kesatuan sebelumnya.[16] Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih besar dibandingkan tambahan inputnya.

Hubungan dalam kondisi ini dapat dirumuskan Q = a + bX +cX2. Karena a adalah 0, maka Q = bX +cX2. Pada kondisi ini, kurva MP berada di atas kurva AP. Karena AP =  =  = b + cX, sedangkan MP =  = b + 2cX. Dari rumus tersebut, slope kedua kurva tentu berbeda, slope untuk kurva AP adalah (+c) sedang slope untuk kurva MP adalah (+2c).

          MP, AP

                                                                        MP = b + 2cX

 

        (+)                                                  

                                                                           MP = b + cX

 

          0                                               

        (-)

                                                                                                             

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/ jasa. Menurut Ilmu Ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang. Manfaat produksi dalam ekonomi Islam yaitu tidak mengandung unsur mudharat bagi orang lain, dan melakukan ekonomi yang memiliki manfaat di dunia dan akhirat

Produksi yang diharamkan dalam Islam adalah apabila tidak memenuhi prinsip-prinsip yang ada dalam ekonomi Islam. Yaitu, keadilan dan kesamaan dalam produksi Islami, memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran, menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam. Dalam Islam, akhlak juga merupakan hal yang paling penting untuk melakukan produksi.

Produktivitas adalah kegiatan produksi sebagai perbandingan input dengan output. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam Islam prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi.

Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dalam satu periode atau suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam memproduksi barang atau jasa. Dengan kata lain, fungsi produksi adalah hubungan antara nilai produksi (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi.

Dalam teori ekonomi ada 3 fungsi ekonomi, yaitu produk total, produk marginal dan produk rata-rata. Produk Total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga kerja pada waktu tertentu. Produk Marjinal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan, produk rata-rata adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.

Dalam alternatif tipe fungsi produksi ada 3 keadaan, yaitu: Constant Return to Variable Input, Decreasing Return to Variable Input, dan Decreasing Return to Variable Input. Constan return terjadi bila tambahan output yang dihasilkan sama dengan tambahan inputnya. Decreasing return terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan tambahan inputnya. Sedangkan increasing return terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih besar dibandingkan tambahan inputnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Karim, Adiwarman Azwar. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

 

Subagiyo, Rokhmat. 2016. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Alim’s Publishing Jakarta.

 

Suprayitno, Eko. 2008.  Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang Press.

 

Wibowo, Sukarno. 2013. Ekonomi Mikro Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

 

 

 

 



[1]EkoSuprayitno, EkonomiMikroPerspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), cet. 1, hal. 157.

[2]RokhmatSubagiyo, EkonomiMikro Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2016), cet. 1, hal. 63.

[3]EkoSuprayitno,EkonomiMikroPerspektif Islam, hal. 161-165.

[4] RokhmatSubagiyo, EkonomiMikro........, hal. 63.

[5] RokhmatSubagiyo, EkonomiMikro........, hal. 65.

[6]EkoSuprayitno,EkonomiMikroPerspektif......., hal. 178-179.

 

[7] Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro........,hal.66.

[8] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 104

[9] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro........,hal. 104

[10] Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2013), hal. 254

[11] Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro.........,hal. 67

[12] Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro.........,hal. 67-68

[13] Ibid., hal.68

[14] Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif ......, hal. 172

[15] Ibid., hal. 173

[16] Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro .......,hal. 172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar