Senin, 17 Januari 2022

Makalah Teknik Evaluasi Penilian Non-Tes dalamPembelajaran

 

Latar Belakang

Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afktif, seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi. Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan tes dan nontes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan teoretis keterampilan, dan sikap. Pengetahuan teoretis dapat diukur dengan menggunakan teknis tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala nilai, dan lain-lain. Dengan kata lain, banyak aspek pembelajaran termasuk jenis hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik nontes. Jika evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Justru teknik non-tes digunakan sebagai kritikan terhadap kelemahan teknik tes.

A.    Pengertian Teknik Non Tes

Teknik penilaian non-tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009).

 

B.     Bentuk-Bentuk Teknik Non Tes

Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu teknik tes dan teknik non-tes. Ada beberapa teknik non-tes yaitu :[1]

1.      Observasi (pengamatan)

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi :[2]

a)      Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.

b)      Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.

c)      Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpatisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan  (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

a.       Tujuan Utama Observasi antara lain:

1)      Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan

2)      Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)

3)      Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta  didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.

b.      Karakteristik Observasi antara lain:[3]

1)   Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.

2)  Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.

3)   Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.

4)   Praktis penggunaannya.

c. Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:

1.      Merumuskan tujuan observasi.

2.      Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.

3.      Menyusun pedoman observasi.

4.      Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran.

5.      Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi.

6.      Merevisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba.

7.      Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.

8.      Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

Contoh:

Mata pelajaran             :PKN

Kelas/Semester            :IV/Genap

Indikator                     :Mengindahkan kepentingan orang lain

No

Perilaku yang diamati

Hasil pengamatan

1

2

3

4

5

1

Mengganggu teman di kelas

2

Kataatan peserta didik terhadap peraturan sekolah

3

Menunaikan tugas kelompok

Keterangan:

1 = tidak pernah

2 = jarang

3 = kadang-kadang

4 = sering

5 = selalu

 

2.  Wawancara (interview)

      Wawancara (interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. 

Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :[4]

1)      Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.

2)      Interview terpimpin, yaitu intervi yang dilakukan oleh subjek dengan cara mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.

a.       Tujuan wawancara adalah sebagai berikut :[5]

1)      Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.

2)      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3)      Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.

 

b.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara :[6]

1)      Pendidik yang akan melakukan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa yang akan ditanyakan.

2)      Menjaga hubungan yang baik, rahasia dari peserta didik harus dijaga dengan baik.

3)      Hindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.

4)      Batasi waktu dalam wawancara.

5)      Mencatat semua hasil dari wawancara.

c.       Langkah-langkah penyusunan wawancara :

1)      Perumusan Tujuan

2)      Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai

3)     Penyusunan kisi-kisi

4)      Penyusunan pedoman wawancara

5)      Lembaran penilaian

Contoh Wawancara:

Tujuan                : memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa    

                             dirumah

Bentuk               : bebas

Responden         : siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi

Nama siswa        :……………..

Kelas                  :……………..

Jenis kelamin      :……………..

Bentuk pertanyaannya sekaligus jawaban peserta didik dari hasil wawancara guru mampu mengambil keputusan diantaranya :

1.  kapan dan berapa lama anda belajar dirumah?

2. Bagaimana anda mempersiapkan diri untuk balajar secara efektif?
3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha    apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?

 

3.  Angket (kuesioner)

Angket merupakan kata lain dari kuesioner (questionair). Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (respoden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.[7] Angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif, dapat berbentuk pilihan ganda dan skala sikap.

Adapun kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, diantaranya adalah :

a.       Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada :

1)      Kuesioner langsung

Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.

2)      Kuesioner tidak lansung

Kuesioner tidak langsung merupakan kuesioner yang dikirim dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.

b.      Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka dibedakan atas :

3)      Kuesioner tertutup

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

 

4)      Kuesioner terbuka

Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.

c.       Tujuan pengembangan angket :[8]

1)      Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang suatu pembelajaran.

2)      Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkatan penguasaan tertentu.

3)      Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.

4)      Membantu anak yang lemah dalam belajar.

5)      Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam suatu pembelajaran.

d.      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun angket :[9]

1)      Pertanyaan hendaknya pendek dan jelas.

2)      Mengandung satu jawaban.

3)      Pertanyaan tidak boleh menyinggung perasaan peserta didik.

e.       Langkah-langkah menyusun angket :

1)      Merumuskan tujuan

2)      Merumuskan kegiatan

3)      Menyusun langkah-langkah

4)      Menyusun kisi-kisi

5)      Menyusun panduan angket

6)      Menyusun alat penilaian

 

 

Contoh Angket:

1.      Bentuk pilihan ganda :

Saya lebih suka berinfaq atau bershadaqah dalam situasi:

a.       Ada orang yang mencatat dan mengumumkannya

b.      Banyak orang yang menyaksikannya, agar saya tidak disebut sebagai orang yang bakhil

c.       Ada atau tidak ada orang yang mengetahui, bagi saya sama saja

d.      Tidak ada yang mengetahui sama sekali

2.      Skala likert:[10]

Membayar infaq atau shadaqah memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zakatnya tidak perlu lagi untuk membayar infaq atau shadaqah. terhadap pertanyaan tersebut saya:

a.    sangat setuju

b.   setuju

c.    ragu-ragu

d.   tidak setuju

e.    sangat tidak setuju

 

4.   Skala Nilai

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala. Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan criteria yang ditentukan.

Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau ketagori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan nilai bisa dalam bentuk huruf (A, B, C, D), angka (4, 3, 2, 1), sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, kurang. Hal yang penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah criteria skala nilai, yakni penjelasan operasional untuk setiap alternatif jawaban (A, B, C, D). Adanya kriteria yang jelas untuk setiap alternative jawaban akan mempermudah pemberian penilaian dan terhindar dari subjektivitas penilai. Tugas penilai hanya memberi tanda cek (V) dalam kolom rentangan nilai.

Skala nilai diatas bisa juga menggunakan kategori baik, sedang, dan kurang atau dengan angka 4, 3, 2, 1 bergantung pada keinginan penilai. Skala penilaian dapat menghasilkan data interval dalam bentuk skor nilai melalui jumlah skor yang diperoleh dari instrument. Dalam skala kategori, penilai bisa membuat rentangan yang lebih rinci misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, dan kurang sekali. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya proses mengajar pada guru, proses belajar pada siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial, dan cara memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan skala penilaian adalah sebagai berikut:[11]

1.      Tentukan tujuan yang akan dicapai dari skala penilaian sehingga jelas apa yang harus dinilai. 

2.      Berdasaarkan tujuan tersebut, tentukan aspek atau variabel yang akan diungkap melalui instumen ini. 

3.      Tetapkan bentuk rentangan nilai yang akan digunakan. 

4.      Buatlah item-item pernyataan yang akan dinilai. 

5.      Ada baiknya menetapkan pedoman mengolah dan menafsirkan hasil yang diperolah dari penilaian.

Skala penilaian dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh dua orang penilai  lebih dalam menilai subjek yang sama.

Contoh Skala Nilai:

Penampilan Guru Mengajar

Nama guru: …………………… Bidang studi yang diajarkan: ………………………

No

Pernyataan

Skala nilai

A

B

C

D

1.

2.

3.

4.

5.

Penguasaan bahan pelajaran

Hubungan dengan siswa

Bahasa yang digunakan

Pemakaian metode dan alat bantu mengajar

Jawaban terhadap pertanyaan siswa

Keterangan:

A: baik sekali           C: cukup

B: Baik                     D: kurang

Kesimpulan

Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.
  Jenis-Jenis Teknik Non-Tes

1.      Obervasi (pengamatan)

2.      Interview (wawancara)

3.      Kuesioner (Questionair) / angket

4.      Skala Nilai

5.      Dan lain-lain

Dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan dengan menggunakan alat berupa tes hasil belajar. Namun, kita dapat menggunakan tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, presepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009).

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003).

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999).

Junaidi, Baihaqi M, Evaluasi Pembelajaran madrasah Ibtidaiyah (MI), (Surabaya: LPTK IAIN SUNAN AMPEL FAKULTAS TARBIYAH, 2009).

Mirarami, Pembuatan dan Pengolahan Intrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes, http://wordpress.com /2013/10/04.

P4mriunismuh, Intrument Non Tes-1, http:// wordpress.com/2013/10/0, html.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo   Persada, 2009).

Yosipratiwi, Jenis-jenis bentuk non-tes, http://blogspot.com/2013/10/04, html.

 



[1] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 28.

[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 30.

[3] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), hlm : 153.

 

[4] Yosipratiwi, Jenis-jenis bentuk non-tes, http://blogspot.com/2013/10/04, html.

[5]  Op cit, hlm : 158.

[6]  Junaidi, M. Baihaqi, Evaluasi Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah (MI), (LPTK IAIN SUNAN AMPEL, FAKULTAS TARBIYAH), hlm: 101.

[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm, 28.

 

[8] P4mriunismuh, Intrument Non Tes-1, http:// wordpress.com/2013/10/0, html.

[9] Junaidi, M. Baihaqi, Evaluasi Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah (MI), (LPTK IAIN SUNAN AMPEL, FAKULTAS TARBIYAH), hlm: 102.

 

[10] Ibid, hlm. 102

[11] Mirarami, Pembuatan dan Pengolahan Intrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes, http://wordpress.com /2013/10/04.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar