BAB I
PENDAHULUAN
Sungguh
Rasulullah SAW telah menjelaskan di dalam haditsnya satu masalah diantara
masalah akhlaq yang sangat penting , yaitu cara mendidik akhlaq dan
pembentukannya serta cara memperkuatnya
di dalam jiwa dan memantapkannya, bahkan beliau telah menjadikannya pada urutan
beberapa tabi’at, yaitu agar supaya manusia mempunyai tujuan berkata baik dan
berbuat yang terpuji serta mengerjakannya berulang-ulang, sehingga sangat
berpengaruh pada dirinya bahkan dijadikannya sebagai kebiasaan yang berjalan
lancar dan agar bertambah mendalam setiap sudah diamalkan.
Barang siapa yang ingin agar
kejujuran itu menjadi kebiasaan dan akhlaqnya ingin menjadi agama dan
tabiatnya, maka hendaknya dia mempunyai tujuan jujur dalam semua ucapan, dan
jujur dalam semua perbuatannya. Jika kejujuran itu sesudah menjadi karakternya,
maka yang demikian dia menjadi orang yang paling jujur.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Jujur
Jujur
jika diartikan secara baku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu
informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran”. Dalam praktek dan penerapannya,
secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan
pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan
yang terjadi.
Bila
berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata
tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal
sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak
jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.
B.
Pentingnya
Jujur
Dalam
kehidupan sehari-hari, berperilaku jujur sangatlah penting. Karena kejujuran
memiliki banyak sekali manfaat yang dapat kita rasakan dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat, diantaranya adalah
1. Masuk
Surga. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 119
tA$s%
ª!$#
#x‹»yd
ãPöqtƒ
ßìxÿZtƒ
tûüÏ%ω»¢Á9$#
öNßgè%ô‰Ï¹
4 öNçlm;
×M»¨Yy_
“ÌøgrB
`ÏB
$ygÏFøtrB
ã»yg÷RF{$#
tûïÏ$Î#»yz
!$pkŽÏù
#Y‰t/r&
4 zÓÅ̧‘
ª!$#
öNåk÷]tã
(#qàÊu‘ur
çm÷Ztã
4 y7Ï9ºsŒ
ã—öqxÿø9$#
ãLìÏàyèø9$#
ÇÊÊÒÈ
Allah
berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha
terhadapNya[457]. Itulah keberuntungan yang paling besar".
2. Mendapat
Kepercayaan dari Orang lain. Kepercayaan orang lain sangatlah penting bagi
kita. Jika kita kehilangan kepercayaan itu, sangat sulit bagi kita untuk
mengembalikan lagi kepercayaan tersebut..
3. Mendapat
ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosa kita. Seperti yang tercantum dalam
Al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 70-71.
$pkš‰r'¯»tƒ
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
(#qä9qè%ur
Zwöqs%
#Y‰ƒÏ‰y™
ÇÐÉÈ ôxÎ=óÁãƒ
öNä3s9
ö/ä3n=»yJôãr&
öÏÿøótƒur
öNä3s9
öNä3t/qçRèŒ
3 `tBur
ÆìÏÜãƒ
©!$#
¼ã&s!qß™u‘ur
ô‰s)sù
y—$sù
#·—öqsù
$¸JŠÏàtã
ÇÐÊÈ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar.
4. Hati
merasa lebih tenang.
5. Memiliki
banyak teman.
6. Mendapat
pahala yang besar.
7. Mendapat
berkah dari Allah SWT
C.
Keutamaan
Jujur
Pertama, jujur akan mengantarkan ke
surga. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran
akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan ke surga … dan
sungguh kebohongan akan mengatarkan kepada dosa, dan dosa akan mengantarkan
kepada neraka .…” (HR Bukhari-Muslim).
Kedua, jujur akan melahirkan
ketenangan. Rasulullah SAW bersabda, “… maka sesungguhnya
kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah keraguan .…” (HR Turmidzi).
Orang yang selalu jujur akan selalu tenang, sebab ia selalu membawa kebenaran.
