BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini
semenjak manusia menghuni planet ini. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh
dari menyatunya manusia dengan alam. Kegiatan produksi merupakan mata rantai
dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan
jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan
ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan
jasa kegiatan produksimelibatkan banyak faktor produksi.
Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian
kegiatan ekonomi yang tak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling
mempengaruhi, namun harus di akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari
kegiatan tersebut. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori mikro
kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa
lebih dapat di atur dengan tingkat produktivitasnya, daripada kemewahan
konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan ekspornya ketimbang agregat impornya.
Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal,
yaitu: apa yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang
/jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi
cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi
konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapat faktor
produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian.
Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan.
Pada prinsipnya islam lebih menekankan berproduksi demi untuk
memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang
yang memiliki uang, sehingga memiliki dayabeli yang lebih baik. Karena itu bagi
islam, produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif maupun
kualitatif tidak dengan sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat
dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.Dalam teori produksi memberikan
penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam
memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana
Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentutermasuk pemilikan
alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat
akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut.
Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar.
Jika kita membeli sebuah produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan
produk tersebut, maka tidak akan ada masalah yang timbul dalam pendefinisian
dan pengukuran biaya produk tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Produksi
yang Diharamkan dalam Islam
Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/
jasa. Menurut Ilmu Ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun
jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.[1]
Pengertian produksi dalam perspektif Islam yang dikemukakan oleh Qutub Abdus
Salam Duaib adalah usaha mengeksploitasi sumber-sumber daya agar dapat
menghasilkan manfaat ekonomi.Produksi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk
kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat secara berimbang. Manfaat
produksi dalam ekonomi Islam yaitu tidak mengandung unsur mudharat bagi orang
lain, dan melakukan ekonomi yang memiliki manfaat di dunia dan akhirat.[2]
Dari pengertian di atas, kegiatan produksi mempunyai tujuan:
1.
Menghasilkan
barang atau jasa
2.
Meningkatkan
nilai guna barang atau jasa
3.
Meningkatkan
kemakmuran masyarakat
4.
Meningkatkan
keuntungan
5.
Memperluas
lapangan usaha
6.
Menjaga
kesinambungan usaha perusahaan
Faktor-faktorProduksi[3]
Faktor produksi yaitu unsur-unsur yang digunakan dalam proses
produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri
dari:
1)
Faktor
Produksi Alam
Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan di sektor
pertambangan. Sektor-sektor itu lazim disebut produksi primer (industri pabrik
dipandang sebagai produksi sekunder).
2)
Tenaga
Kerja (Sumber daya manusia)
Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan sanggup
bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk kepentingan sendiri maupun
anggota keluarga. Atau mereka yang bekerja untuk gaji dan upah. Juga yang
menganggur, tetapi yang sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.
3)
Modal
Modal adalah barang-barang yang dihasilkan untuk dipergunakan
selanjutnya dalam produksi barang-barang lain. Barang-barang modal terutama
terdiri atas peralatan yang sangat berguna dalam proses produksi. Peralatan
modal tersebut meliputi mesin-mesin, alat-alat besar, gedung, bahan baku, dsb.
4)
Pengelolaan/kewirausahaan
Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor
produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan
efisien.
Produksi yang diharamkan dalam Islam adalah apabila tidak memenuhi prinsip-prinsip
yang ada dalam ekonomi Islam. Prinsip-prinsipnya antara lain:[4]
1.
Keadilan
dan kesamaan dalam produksi Islami
Islam memiliki prinsip produksi yang adil dan wajar dalam sebuah bisnis
dimana mereka dapat memperoleh kekayaan tanpa mengeksploitasi individu-individu
lainnya atau merusak kemaslahatan. Sedangkan usaha yang tidak adil dan salah,
sangat dicela. Usaha semacam ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada masyarakat
dan akhirnya menyebabkan kehancuran. Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam
bebas dari kesewenang-wenangan dan tidak ada eksploitasi model kapitalisme dan komunisme.
2.
Memenuhi
takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran
Dalam produksi, barang pun tidak hanyamenghasilkan barang tetapi harus
sesuai dengan perbandingan antara harga barang yang ditawarkan dengan kuantitas
yang diberikan. Takaran tersebut harus mencapai tingkat maslahah produksi yang
sesuai, tidak melebih-lebihkan atau menguranginya. Karena hal tersebut dapat merugikan
diri sendiri dan orang lain. Dalam Islam, hal tersebut harus ada pengawasan melalui
kesadaran diri sendiri dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan, bukanhasratuntukmenginginkansesuatu
yang lebih.
3.
Menghindari
jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam
Tidak mendekati hal-hal yang dalam ketentuan islam sudah pasti bahwa
itu diharamkan baik pengelolaan, pembentukan, dan pelaksanaannya. Islam sudah memberikan
batasan-batasan yang sesuai menyangkut berbagai hal, seperti pencampuran barang
haram ke dalam barang produksi dan menggantikan bahan produksi halal dengan
yang haram karena berbagai faktor pendukungnya. Semua itu dapat terjadi apabila
pelaku-pelaku produksi barang tidak menempatkan dengan hati-hati.
Dalam Islam, akhlak juga merupakan hal yang paling penting untuk melakukan
produksi. Meskipun ruang lingkup yang halal itu sangat luas, akan tetapi sebagian
besar manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka tidak merasa
cukup dengan yang banyak karena mereka mementingkan kebutuhan dan hawa nafsu tanpa
melihat adanya suatu akibat yang akan merusak atau merugikan orang lain.
Seorang produsen muslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri sendiri
maupun masyarakat dan tetap dalam akhlak yang mulia.
B.
Produktivitas
Dalam Islam
Produktivitas adalah kegiatan produksi sebagai perbandingan
input dengan output. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran
yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil
yang optimal.[5] Dalam Islam prinsip fundamental
yang harus diperhatikan dalam produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi.
Mannan menyatakan “Dalam sistem produksi Islam konsep kesejahteraan ekonomi
digunakan dengan cara yang lebih luas, konsep kesejahteraan Islam terdiri dari bertambahnya
pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari hanya barang-barang
berfaedah melalui pemanfaatan sumber-sumber daya secara maksimum baik manusia maupun
benda demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum baik manusia maupun benda
demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses
produksi”. Dari pernyataan Mannan di atas jelas menggambarkan aturan main
produksi dalam Islam yakni selain produsen dapat mendapatkan laba yang
diinginkan juga ada sebuah aturan bahwa barang yang diproduksi adalah barang
yang benar-benar berfaedah dan sesuai dengan kebutuhan manusia sesuai dengan zamannya.[6]
Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan dan dianggap sebagai ibadah,
dan kemalasan dinilai sebagai keburukan. Bekerja mendapat tempat yang terhormat
di dalam Islam. Sebuah hadits menyebutkan bahwa bekerja adalah jihad fi
sabilillah. SabdaNabi SAW, “Siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya,
maka ia adalah mujahid fi Sabilillah”. (Ahmad). Dr. Muhammad Rawwas Qalahji
memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj
yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadusil’atin (mewujudkan atau mengadakan
sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min’anashir
al-intajdhaminai tharuzamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut
adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu
yang terbatas).
Sedangkan Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi’Ilm
al-Iqtishad al-Islamy menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi
yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang
diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu
pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan
bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat.
Dasar pemikiran yang
dibangun dalam paradigm berfikir aliran konvensional dalam berproduksi adalah memaksimumkan keuntungan
(maximizing of profit) dan meminimumkan biaya
(minimizing of cost) yang pada dasarnya tidak melihat realita ekonomi
yang prakteknya berdasarkan pada kecukupan akan kebutuhan dan market imperfection yang berasosiasi dengan imperfect
information. Hasil dari pencapaian produksi
yang dilakukan oleh perusahaan konvensional adalah keinginan untuk mendapatkan profit (keuntungan) yang maksimal dengan
cost (biaya) yang sedikit.
Aspek produksi yang didasarkan pada ajaran Islam melihat bahwa proses
produksi dapat menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek
yang bersifat materi-keduniaan tetapi juga yang bersifat ruhani-keakhiratan. Dalam
Al Qur’an juga diterangkan tentang konsep produksi. Al-Qur’an menekankan manfaat
dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan
kebutuhan hidup manusia. Barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia,
dan bukannya untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi
barang tersebut dianggap tidak produktif. Hal ini ditegaskan Al-Qur-an yang
tidak memperbolehkan produksi barang-barang mewah yang berlebihan dalam keadaan
apapun.
Di dalam QS. Al-Ma’arij: 19, sifat-sifat alami manusia yang menjadi asas semua
kegiatan ekonomi diterangkan: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh
kesah lagi kikir”. Sifat loba manusia menjadikan keluh kesah, tidak sabar,
dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan sehingga memacu manusia untuk
melakukan berbagai aktifitas produktif. Manusia akan semakin giat untuk memuaskan
kehendaknya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan
kerusakan di bidang produksi.
Mengacu pada pemikiran As-Syatibi, bahwa kebutuhan dasar manusia harus mencakup
lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama (ad-din), terpeliharanya jiwa
(an-nafs), terjaminnya berkreasi dan berfikir (al-‘aql),
terpenuhinya kebutuhan materi (al-mal), dan keberlangsungan meneruskan keturunan
(an-nasl).
C.
Fungsi
Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang
dihasilkan dalam satu periode atau suatu gambaran bagaimana produsen
berperilaku dalam memproduksi barang atau jasa.[7] Dengan
kata lain, fungsi produksi adalah hubungan antara nilai produksi (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi. Hubungan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
![]() |
Fungsi produksi untuk memproduksi barang Q dapat diformulasikan
menjadi Q = f (K,L) yang menunjukkan berapa jumlah maksimal barang Q yang dapat
diproduksi dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi input modal (K) dan
tenaga kerja (L).[8]
K
![]() ![]() |
|
|
|
||||
|
|
|
Q3 |
||||
|
|
|
Q2 |
||||
|
|
|
Q1 |
0 1 2 3 L
Pada gambar di atas, input modal digambarkan pada sumbu vertikal
dengan simbol K. Sedangkan input tenaga kerja digambarkan dengan simbol L.
Titik-titik kombinasi input K dan L yang menghasilkan tingkat output yang sama
dapat saling dihubungkan sehingga membentuk suatu kurva. Kurva ini disebut
kurva isoquant.
Pada gambar di atas, telah dipetakan tiga buah kurva isoquant, yakni
kurva isoquant 1 (Q1), kurva isoquant 2 (Q2), dan kurva isoquant
3 (Q3). Semakin kurva isoquant menjauhi titik 0, maka jumlah input semakin
besar, dan jumlah output semakin besar pula. [9]
Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada hukum
yang disebut The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil
Berkurang). Hukum ini menyatakan, apabila penggunaan satu macam input ditambah,
sedangkan input lain tetap, tambahan output yang dihasilkan dari
setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula naik, kemudian
menurun jika input terus ditambahkan.[10]
1.
Produk
Total (Total Product)
Produk Total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah
tenaga kerja pada waktu tertentu. Perubahan produk total dapat berubah
berdasarkan banyak sedikitnya faktor produksi variabel yang digunakan. [11] Dalam
produk total, apabila tenaga kerja terus bertambah, produksi total tetap akan
bertambah.
Misalnya, sebuah usaha rumah tangga yang memproduksi batu bata dengan
menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang hanya mampu menghasilkan batu bata
sebanyak 20 buah setiap hari. Apabila tenaga kerja bertambah menjadi 5 orang
maka batu bata yang dihasilkan pun juga akan bertambah menjadi 105 buah batu
bata. Jadi, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam produksi maka, akan
meningkatkan jumlah batu bata yang dapat dicetak.
2.
Produk
Marjinal (Marjinal Product)
Produk Marjinal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh
pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. ∆TP adalah pertambahan produksi
total, maka produksi marjinal (MP) dapat dihitung dengan MP = .[12]
Setiap penambahan satu unit input dapat berdampak kepada peningkatan produksi,
sehingga apabila setiap tambahan satu unit mempunyai dampak yang lebih kecil
maka berlakulah hukum “hasil yang semakin menurun” (The Low of Diminishing
Returns).
Misalnya, tenaga kerja bertambah dari 2 orang
menjadi 5 orang, hasil produksi bertambah dari 20 menjadi 105, yaitu
pertambahan sebanyak 85. Maka produksi marjinal = 85.
Jika, tenaga kerja bertambah dari 5 menjadi 7, hasil produksi dari 105 menjadi 126,
pertambahan sebanyak 21, maka produksi marjinal menjadi
= 21.
Sehingga mengakibatkan produksi marjinal semakin berkurang.
3.
Produk
Rata-rata (Average Product)
Produk rata-rata adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan
oleh setiap pekerja. Produksi total (TP), jumlah tenaga kerja (L), maka produk
rata-rata (AP), dan dapat dihitung dengan AP = . [13]
Misalnya, ketika tenaga kerja yang digunakan
sebanyak 5 orang, produksi total adalah 105. Dengan demikian produksi rata-rata
adalah = 21.
Jika, tenaga kerja yang digunakan 8 orang, produksi total adalah 120. Produksi
rata-rata adalah
= 15.
Sehingga pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi total, dan
produksi rata-rata semakin lama semakin kecil jumlahnya.
Dari fungsi produksi di atas dapat dibuat tabel
sebagai berikut:
Hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi
Buruh
(Orang) |
Mesin |
Produksi Total (TP) |
Produk Marginal (MP) |
Produk Rata-rata (AP) |
Tahap
|
1 |
1 |
5 |
5 |
5 |
Pertama |
2 |
1 |
20 |
15 |
10 |
|
3 |
1 |
45 |
25 |
15 |
|
4 |
1 |
80 |
35 |
20 |
|
5 |
1 |
105 |
25 |
21 |
|
6 |
1 |
120 |
15 |
20 |
Kedua |
7 |
1 |
126 |
6 |
18 |
|
8 |
1 |
120 |
-6 |
15 |
Ketiga |
9 |
1 |
108 |
-12 |
12 |
|
10 |
1 |
90 |
-18 |
9 |
Dari hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi dapat dibuat kurva
yang menghubungkan ketiga fungsi produksi, yaitu produk total, produk marginal,
dan produk rata-rata.
Hubungan Grafis antara TP dengan AP dan MP
D.
Alternatif
Tipe Fungsi Produksi
1.
Constant
Return to Variable Input
Constan return
merupakan hubungan yang menunjukkan jumlah hasil produksi meningkat dengan
jumlah yang sama untuk setiap kesatuan tambahan input.[14] Kondisi
ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan sama dengan tambahan inputnya.
Hubungan input dan output dalam kondisi semacam ini dapat dirumuskan dengan:
Q = a + bX
Q : jumlah output
X :
jumlah input
a dan b :
konstanta
Karena fungsi produksi dimulai dari titik origin sehingga nilai konstanta a
adalah nol. Oleh karena itu, faktor produksi dapat ditulis Q = bX. Dalam constant
return to variable input, AP dan MP membentuk satu garis lurus yang konstan
(b). Karena AP = MP = b.
MP, AP
(+) MP = AP = b
0 Unit
of Variable Input
(-)
2.
Decreasing
Return to Variable Input
Decreasing return merupakan
hubungan yang mana kesatuan-kesatuan tambahan input menghasilkan suatu kenaikan
hasil produksi yang lebih kecil dari kesatuan-kesatuan sebelumnya.[15]
Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan tambahan inputnya.
Hubungan input dan output dalam kondisi ini dapat dirumuskan
dengan:
Q = a + bX – cX2
Bila kita mengasumsikan fungsi dimulai dari
titik oriin maka, formula di atas dapat ditulis sebagai berikut:
Q
= bX – cX2
Q : jumlah output
b : konstanta
c : nilai yang negatif karena bX – cX2
` Pada kondisi ini, kurva MP
berada di bawah AP, karena AP = =
= b –
cX. Sedangkan , MP =
= b –
2cX. Dari rumus tersebut, slope kedua kurva berbeda, AP (-c) sedang MP (-2c).
