BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Swamedikasi atau pelayanan sendiri merupakan pelayanan
kesehatan yang menjadi suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama. Pada
swamedikasi, masyarakat dapat melakukan penggunaan obat untuk tujuan pengobatan
sakit ringan, tanpa resep atau intervensi dari seorang dokter. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk
mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banak dialami masyarakat,
antara lain demam, nyeri, batuk, flu, serta berbagai penyakit lain.
Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam swamedikasi, yaitu:
a. Pada swamedikasi, pasien bertanggung
jawab terhadap obat yang digunakan. Oleh karenaitu sebaiknya baca label obat
secara seksama dan teliti
b. Jika pasien memilih untuk melakukan
pengobatan sendiri, maka ia harus dapat:
1. Mengenali gejala yang dirasakan
2. Menentukan apakah kondisi mereka
sesuai untuk melakukan pengobatan sendiri atau tidak
3. Memilih produk obat yang sesuai
dengan kondisinya
4. Mengikuti instruksi yang sesuai pada
label obat yang dikonsumsi
c. Pasien juga harus mempunyai
informasi yang tepat mengenai obat yang mereka konsumsi. Konsultasi dengan
dokter merupakan pilihan yang terbaik bila dirasakan bahwa pengobatan sendiri
atau swamedikasi yang dilakukan tidak memberikan hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan
d. Setiap orang yang melakukan
swamedikasi harus menyadari kelebihan dan kekurangan dari swamedikasi yang
dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN
2. SWAMEDIKASI PENGGUNAAN SUPPOSITORIA
DAN OVULA
2.1. Contoh
Kasus
Bapak A adalah seorang pria berumur 45 tahun yang datang ke
apotek bersama istrinya. Dia mengeluhkan sembelit sejak 6 hari yang lalu. Ia
sering mulas dan sering bolak-balik ke kamar mandi, namun sulit untuk BAB.
Pasien telah mengkonsumsi dulcolax tablet sejak 3 hari yang lalu namun
sembelitnya tidak kunjung reda. Pasien jarang mengkonsmsi sayur dan buah yang
berserat karena kesukaannya hanyalah sayur kangkung. Pasien datang dengan
meminta rekomendasi apoteker untuk pengobatan sembelitnya. Apoteker
merekomendasikan bisakodil suppositoria untuk mengatasi sembelit Bapak A
2.2. Patofisiologi
2.2.1 Pengertian Konstipasi
·
Konstipasi bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan gejala yang mengindikasikan adanya penyakit atau masalah.
·
Yang dapat menyebabkan konstipasi
antara lain kelainan saluran pencernaan (contoh: divertikulitis), gangguan
metabolisme (contoh: diabetes), gangguan endokrin (contoh: hipotiroidism).
·
Konstipasi pada umumnya terjadi
akibat dari rendahnya konsumsi serat atau penggunaan obat-obat yang dapat
menimbulkan konstipasi seperti opiat.
·
Konstipasi kadang-kadang dapat juga
diakibatkan oleh faktor psikologis.
2.2.2 Penyebab Konstipasi
·
Penyakit atau kondisi yang dapat
menimbulkan konstipasi:
a. Gangguan saluran pencernaan:
1.
Obstruksi gastroduodonal akibat
ulser atau kanker
2.
Irritable bowel syndrome
3.
Diverticulities
4.
Hemmorhoids, anal fissures
5.
Ulcerative proctitis
6.
Tumor
b. Gangguan metabolisme dan endokrin
1.
Diabetes mellitus
2.
Hipotiroidism
3.
Panhipopituitarism
4.
Peokromositoma
5.
Hiperkalsemia
c. Kehamilan
d. Konstipasi neurogenik
1.
Head trauma
2.
Central nervous system tumors
3.
Stroke
4.
Parkinson’s disease
e. Konstipasi psikogenik
1.
Gangguan psikiatri
2.
Inappropriate bowel habits
f. Obat-obat yang menginduksi konstipasi
1.
Analgesik
- Penghambat
sintesis prostaglandin
- Opiat
2.
Antikolinergik
3.
Antihistamin
4.