Sebaliknya, para pembohong selalu membawa kebusukan dan kebusukan itu membawa kegelisahan
akibat kebusukannya. Ia akan selalu dihantui dengan kebohongannya dan takut hal
itu akan terbongkar. Dan, bila seorang pembohong seperti ini menjadi pemimpin
maka ia tidak akan sempat mengurus rakyatnya, karena ia sibuk menyembunyikan
kebusukan dalam dirinya.
Ketiga, jujur disukai semua manusia.
Abu Sofyan pernah ditanya oleh Heraklius mengenai dakwah Rasulullah SAW. Abu Sofyan menjelaskan bahwa di antara
dakwahnya adalah mengajak berbuat jujur. (HR Bukhari-Muslim).
Keempat, jujur akan mengantarkan
pelakunya pada derajat tertinggi. Rasulullah SAW
bersabda, “Siapa yang memohon dengan jujur untuk mati syahid, (maka ketika ia
wafat) ia akan tergolong syuhada sekalipun mati di atas kasurnya.” (HR Muslim).
Dan kelima, jujur akan mengantarkan
pada keberkahan. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan
bahwa seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan transaksi
perdagangannya maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika menipu maka
Allah akan mencabut keberkahan dagangannya. (HR Bukhari Muslim). Wallahu a’lam.
D.
Macam-macam
Kejujuran
1. Jujur
dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal
tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan
pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang
dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang
dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka
tetapi pada niat dan maksud mereka.
2. Jujur
dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali
dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang
paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur
dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau
Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan
Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya
juga ragu-ragu atau dusta.
4. Jujur
dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh
Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah
akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur.’”
5. Jujur
dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana
jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal.
Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau
dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya
maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
E.
Petaka
Kebohongan
1. tidak
akan ada orang yang percaya kepada kita.
2. akan
dijauhi teman
3. teman
yang menjauhi kita akan memberitahu orang lain bahwa kita seorang pembohong
4. Akibat
perilaku tidak jujur akan menimbulkan ketidakberaturannnya hubungan social. dan
menimbulkan perpecahan
F.
Hikmah
Prilaku Jujur
Beberapa hikmah
perilaku jujur yang dapat dipetik antara lain sebagai berikut.
1. Perasaan
enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan
diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2. Mendapatkan
kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat
dari azab dan bahaya.
4. Dijamin
masuk surga.
5. Dicintai
oleh Allah Swt. dan rasul-Nya
BAB III
KESIMPULAN
Sifat
jujur adalah keutamaan dari segala sendi akhlaq yang menjadi dasar peraturan
masyarakat dan tertibnya semua urusan serta menjadikan lancarnya semua
tugas-tugas dengan baik.
Sifat jujur dapat mengangkat
derajat seseorang di atas sekalian manusia,
menjadikannya tumpuan kepercayaan mereka, menjadikannya seseorang yang terpuji
di kalangan mereka, ucapannya dihormati mereka. Apabila manusia telah
membiasakan dirinya benar dan jujur dalam segala ihwalnya, maka perangai itu
akan melembaga pada dirinya sehingga
menjadilah ia sebagai orang yang benar dan jujur, benar dalam ucapannya, benar
dalam perbuatannya, benar dalam pmikiran-pemikirannya, kemudian dia akan dibawa
oleh perangainya yang terpuji itu kepada menepati segala sifat kebaikan
sehingga lapanglah jalan menuju ke syurga. Dan sebaliknya apabila seseorang
telah membiasakan dirinya berdusta, maka perangai itupun akhirnya akan
melembaga pada dirinya sehingga menjadilah ia sebagai orang pendusta sehingga
hilanglah kepercayaan masyarakat kepadanya dan pada saatnya ia akan terbawa
menuju jalan ke neraka.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Muhammad Arifin bin Badri, MA. Sifat Perniagaan Nabi. Bogor. Pustaka
Darul
Ilmi. 2008
Sunarto.
Tuntunan Da’wah Dan Pembina Pribadi Muslim. Semarang. Pustaka
Amani.
1983
Tidak ada komentar:
Posting Komentar