MP, AP
(+) MP = b - cX
0
(-)
MP = b – 2cX
3.
Increasing
Return to Variable Input
Increasing return merupakan hubungan di mana kesatuan tambahan input menghasilkan
suatu tambahan hasil produksi yang lebih besar dari kesatuan-kesatuan sebelumnya.[16]
Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan tambahan inputnya.
Hubungan dalam kondisi ini dapat dirumuskan Q = a + bX +cX2.
Karena a adalah 0, maka Q = bX +cX2. Pada kondisi ini, kurva MP
berada di atas kurva AP. Karena AP = =
= b + cX, sedangkan MP =
= b + 2cX. Dari rumus
tersebut, slope kedua kurva tentu berbeda, slope untuk kurva AP adalah (+c)
sedang slope untuk kurva MP adalah (+2c).
MP, AP
MP
= b + 2cX
(+)
MP = b + cX
0
(-)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/
jasa. Menurut Ilmu Ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun
jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang. Manfaat
produksi dalam ekonomi Islam yaitu tidak mengandung unsur mudharat bagi orang
lain, dan melakukan ekonomi yang memiliki manfaat di dunia dan akhirat
Produksi yang diharamkan dalam Islam adalah apabila tidak memenuhi
prinsip-prinsip yang ada dalam ekonomi Islam. Yaitu, keadilan dan kesamaan
dalam produksi Islami, memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran,
menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam. Dalam Islam,
akhlak juga merupakan hal yang paling penting untuk melakukan produksi.
Produktivitas adalah kegiatan produksi sebagai perbandingan input
dengan output. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang
menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai
hasil yang optimal. Dalam Islam prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam
produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi.
Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang
dihasilkan dalam satu periode atau suatu gambaran bagaimana produsen
berperilaku dalam memproduksi barang atau jasa. Dengan kata lain, fungsi
produksi adalah hubungan antara nilai produksi (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi.
Dalam teori ekonomi ada 3 fungsi
ekonomi, yaitu produk total, produk marginal dan produk rata-rata. Produk Total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah
tenaga kerja pada waktu tertentu. Produk Marjinal adalah tambahan produksi yang
diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan,
produk rata-rata adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap
pekerja.
Dalam alternatif tipe fungsi produksi ada 3 keadaan, yaitu: Constant
Return to Variable Input, Decreasing Return to Variable Input, dan Decreasing
Return to Variable Input. Constan return terjadi bila tambahan output yang
dihasilkan sama dengan tambahan inputnya. Decreasing return terjadi bila
tambahan output yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan tambahan inputnya.
Sedangkan increasing return terjadi bila tambahan output yang dihasilkan
lebih besar dibandingkan tambahan inputnya.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman Azwar. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Subagiyo, Rokhmat. 2016. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Alim’s
Publishing Jakarta.
Suprayitno, Eko. 2008. Ekonomi
Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang Press.
Wibowo, Sukarno. 2013. Ekonomi Mikro Islam. Bandung: CV Pustaka
Setia.
[1]EkoSuprayitno, EkonomiMikroPerspektif
Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), cet. 1, hal. 157.
[2]RokhmatSubagiyo,
EkonomiMikro Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2016), cet. 1, hal. 63.
[3]EkoSuprayitno,EkonomiMikroPerspektif
Islam, hal. 161-165.
[4] RokhmatSubagiyo,
EkonomiMikro........, hal. 63.
[5] RokhmatSubagiyo,
EkonomiMikro........, hal. 65.
[6]EkoSuprayitno,EkonomiMikroPerspektif......., hal. 178-179.
[7] Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro........,hal.66.
[8] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007), hal. 104
[9] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro........,hal. 104
[10] Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung, CV Pustaka Setia,
2013), hal. 254
[11] Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro.........,hal. 67
[12] Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro.........,hal. 67-68
[13] Ibid., hal.68
[14] Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif ......, hal. 172
[15] Ibid., hal. 173
[16] Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro .......,hal. 172
Tidak ada komentar:
Posting Komentar