Antiparkinson
5.
Fenotiazin
6.
Antidepresan trisiklik
7.
Antasida yang mengandung kalsium
karbonat atau aluminum hidroksida
8.
Barium sulfat
9.
Blok kanal kalsium
10.
Klonidin
11.
Diuretik (nonpotassium sparing)
12.
Ganglion brokers
13.
Preparat besi
14.
Muscle blockers (d-tubokurarin,
suksinilkolin)
15.
Polistiren sodium sulfonat
2.2.3 Klasifikasi Konstipasi
Berdasarkan
patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat
kelainan struktural dan konstipasi fungsional.
-
Konstipasi
akibat kelainan struktural terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja,
-
Konstipasi
fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal.
OVULA
3.1 Pengertian Ovula
Ovula adalah sediaan setengah padat berbentuk bulat telur
digunakan untuk obat luar khusus untuk vagina (Depkes RI, 2008). Ovula mudah
meleleh dalam suhu tubuhdanmudah melarut. Bahan dasar ovula harus larut dalam
air dan dapat meleleh pada suhu tubuh contohnya lemak coklat dan campuran PEG
dalam berbagai perbandingan. Bobot uvola adalah 3-6 gram dan pada umumnya
adalah 5 gram. Cara penyimpanan ovula adalah disimpan pada wadah tertutup baik
dan disimpan di tempat yang sejuk.
3.2 Kelebihan dari sediaan ovula
· dapat digunakan untuk obat yang
tidak bisa diberikan secara oral, karena gangguan cerna, pingsan dsb.
· dapat diberikan pada lansia yang
susah menelan
· bisa menghindari first pass
effect dihati
3.3 Kekurangan dari sediaan ovula
· daerah absorpsinya lebih kecil
· absorpsi hanya melalui difusi pasif
· pemakaian kurang praktis
· tidak dapat digunakan untuk zat yang
rusak pada pH vagina.
CONTOH OBAT OVULA
1. Vagistin (Nystatin, Metronidazol)
Nystatin adalah obat antijamur yang
digunakan untuk mengatasi infeksi jamur Candida pada rongga mulut, tenggorokan,
usus, dan vagina. Dalam meredakan infeksi, nystatin bekerja dengan cara
merusak sel jamur dan menghentikan pertumbuhan Candida. Nystatin
tersedia dalam 3 bentuk obat, yaitu cairan suspensi, tablet vagina (ovula), dan
salep.
2. Alboltyl
Ovula
Alboltyl Ovula
mengandung Policresulen, obat yang merupakan hasil pemadatan dari metanal dan
asam metakresolsulfonat. Obat ini termasuk antiseptik topikal dan tersedia
dalam bentuk ovula (obat yang dimasukkan ke dalam vagina). Setiap 1 ovula
mengandung Policresulen 90 mg. Alboltyl bekerja dengan cara menggumpalkan dan
melepaskan jaringan yang rusak tanpa mempengaruhi jaringan sehat. Pada
pemakaian ke dalam vagina, obat ini dapat membunuh bakteri, jamur, dan parasit
di vagina dan mulut rahim.Alboltyl Ovula digunakan untuk radang vagina
(vaginitis), radang mulut rahim (servisitis), keputihan karena berbagai sebab,
dan luka pada mulut rahim.
Swamedikasi Cara Penggunaan Ovula
Ada dua cara penggunaan ovula (tablet vagina), yaitu
dengan aplikator dan tanpa aplikator
1. Cara Penggunaan
Tablet Vagina Dengan Aplikator
1)
Cuci tangan, pastikan tangan bersih
2)
Keluarkan tablet vagina (ovula) dari
pembungkus
3)
Tempatkan tablet ke bagian yang
terbuka dari aplikator
4)
Berbaring telentang, tekuk lutut
sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar)
5)
Sisipkan secara pelan-pelan
aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa kekuatan
6)
Tekan ujung aplikator sehingga
tablet terlepas
7)
Tarik aplikator
8)
Buang aplikator jika merupakan alat
sekali pakai, cucilah kedua bagian aplikator dengan sabun dan air hangat jika
bukan merupakan alat sekali pakai
9)
Cuci tangan
2. Tablet
vagina Tanpa Aplikator
1)
Cuci tangan terlebih dahulu
2)
Buka pembungkus tablet vagina
3)
Celupkan tablet dalam air suam-suam
kuku untuk sekadar melembabkan
4)
Berbaring telentang, tekuk lutut dan
lebarkan paha (lihat gambar)
5)
Sisipkan secara pelan-pelan tablet
ke bagian depan vagian sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan
6)
Cuci tangan
SWAMEDIKASI PENGGUNAAN
TETES TELINGA
4.1
Anatomi Telinga
Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai
indera pendengaran dan fungsi keseimbangan tubuh. Telinga
sebagai indera pendengar terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar,telinga
tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti diperlihatkan.
Anatomi Telinga
4.2.
Patofisiologi Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat meliputi telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam.Telinga luar mempunyai fungsi untuk
mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur- struktur telinga
tengah. Gangguan pada telinga luardi daerah liang telinga.
1.
Penutupan Telinga
Penggunaan penutup telinga, topi, helm ataupun
pakaian yang menutuptelinga dapat menyebabkan gangguan transmisi bunyi untuk
masuk menujutelinga tengah dan dalam sehingga menimbulkan gangguan fungsi
pendengaranyang sifat tidak permanen.
2. Serumen
Merupakan kelenjar sekret kelenjar sebasea dan
apokrin yang terdapatpada bagian kartilaginosa liang telinga. Pada keadaan
normal serumen terdapatdi sepertiga luar liang telinga. Serumen mempunyai
fungsi sebagai saranapengangkut debris epitel kontaminan untuk dikeluarkan
dari membaranatimpani, serumen sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan
danpembentukan fisura pada epidermis. Serumen memiliki dua tipe
konsistensinyayang bersifat basah yang bersifat dominan sehingga terlihat
basah, lengket danberwarna madu yang dapat mengubah warna menjadi gelap bila
terpapar danbiasanya banyak terjadi pada ras Kaukasia dan tipe konsistensi
serumen kering,bersisik dan terdapat pada ras Mongoloid.
3. Otitis Eksterna
Merupakan radang telinga akut maupun kronis yang
dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang dapat mempermudahterjadinya
radang pada telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga.Normal pH pada
liang telinga asam, jika terdapatnya pH yang berubah menjadibasa karena
proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yangsangat hangat dan
lembab, kuman dan jamur akan mempermudah untukmenjadi tumbuh di liang telinga.
4.Otitis Media
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian
atau seluruh mukosa telinga tengah,tuba Eustachius, antrum mastoid,
dan sel-sel mastoid.Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah
dengan gejala dantanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda
klinik lokal atau sistemikdapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik
berupa otalgia, demam, gelisah, mual,muntah, diare, serta otore, apabila telah
terjadi perforasi membran timpani. Padapemeriksaan otoskopik juga dijumpai
efusi telinga tengah
4.3. Tatalaksana
Pengobatan OMA tergantung dari stadium penyakitnya. Pada
stadium oklusi pengobatan diutamakan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
untuk itu diberikan dekongestan nasal (HCl efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologik untuk anak < 12 tahun, dan HCl efedrin 1% dalam larutan
fisiologik bagi yang berumur > 12 tahun)
Untuk pengobatan infeksinya diberikan antibiotika untuk.
Sesuai prevalensi organisme penyebab otitis media akut, maka terapi terpilihnya
adalah amoksisilin (80 – 90 mg/kg BB/hari) yang dibagi dua dosis untuk 10 hari.
Terapi terpilih lainnya ialah penisilin. Bila pasien alergi terhadap penisilin,
dapat diberikan eritromisin (40 mg/kg BB/hari). Pada stadium hiperemis
pengobatan diberikan antibiotika, analgetika untuk nyeri, serta dekongestan
nasal dan antihistamin atau kombinasi keduanya
Pada stadium supurasi disamping
diberikan terapi seperti pada stadium hiperemis, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejalagejala
klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
SWAMEDIKASI PENGGUNAAN KONTRASEPSI
DAN MINI PIL
5.1.
Kontrasepsi
Oral Progesteron (KOP)
Kontrasepsi oral progesteron (KOP)
memiliki angka kegagalan yang lebih tinggi daripada Kontrasepsi Oral Kombinasi
(KOK). Kontrasepsi oral progesteron (KOP) merupakan alternatif kontrasepsi
hormonal bagi wanita yang tidak dapat menerima estrogen, termasuk pasien dengan
riwayat trombosis vena. KOP ini cocok untuk wanita lansia, perokok berat,
penderita hipertensi, kelainan katup jantung, diabetes melitus, atau migrain.
Dengan KOP ini ketidakteraturan pola haid lebih sering terjadi pada awal
penggunaannya tapi akan teratasi setelah penggunaan jangka panjang.
5.2.
Interaksi
Efektivitas KOP tidak dipengaruhi
oleh antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati. Tetapi efektivitas KOP
dikurangi oleh obat penginduksi enzim, sehingga dianjurkan menggunakan metode
kontrasepsi alternatif atau tambahan selama penggunaan obat atau 4 minggu
setelah penghentian obat.
5.3.
Cara
Penggunaan
Mulai pemberian 1 tablet perhari,
dimulai hari pertama siklus dan diminum pada waktu yang sama setiap hari (jika
terlupa minum lebih dari 3 jam, daya lindung obat hilang). Tidak perlu tambahan
kontrasepsi saat memulai minum obat. Setelah melahirkan, mulai setelah 3 minggu melahirkan (meningkatkan breakthrough bleeding jika diberikan lebih awal),
tidak mempengaruhi menyusui. Bila 1 pil terlupa, segera makan saat disadari,
dan lanjutkan jadwal yang biasa. Bila terlambat 3 jam makan pil, maka daya
lindung pil hilang. Lanjutkan makan pil, tetapi jangan lakukan sanggama selama
7 hari berikutnya atau gunakan kondom.
5.4.
Efek
Samping
Muntah dalam waktu 2 jam setelah
pemberian kontrasepsi oral atau terjadi diare yang sangat berat dapat
mengganggu absorpsi. Diperlukan kontrasepsi tambahan selama muntah/diare dan 2
hari setelah sembuh. Selain itu efek samping yang umum terjadi adalah perubahan suasana hati, sakit kepala, mual, sakit pada
perut, nyeri pada payudara dan peningkatan berat badan
SWAMEDIKASI PENGGUNAAN ENEMA
6.1.
Cara
Penggunaan Enema Laksatif (Microlax®)
·
Pasien
harus dalam posisi berbaring dengan posisi tubuh menghadap ke samping
·
Buka
penutup enema
·
Pencet
tubenya sedikit agar sejumlah kecil isinya keluar
·
Oleskan
pada bagian luar dari pipa aplikatornya
·
Masukkan
sepertiga bagian pipa ke dalam anus
·
Tekan
tube tersebut agar seluruh isinya keluar
·
Cabut
kembali pipa dari anus tanoa melepaskan tekanan pada tube
SWAMEDIKASI PENGGUNAAN TETES MATA
7.1.
Konjungtivitis
Konjungtivitis yang juga dikenal
sebagai mata merah, adalah salah satu keluhan oftalmik yang paling umum yang
dilihat oleh dokter umum. Konjungtiva yang meradang adalah penyebab paling umum
mata merah. Berikut adalah algoritma diagnosis banding menentukan pengobatan
atau kebutuhan yang tepat untuk rujukan
7.2.
Pengobatan
Pemilihan agen antibiotik untuk
konjungtivitis bakteri akut sebagian besar empiris. Perlakuan awal harus
mencakup cakupan Staphylococcus, tetapi juga dapat dipilih
berdasarkan biaya dan profil efek samping. Secara umum, salep adalah bentuk
sediaan yang baik untuk anak-anak. Orang dewasa lebih suka tetes karena mereka
tidak mengganggu penglihatan. Larutan Trimetoprim / polymyxin B, polimiksin B
dengan salep bacitracin, atau salep eritromisin merupakan terapi lini pertama
yang efektif biaya..
a) Terapi Nonfarmakologis
Perawatan utama adalah menghilangkan
dan menghindari alergen. Untuk obat-obatan konjungtivitis, hentikan obat-obatan
yang mengganggu. Terapkan kompres dingin tiga hingga empat kali sehari untuk
mengurangi kemerahan dan gatal dan untuk meredakan gejala
b) Terapi farmakologis
Gunakan pendekatan langkah perawatan
untuk pengobatan konjungtivitis alergi. Langkah pertama adalah larutan air mata
buatan non-obat. Larutan mencairkan atau menghilangkan alergen, memberikan
bantuan saat melumasi mata. Larutan diterapkan dua hingga empat kali sehari
sesuai kebutuhan. Salep dapat digunakan di malam hari untuk melembabkan
permukaan mata lebih jauh. Jika air mata buatan tidak mencukupi, langkah
pengobatan kedua adalah antihistamin topikal atau kombinasi antihistamin /
dekongestan. Kombinasi antihistamin / dekongestan lebih efektif daripada hanya
agen saja.
Cara Penggunaan Obat Tetes Mata
1)
Cuci
Tangan, sebelum meneteskan OTM (obat tetes mata ) pastikan mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir bertujuan untuk mencegah terjadi kontaminasi
2)
Cek
selalu kemasan OTM ada cacat pada kemasan atau tidak, dan ingat bahwa mulut
tempat keluar obat adalah bagian yang steril sehingga pastikan tangan yang
dicuci tidak mengenai bagian tersebut
3)
Posisikan
tubuh berbaring atau kepala mendongak (pilih posisi yang paling nyaman), buka
mata lebar-lebar, arahkan pandangan mata ke atas
4)
Tarik
kelopak mata bawah sebelum meneteskan obat dengan satu atau dua jari sehingga
membentuk kantong tempat meneteskan obat.
5)
Dengan
menggunakan tangan lain, pegang OTM dan posisikan ujung pipet atau mulut tempat
obat keluar berjarak 2,5 cm dari mata. Pencet perlahan OTM agar dosis obat yang
keluar tidak berlebih. Hati-hati agar mulut tempat obat keluar tidak menyentuh
appaun karena dapat terkontaminasi kuman
6)
Tutup
mata, jangan berkedip diamkan selama 2-3 menit agar mata dapat menyerap obat
7)
Jika
OTM yang digunakan lebih dari satu jenis OTM, maka berikan jarak lima menit
sebelum menggunakan OTM yang lain
7.3 Cara Penggunaan Salep Mata
1.
Ujung
tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata).
2.
Cuci
tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah
ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata ditekan
hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit.
Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah.
3.
Setelah
digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan dicuci
dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat.
4.
Cuci
tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Swamedikasi
berarti mengobati segala
keluhan pada diri
sendiri, dengan obat-obat yang
dibeli bebas di
apotek atau di
toko obat atas
inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter Bagi konsumen
obat, pengobatan sendiri
dapat memberi keuntungan
yaitu
1)
Menghemat
biaya ke dokter
2)
Menghemat
waktu ke dokter
3)
Segera
dapat beraktifitas kembali
Selesma
adalah iritasi atau
peradangan selaput lendir
hidung akibat infeksi
dari suatu virus. Rhinovirus adalah
penyebab selesma. 50%
selesma terjadi pada anak dan
dewasa. Influenza adalah penyakit
yang disebabkan oleh
infeksi virus influenza. Virus
influenza merupakan virus
RNA yang dapat
hidup pada manusia, kuda, babi,
ayam dan burung. Obat yang biasa
digunakan untuk swamedikasi
penyakit flu dan salesma yaitu paracetamol, asetosol,
dekongestan.
3.2 Saran
Dengan adanya informasi
yang diberikan mengenai
swamedikasi salesma dan flu
diharapkan juga pasien
meminta informasi dari
apoteker apabila hendak membeli
obat, serta membaca
dengan teliti apabila
obat yang dibeli tersebut memiliki brosur obat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar