BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang
isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar
dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy
mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka
sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di
Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang
masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang
memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk
melakukan dakwah secara terang-terangan.
Bertambahnya
penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, membuat kemapanan spiritual
yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah
mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah
tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan,
Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah.
Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
B.
Rumusan Masalah
1.
Perkembangan
islam pada masa nabi Muhammad saw ?
2.
Peperangan pada
masa nabi muhammad ?
C.
Tujuan masalah
1.
Mengetahui
tentang tentang nabi Muhammad saw ?
2.
Mengetahui
periode mekah ?
3.
Mengatahui
periode madinah ?
BAB II
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA
NABI MUHAMMAD
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam,
terutama di sekitar Mekah masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan yang dikenal dengan istilah paganisme[1]. Selain
menyembah berhala, di
kalangan bangsa Arab
ada pula yang menyembah agama
Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran,
dan Syam. Di samping itu iuga agama
Yahudi yang dipeluk oleh penduduk
Yahudi imigran di Yaman dan Madinah,
serta agama Majusi (Mazdaisme),[2] yaitu
agama orang-orang Persia.
Demikianlah keadaan
bangsa Arab menjelang kelahiran
Nabi Muhammad saw yang membawa
Islam di tengah-tengah
bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan jahiliah atau masa
kegelapan dan kebodohan
dalam hal agama, bukan
dalam hal lain seperti ekonomi
dan sastra karena dalam dua hal yang terakhir ini bangsa Arab mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Mekah bukan hanya merupakan pusat perdagangan lokal, tetapi juga sebagai jalur
perdagangan dunia yang penting saat itu, yang menghubungkan antara utara,
Syam, dan selatan, Yamary antara timur,
Persia, dan barat besinia dan
Mesir.
Dalam bidang. sastra, Pada
masa ini sastra iuga
memiliki arti penting kehidupan bangsa
Arab, mereka mengabadikan
peristiwa-peristiwa dalam syair yang
diperlombakan setiap tahun di pasar seni
ukaz, Majinnah dan Majaz. Bagi
yang memiliki syair yang bagus, maka
diberikan hadiah, dan mendapat
kehormatan bagi suku atau
kabilahnya serta syairnya digantungkan
di Ka'bah yang dinamakan Al-Mu'allaq As-Sab'ah.
Bangsa Arab juga dikenal suka berperang. Peperangan antarsuku
tidak pernah berhenti,
saling berebut kekuasaan dan pengaruh
merupakan kepahlawanan yang dibanggakan. Namun
dibalik semua itu, bangsa Arab sejak dahulu memiliki sifat ksatria, setia kepada kawan
dan menepati janji. Bangsa Arab suka menghormati tamu
dan memberi suaka kepada siapa
pun yang meminta perlindungan
ke rumah
mereka. Mereka juga memberi makan dan minum kepada kafilah padang
pasir dan menghargai kepahlawanan, sebagai
contoh bahwa bangsa
Arab Quraisy suka membela orang-orang
yang tidak berdaya dari golongan mereka sendiri serta selalu
bermusyawarah dalam
persoalan keluarga. Terbukti sudah sejak lama orang-orang Arab Quraisy memiliki lembaga permusyawaratan yang benama Darun Nadwah.
Di lingkungan inilah Nabi Muhammad di dilahirkan, di sinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak
ajaran agama Islam, di
tengah-tengah lingkungan yang sudah bobrok
dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan
berbagai rintangan yang terus
mendera. Namun, beliau tetap teguh
dalam menyebarkan agama baru,
yakni agama Islam kepada
masyarakat Arab ketika itu.
Nabi Muhammad saw lahir pada
tanggal 12 Rabiul Awwal
atau 20 April 571 M.[3] Ketika itu Raja Yaman Abrahah dengan
gajahnya menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka'bah sehingga tahun itu dinamakan Tahun Gajah.
Beliau telah menjadi
yatim piatu ketika berumur delapan tahun dan beliau diasuh oleh
kakek dan pamannya, Abdul Muthalib
dan Abu Thalib. Pada umur 1
2 tahun Nabi Muhammad sudah mengenal
perdagangan, sebab pada
saat itu beliau telah diajak berdagang oleh
paman beliau, Abu Thalib ke negeri Syam. Dari pengalamannya berdagang,
maka setelah beranjak dewasa,
beliau ingin berusaha
berdagang dengan membawa
barang dagangan Khadijah, seorang
saudagar wanita yang pada
akhimya menjadi istri beliau.
Fase kenabian Nabi Muhamrnad
dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi di gua Hira, sebagai imbas keprihatinan
beliau melihat keadaan bangsa
Arab yang menyembah berhala. Di
tempat inilah beliau menerima wahyu
Pertama, yang berupa Surah Al- AIaq aYat
1-5. Dengan wahyu
yang pertama ini, maka
beliau telah diangkat menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad
belum diPerin-tahkan untuk
menyeru kePada umatnya, namun setelah turun wahyu kedua,
yaitu Surah Al-Muddatstsir ayal
7-7, Nabi Muhammad & diangkat menjadi Rasul yang harus
berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad dibagi menjadi dua periode[4] Yaitu
a.
Periode Mekah, ciri pokok
dari periode ini, adalah pembinaan dan pendidikan
tauhid (dalam arti luas)
b.
Periode Madinah, ciri pokok
dari periode ini adalah pendidikan sosial dan
politik (dalam arti luas)'
A.
PERIODE MEKAH
Pada periode ini, tiga
tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di
lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau
sendiri, yaitu khadijah, yang menerima dakwah beliau , kemudian ali
bin abi thalib, abu bakar sahabt beliau, lalu zaid, bekas budak beliau. Disamping
itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan abu bakar yang
terkenal dengan julukan assabiqunal awwalun[5]
(orang-orang yang lebih dahulu masuk islam), mereka adalah utsman bin affan,
zubair bin awwan, sa’ad bin abi waqqash, abdur rahman bin ‘auf, thalhah bin
‘ubaidillah, abu ‘ubaidah bin jarrah, dan Al-arqan bin abil arqam, yang
rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah ( rumah arqam ).
Kemudian setelah turun ayat
94 Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad saw memulai berdakwah secara terang-terangan.
Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala.
apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik. (QS. Al-Hijr (94)
Namun, dakwah yang dilakukan beliau
tidak mudah karena mendapat tantangan
dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut.
1.
Mereka tidak dapat
membedakan antara kenabian dan
kekuasaan Mereka mengira bahwa tunduk
kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul
Muthalib,
2.
Nabi Muhammad menyerukan
persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3.
Para pemimpin Quraisy
tidak mau Percaya ataupun
mengakui serta tidak menerima
ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4.
Taklid kepada nenek
moyang adalah kebiasaan yang
berurat akar pada bangsa Arab,
sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama
nenek rnoyang dan mengikuti
agama Islam.
5.
Pemahat dan penjual patung
memandang Islam sebagai
peng-halang rezeki.
Banyak cara dan upaya
yang ditempuh para pemimpin
Quraisy untuk rnencegah dakwah
Nabi Muhammad saw namun
selalu gagal, baik secara
diplomatik dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara fisik.
Punca dari segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap
bani hasyim yang merupakan tempat nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan ini
berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan
umat islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.
Tekanan
dari orang-orang kafir semakin keras terhadap
gerakan dakwah Nabi Muhammad
saw, terlebih setelah
meninggalnya dua orang yang
selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad
dari orang-orang kafir, yaitu paman
beliaq Abu Thalib, dan istri tercinta
beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi
pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi
Muhammad saw sehingga
dinamakan AmuI Khuzn.[6]
Karena di Mekah dakwah Nabi Muhammad saw
mendapat rintangan dan tekanan, pada
akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah di luar Mekah. Namun, di Thaif beliau dicaci dan dilempari batu sampai
beliau terluka. Hal ini semua hamper menyebabkan Nabi Muhammad
putus asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau,
Allah swt mengutus dan mengisra' dan memi'rajkan beliau pada
tahun kesepuluh kenabian itu. Berita
tentang Isra' dan Mi'raj ini menggemparkan masyarakat
Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan
bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad saw. Sedangkan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa Isra'
dan Mi'raj, suatu perkembangan
besar bagi kemajuan
dakwah Islam terjadi,
yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) untuk
berhaji ke Mekah. Mereka
terdiri dari dua suku yang saling bermusuhary yaitu
suku Aus dan Khazraj[7] yang
masuk Islam dalam tiga gelombang. Pada
gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian,
mereka datang untuk memeluk agama Islam dan menerapkan ajarannya
sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara kedua
suku. Mereka kemudian dakwahkan Islam
di Yatsrib. Gelombang kedua,
pada tahun ke-12. kenabian mereka datang
kembali menemui nabi
dan mengadakan baik secara diplomatik
dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah pertama”, yang berisi ikrar
kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke yatsrib sebagai juru dakwah disertai oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka.
Gelombang ketiga, pada tahun ke 13
kenabian,
mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke Yatsrib. Mereka akan membai'at nabi sebagai Pemimpin. Nabi
pun akhirnya menyetujui usul mereka
untuk berhijrah' perjanjian ini disebut
perjanjian “Aqabah kedua”
karena terjadi pada tempat
yang sama.[8]
Akhirnya Nabi Muhammad bersarna kurang
lebih 150 kaum muslimin hijrah
ke Yatsrib. Dan ketika sampai di
sana, sebagai penghormatan terhadap
nabi, nama Yatsrib diubah menjadi Madinah.[9] Demikian periode Mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad
saw mengalami hambatan dan kesulitan
dalam dakwah Islamiyah. Dalam
periode ini nabi Muhammad belum terpikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang
teratur, karena perhatian Nabi
ffi lebih terfokus pada penanaman teologi atau keimanan masyarakat.
B.
PERIODEMADINAH
Dalam periode ini, pengembangan
Islam lebih ditekankan pada
dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan
sosial kemasya-rakatan. Oleh
karena itu, Nabi kemudian
meletakkan dasar-dasar masyarakat islam
di Madinah, sebagai berikut.
Pertama, mendirikan masjid
Tujuan Rasulullah mendirikan
masjid adalah untuk mempersatukan umat
Islam dalam satu majelis,
sehingga di majelis ini umat Islam
bisa bersama-sama melaksanakan shalat jama'ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan
bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk
mempersatukan kaum muslimin
dan mempererat tali ukhuwah Islamiyah.
Kedua, mempersatukan dan
mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin.
Rasulullah saw mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang
terdiri dari Muhalirin dan Anshar.
Dengan cara mempersaudarakan antara kedua golongan ini,
Rasulullah saw telah
menciptakan yang berdasarkan agama
pengganti persaudaraan kesukuan seperti
sebelumnya.
Ketiga,
perjanjian saling membantu
antara sesame kaum muslimin dan non muslimin.
Nabi Muhammad saw
hendak menciptakan toleransi antar golongan yang ada di
Madinah, oleh karena itu Nabi
membuat perjanjian antara kaum muslimin
dan nonmuslimin.
Menurut Ibnu Hisyam,
isi perjanjian tersebut antara
lain sebagai berikut.
a.
Pengakuan atas hak
pribadi keagamaan dan politik.
b.
Kebebasan beragama
terjamin untuk semua umat.
c.
Adalah kewajiban penduduk
Madinah, baik muslim maupun nonmuslim, dalam hal
moril maupun materiil. Mereka
harus bahu-membahu menangkis semua
serangan terhadap kota mereka (Madinah).
d.
Rasulullah adalah pernimpin
umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliaulah
dibawa segala perkara dan perselisihan yang besar untuk diselesaikan.[10]
keempat,
meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat
baru.
Ketika masyarakat Islam terbentuk
maka diperlukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang
baru terbentuk tersebut. Oleh karena itu
ayat-ayat Alquran yang diturunkan
dalam periode ini terutama
ditujukan kepada
pembinaan hukum. Ayat-ayat
ini kemudian diberi penjelasan oleh Rasulullah,
baik dengan lisan maupun
dengan perbuatan beliau sehingga
terdapat dua sumber hukum
dalam Islam, yaitu Alquran dan hadis. Dari
kedua sumber hukum Islam tersebut didapat
suatu sistem untuk bidang politik, yaitu sistem musyawarah. Dan untuk bidang ekonomi
dititik beratkan pada
jaminan keadilan sosial, serta dalam
bidang kemasyarakatan diletakkan pula dasar-dasar persamaan derajat
antara masyarakat atau
manusia, dengan penekanan
bahwa yang menentukan derajat
manusia adalah ketakwaan.
A.
Pertentangan antara
Kaum Yahudi dan Muslimin
Sikap ingkar janji yang dilakukan kaum Yahudi mulai
terlihat, ketika terjadinya perang pertama
dalam sejarah Islam
yang dikenal dengan perang Badar, yakni
perang antara kaum
muslimin dengan musyrik Quraisy pada tanggal
8 Ramadhan tahun kedua
hijriyah, di daerah Badar, kurang lebih
120 km dari Madinah. Dalam peperangan
ini kaum muslimin menang
atas kaum musyrikin. Namun orang-orang mekah memerangi nabi. Bukti
penyelewengan kaum Yahudi
yang lain adalah pada waktu
terjadi perang uhud,
di mana kaum Yahudi berjumlah 300 orang dengan
pimpinan Abdullah bin Ubay,
seorang munafik yang bersedia mau membantu
kaum muslimin namun tiba-tiba membelot dan kembali ke Madinah, yang mengakibatkan
kaum muslimin mengalami kekalahan. Sehingga nabi pun
dengan tegas mengusir Bani Nadir, satu dari dua
suku Yahudi di Madinah
yang berkomplot dengan Abdullah
bin Ubay keluar kota. Sebagian besar mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku
Yahudi lainnya, yaitu Bani
Quraizah, masih tetap berada
di Madinah.
Pengkhianatan kaum Yahudi yang
lain adalah dengan bergabung-nya kaum Yahudi
dengan orang-orang kafir untuk
menyerang Madinah, dengan cara mengepung
Madinah (perang Ahzab atau perang Khandaq).
Dalam suasana kritis ini,
orang-orang Yahudi Bani Quraizah di bawaih
pimpinan Ka'ab bin Asad berkhianat. Namun usaha pengepungan fidak
berhasil, yang pada akhimya dihentikan. Sementara itu,
pengkhianat-pengkhianat Yahudi Bani Quraizah dijatuhi hukuman
mati.
B. Perjanjian Hudaibiyah
Pada
tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan,
Nabi Muhammad saw dengan sekitar seribu kaum
muslimin berangkat ke Mekah
bukan untuk berperang, tetapi
untuk melaksanakan ibadah umrah, namun penduduk Mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhimya, diadakan perjanjian
Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut.
1.
Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah tahun itu, tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan.
2.
Lama kunjungan dibatasi hanya
sampai tiga hari.
3.
Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang
Mekah yang melarikan diri ke Madinah, namun sebaliknya, pihak quraisy tidak
harus menolak orang-orang Madinah yang
kembali ke Mekah.
4.
Selama sepuluh tahun diberlakukan
gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekah.
5.
Tiap kabilah yang ingin masuk
ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum muslimin, bebas melakukannya
tanpa mendapat rintangan.[11]
Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih
Ka’bah dan menguasai
Mekah semakin terbuka.
Ada dua faktor pokok yang mendorong
kebijaksanaan ini, Pertama, Mekah
adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa
Arab dalam Islam, Islam bisa
tersebar keluar. Kedua,
Apabila suku quraisy dapat di islamkan Islam akan memperoleh dukungan
yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh
yang besar.
C. Fathu
Mekah
Setelah dua tahun perjanjian
Hudaibiyah berlangsung, dakwah
Islam sudah menjangkau seluruh
Jazirah Arab, hingga
hampir ke pelosok jazirah Arab. Hal tersebut membuat orang-orang
kafir Mekah khawatir dan merasa
terpojok, oleh karena itu, orang-orang kafir Quraisy secara sepihak
melanggar perjanjian Hudaibiyah. Melihat hal ini,
nabi kemudian bersama dengan sepuluh tentara bertolak ke untuk menghadapi kaum
kafir. Dan tanpa perlawanan
berarti nabi pun dapat menguasai Mekah.
Meski demikian masih ada
dua suku Arab yang masih
menentang, yaitu Bani Tsaqif dan Bani hawazin.[12]
Kedua suku ini kemudian
bersatu untuk memerangi Islam. Mereka ingin menuntut atas
penghancuran berhala-berhala yang dihancurkan
nabi muhammad dan umat islam pada waktu penyerbuan mekah. Akan tetapi, mereka
dapat dengan mudah ditaklukan.
Melihat kenyataan bahwa kekuasaan islam mulai
mengincar wilayah romawi, maka heraclius menyusun pasukan untuk
mengantisipasinya. Namun,setelah melihat kekuatan pasukan islam akhirnya mereka
mengurungkan diri.
D.
PEPERANGAN DALAM ISLAM
Tidak
ada satu ayat pun di dalam
Alquran, atau satu peristiwa pun yang terjadi diawal
sejarah islam yang menunjukkan bahwa islam disebarluaskan dengan kekuatan dan
kekerasan. Peperangan dalam islam bukan
dimaksudkan untuk mengiringi dan memaksa manusia masuk islam. Sebab berbagai
peperangan hanya berkisar pada usaha melakukan tindakan dan perlindungan diri
dari serangan musuh dan permusuhan. Juga
untuk melindungi dakwah dan membangun kemerdekaan beragama.[13]
Enam bulan setelah hijrah, Rasulullah telah
berhasil melakukan konsolidasi internal dan menyusun semua hal yang bersangkut
paut dengannya. Setelah itu Rasulullah
mempersiapkan masalah-masalah eksternal dan peperangan yang mungkin akan segera
mengancam. Pada dasarnya Rasulullah
tidak pernah mendahului menyerang lawan.
Rasulullah hanyalah mempertahankan diri dari serangan musuh yang
mengancam keberadaan umat islam.
Kaum muslimin diperbolehkan untuk bererang
melawan kaum kafir dengan dua alasan.
Alasan Normatif diperbolehkannya peperangan dalam islam menurut Hasan
Ibrahim Hasan[14]
adalah :
Pertama, untuk mempertahankan diri dan melindungi hak
miliknya. Hal ini dijelaskan dalam
Alquran ayat:
Telah diizinkan berperang bagi orang
yang diperangi; karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya dan
sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong
mereka, yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halamannya
tanpa alasan yang benar, kecuali
mereka berkata: "Tuhan kami
hanyalah Allah” Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain,
tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah orang Yahudi dan
masjid-masjid di dalamnya banyak disebut
nama Allah. Dan sesungguhnya Allah pasti menolong agama-Nya, bahrwasanya Allah sungguh
Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hajj (22): 39-40)
Kedua, untuk
menjaga keselamatan dalam
menyebarkan kepercayaan dan mempertahankannya dari mereka
yang menghalang-halanginya. Oleh karena
itu, barangsiapa yang mau memeluk agama islam tidak boleh merasa takut dari
keributan dan tekanan. Firman Allah :
Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu
semua, dan ketahuilah bahwasannya Allah bersama orang-orang bertaqwa. (QS. At-Taubah (9): 36)
Kedua ukuran pertahanan itulah yang dikenal dengan
istilah jihad yang berarti menggunakan kekuatan seseorang yang memukul mundur
dengan sikap apriori untuk tidak bekerjasama.
a.
Peperangan pada masa nabi Muhammad
Perang yang terjadi pada masa Nabi
Muhammad saw terbagi atas dua bagian,[15]
Para ahli
sejarah membagi beberapa
ghazwah dan sariyah dalam sejarah Islarn, antara
lain sebagai berikut:
a.
Ghazwah: Perang yang Langsung Dipimpin oleh
Nabi Muhammad
1.
Perang Badar (17 Ramadhan 2 H)
Perang
Badar terjadi di lembah Badar,125 km selatan Madinah. Perang Badar merupakan puncak
pertikaian antara kaum muslimin
Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh
tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy
terus-menerus berupaya menghancurkan kaum muslimin
agar perniagaan dan sesembahan mereka terjamin. Dalarn peperangan ini kaum
muslim memenangkan pertempuran dengan gemilang. Tiga tokoh
Quraisy yang terlibat dalam
perang Badar adalah Utbah bin Rabi'ah, Al-Walid, dan
Syaibah. Ketiganya tewas di tangan
tokoh muslim, seperti Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin
Haris, dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Adapun di pihak muslim, Llbaidah bin Haris
meninggal karena terluka.
2.
Perang Uhud (Sya'ban 3 H)
Perang Uhud
terjadi di Bukit Uhud. Perang
Uhud dilatarbelakangi kekalahah
kaum Quraisy pada Perang Badar
sehingga timbul keinginan
untuk membalas dendam kepada kaum muslimin' Pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid
bin Walid mendapat bantuan
dari Kabilah Saqif, Tihamah, dan Kinanah. Nabi Muhammad
SAW segera mengadakan
musyawarah untuk mencari strategi perang
yang tepat dalam menghadapi musuh.
Kaum Quraisy akan disongsong di luar Madinah.
Akan tetapi, Abdull bin
Ubay membelot dan
rnembawa 300 orang Yahudi
kembali pulang. Dengan membawa
700 orang yang
tersisa, Nabi melanjutkan perjalanan
sampai ke Bukit Uhud. Perang
Uhud dimulai dengan perang
tanding yang dimenangkan tentara
Islam, tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan
harta, yakni prajurit Islam sibuk
memungut harta rampasan. Pasukan
Khali bin Walid memanfaatkan
keadaan ini dan menyerang balik
tentara Islam. Tentara Islam menjadi
terjepit dan porak poranda, sedangkan
Nabi sendiri terkena
serangan musuh.Pasukan Quraisy kemudian
mengakhiri pertempuran setelah
mengira Nabi terbunuh. Dalam peperangan ini, Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi ) terbunuh.
3.
Perang Khandaq (Syawal5
H)
Lokasi Perang
Khandaq adalah di sekitar kota Madinah
bagian utara. Perang ini juga dikenal
sebagai Perang Ahzab (perang gabungan). Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab
dan Yahudi yang tidak senang
kepada Nabi Muhammad
SAW. Mereka bekerja sama
melawan Nabi . Di samping itu, orang Yahudi juga mencari dukungan
kabilah Gatafan yang terdiri dari Qais Ailan, Bani Fazara,
Asfa Bani Sulaim, Bani Sahd dan Ka'ab
bin Asad. Usaha pemimpin Yahudi, Huyay
bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya berangkat ke
Madinah untuk menyerang
kaum muslim. Berita penyerangan itu terdengar oleh Nabi
Muhammad SAW. Kaum muslim segera
menyiapkan strategi perang yang
tepat untuk rnenghadapi pasukan
musuh. Salman Al-Farisi, sahabat Nabi
yang memiliki banyak pengalaman tentang
seluk beluk peperangan, mengusulkan untuk
membangun sistem pertahanan parit (khandaq).
Ia menyarankan agar menggali parit
di perbatasan kota Madinah, dengan demikian
gerakan pasukan musuh
akan terhambat oleh parit
tersebut. Usaha tersebut
ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.
4.
Perang Mu'tah (8H)
Perang ini terjadi
karena Haris Al-Ghassani, raja Hiralr,
menolak penyampaian wahyu dan
ajakan masuk Islam yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Nabi kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin Harisah. Perang
ini dinamakan Perang Mu'tah
karena terjadi di desa Mu'tab
bagian utara semenanjung
Arabia. Pihak pasukan muslimin
mendapat kesulitan menghadapi
pasukan Al-Ghassani yang dibantu
pasukan kekaisaran Romawi. Beberapa sahabat gugur dalam pertempuran tersebut
antara lain Zaid
bin Harisah sendiri. Akhimya, Khalid bin Walid
mengambil alih komando dan
menarik pasukan muslimin ke Madinah. Kemampuan
Khalid bin Walid menarik pasukan muslimin dari kepungan
musuh membuat kagum masyarakat di wilayah
tersebut. Banyak kabilah Najd, Sulaim, Asyja, Gatafan,
Abs, Zubyan, dan Farasa
rnasuk Islam karena melihat keberhasilan
dakwah Islam.
5.
Penaklukan Kota Mekah/FathuMekkah (8H)
Fathu
Makkah terjadi di sekitar kota Mekah.
Latar belakang peristiwa ini adalah adanya
anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum rnuslimin telah hancur
akibat kalah perang di Mu'tah. Kaum Quraisy
beranggapan Perjanjian I{udabiyah
(6 H) tidak pentinglagi, maka mereka
mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza'ah
yang berada di bawah perlindungan
kaum muslimin. Nabi Muhammad SAW
segera memerintahkan pasukan muslimin untuk menghukum kaum
Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan'Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan
dan akhimya banyak kaum Quraisy
masuk Islam.
6.
Perang Hunain (B
Safar 8 H)
Perang Hunain
berlangsung antara kaurn
muslimin melawan kaum Quraisy
yang terdiri dari Bani
Hawazin, Bani Saqif, dan Bani ]usyam. Perang ini terjadi di lembah Hunairy
sekitar 70 km dari kota Mekah.
Perang Hunain merupakanbalas dendam kaum Quraisy kaiena
peristiwa Fathu Makkah.
Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan
pasukan Islam sehingga banyak pasukan Islam yang gugur.
Nabi SAW kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin langsung pepe-rangan.
Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran tersebut.
7.
Perang Tha'if (8 Fi)
Pasukan muslim
mengejar sisa pasukan
Quraisy yang melarikan diri dari Hunain, sampai di kota Thaif.
Pasukan Quraisy bersem-bunyi dalam benteng kota yang kokoh sehingga
pasukan muslimin tidak dapat menernbus benteng.
Nabi Muhammad SAW mengubah taktik perangnya dengan
memblokade seluruh wilayah Thaif. Pasukan muslimin kemudian
membakar ladang anggur.yang merupakan sumber daya alam utama penduduk Thaif, dan pada akhirnya
menyerah dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.
8.
Perang Tabuk (9 H)
Lokasi
perang ini adalah kota Tabuk,
perbatasan antara semenanjung Arabia
dan Syam (Suriah).
Adanya peristiwa penaklukan
kota Mekah membuat seluruh
semenanjung Arabia berada
di bawah kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW. Melihat kenyataan
itu, Heraclius, penguasa Romawi
timur, menyusun pasukan
besar untuk menyerang kaum muslimin. Pasukan muslimin kemudian menyiapkan
diri ldbngari menghimpun kekuatan
yang besar karena pada m,asa,itu banyak'pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersarhA
Nabi SAW. Pasukan Romawi'mundur menarik diri setelah melihat besamya jumlah pasukan
Islam. Nabi SAW tidak
melakukan pengejarary tetapi berkemah di Tabuk. Di
sini Nabi SAW membuat perjanjian
dengan penduduk setempat
sehingga'daerah perba.tasan tersebut
dapat dirangkul dalam barisan
Islam.
9.
Perang Widan (12 Rabiul
awat 2 H)
Perang irii
terjadi di Widan, sebuah desa antara
Mekah dan Madinah.
Rasulullah & memimpin pasukan muslimin menghadang kafilah
Quraisy. Pertempuran fisik tidak
terjadi karena kafilah Quraisy
melalui daerah tersebut. Rasulullah SAW selanjutnya
mengadakan perjanjian kerja sama dengan Bani Damrah yang tinggal
di rute perdagangan kafilah
Quraisy di Widan. Kesepakatan tersebut
berisi kesangilupan Bani Damrah untuk membantu kaum
muslimin apabila dibutuhkan.
b.
Sariy’ah: Perang yang
Dipimpin oleh Sahab at atas
Penunjukan Nabi Muhammad saw[16]
1.
Sariyah Hamzah bin Abdul
Muthalib (Ramadhan 1 H)
Perang ini
merupakansariyah pertama yang terjadi
dalam sejarah Islam. Sariyah ini berlangsung di dataran
rendah Al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah. Pasukan
muslimin dipimpin Hamzahbin Abdul Muthalib, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin
Abu Jahal bin Hisyam. Perang ini tidak
menimbulkan korban karena segera dilerai Majdibin Amr.
2.
Sariyah Ubaidah bin
Haris (Syawal 1 H)
Sariyah ini
berlangsung di Al-Abwa', desa antara Mekah dan Madinah.
Kaum muslimin berjumlah 80 orang, sedangkan kaum Quraisy berjumlah sekitar
200 orang. Kaum
muslimin (semuanya Muhajirin) di pimpin Ubaidah bin Haris, sedangkan kaum Quraisy dipimpin Abu Sufyan.
Perang ini tidak mengakibatkan bentrok fisik, namun Sa'ad
bin Abi Waqqas semPat melepaskan anak
panahnya. Peristiwa tersebut menandai lepasnya anak panah pertama dalam
sejarah perang Islam.
3.
Sariyah Abdullah bin ]ahsy (Rajab
2 H)
Perang ini dipimpin
Abdullah bin ]ahsy,
sedangkan kaum Quraisy dipimpin
Amir bin Hasrami. Perang
ini terjadi di Nakhlah, antara Thaif dan Mekah. Kaum muslimin
berhasil membunuh Arm bin Hasrami dan menahan dua
orang Quraisy sebagai tawanan
perang. Kaum muslim juga memperoleh
harta rampasan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad SAW.
Nabi SAW rnenyatakan bahwa
beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang karena
pada bulan Rajab diharamkan untuk membu-nuh atau
melakukan peperangan. Peristiwa
tersebut kemudian digunakan oleh kaum
Quraisy untuk memfitnah dengan
mengatakan kaum muslimin melanggar
bulan suci. Pada saat itu turun firman Allah lk Surah
Al-Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan
berperang pada bulan haram (bulan Rajab).
4.
Sariyah Qirdah (]umadil
akhir 3 H)
Sariyah Qirdah
berlangsung di sumur Qirdah, suatu tempat di Najd (Arab Saudi). Kaum muslim berjumlah
100 orang Penung-gang kuda, dipimpin oleh Aid bin Harisah. Sariyah
Qirdah bertujuan untuk
menghadang kafilah Quraisy
dari Mekah. Perang ini berhasil dimenangkan
kaum muslim dengan menyita
harta kaum Quraisy. Harta tersebut kemudian
dijadikan ghanimah (harta rampasan
perang), yang merupakan
ghanimah pertama dalam sejarah perang Islam. Sebagian orang musyrik yang tidak melarikan
diri selanjutnya dibawa ke Madinah dan akhirnya menyatakan diri masuk
Islam.
5.
Sariyah Bani Asad (4 H)
Sariyah ini
berlangsung di gunung Asad, di
sebelah timur Madinah.
Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum muslim untuk menghadang
kaum Bani Asad yang berencana
untuk menyerang Madinah. Nabi ffi menganjurkan agar
pasukan Muslim berjalan
pada malam hari dengan menempuh
jalan yang tidak biasa dilalui orang. Pasukan
muslimin yang dipimpin Abu Salamah Al-Makhzum
dan terdiri dari 150 orang
berhasil menyergap musuh. Mereka juga
mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) dari pihak Bani Asad.
6.
Sariyah Raji'( Safar 4 H )
Sariyah ini berlangsung di Raji', yakni suatu daerah
yang terletak di antara Mekah dan Asfan, dan
melibatkan pasukan muslimin melawan pasukan Bani
Husail. Perang ini
dilatarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Husail,
Khalid bin Sufyan bin Nubaih Al-Huzali, untuk
menyerang Madinah. Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abdullah
bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut. Abdullah
kemudian membunuh Khalid dan
melaporkan kejadian itu kepada Nabi
Muhammad &. Bani Lihyan, cabang Bani Husail, merencanakan
balas dendam atas terbunuhnya Khalid.
Mereka meminta agar Nabi Muhammad SAW mengirimkan beberapa sahabat
untuk memberi pelajaran
agama Islam kepada mereka. Nabi Muhammad SAW mengabulkan permintaan itu dan mengirim enam orang sahabat
beserta rombongan ufusan Bani Lihyan. Keenam sahabat disergap oleh
pasukan Bani Husail di Raji'. Para sahabat
itu sempat mengadakan
perlawanary namun tiga
orang terbunuh dan tiga lainnya
ditawan selanjutnya dibawa ke kaum musyrikin Mekah dan
akhimya dibunuh.
7.
Sariyah Bi'ru Ma'unah (Safar
4 H)
Sariyah Bi'ru
Ma'unah berlangsung di wilayah
timur Madinah antara
kaum muslim dan Bani Amir. Nabi Muhammad SAW mengutus Amir bin Malik (Abu
Barca'), seorang pemimpin
dari Bani Amir yang sebelumnya
menolak untuk memeluk agama Islam, beserta Al-Munzir bin Amar dari Bani Sa'idah untuk memimpin 40 orang
tentara yang terdiri dari para penghafal Alquran. Rombongan
tersebut berjalan sampai di Bi'ru
Ma'unah, yakni suatu daerah
antara Bani Amir dan Bani Salim.
Mereka mengirimkan surat kepada
Amir bin Tufail,
pemimpin Bani Amit, melalui seorang anggota pasukan
yang bernama Haram bin Malhan. Amir
bin Tufail membunuh Haram bin Malhan. Sehingga
memicu peperangan antara kedua belah pihak. Kaum Muslim mengalami kekalahan dalam sariyah
ini karena semua pasukan gugur, kecuali Ka'b
bin Zaid Al-Ansari. Rabi'ah, anak Abu
Barra', rnembunuh Amir bin Tufail dengan
sebilah tombak sebagai
balas dendam atas kematian
ayahnya.
8.
Sariyah Ijla' Bani Nadir
Sariyah Ijla' Bani
Nadir merupakan sariyah yang dilakukan sahabat Nabi SAW untuk mengusir Bani Nadir
dari tempat tinggal mereka. Latar
belakang tindakan ini adalah niat Bani
Nadir untuk membunuh utusan
Nabi Muharnmad SAW. Utusan
Nabi SAW tersebut ingin menyelesaikan
masalah pembunuhan yang dilakukan Amr bin Umayah, kabilah Bani
Amir dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang
muslimin. Tindakan pengusiran ini
semula tidak mendapat tariggapan dari Huyay bin Akhtab,
pemimpin Bani Nadir,
tetapi'karena diancam akan
diserang oleh kaum
muslim akhimya mereka mau pindah
dari daerahnya. Nabi SAW memberi jaminan keselamatan
atas harta benda dan anak-anak
mereka sampai keluar dari
Madinah. Sebagian dari Bani Nadir menetap di
Khaibar dan Syam (Suriah).
9.
Sariyah Zi Al-Qissah
Sariyah
berlangsung diZi Al- Qissatu sekitar 24mil dari
Madinah, antara kaum muslim dan Bani
Sa'labah. Bani Sa'labah berencana menyerang petemakan kaum muslim di Haifa',
suatu tempat yang jauh dari Madinah.
Setelah mengetahui rencana tersebut, pasukan muslimin segera menyerang
Bani Sa'labah dengan rnengirim 10 orang
yang dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Pasukan pertama itu gagal
menialankan tugas karena mereka dibunuh ketika beristirahat di pinggiran desa.
Muhammad bin Maslamah melaporkan kejadian
tersebut kepada Nabi Muhammad
SAW Selanjutnya Nabi SAW mengirimkan
pasukan kedua di bawah pimpinan Abu tlbaidah bin ]arrah. Bani Sa'labah melarikan diri ketika
Abu Ubaidah sampai di tempat
itu.
10.
Sariyah Ka'b bin Umair Al-Gifari
(8 H)
Latar belakang sariyah ini adalah
penolakan kaum musyrikin di Zat Atlah, suatu tempat
di Syam (Suriah), terhadap
ajakan beberapa utusan Nabi
Muhammad SAW untuk memeluk agamaIslam. Nabi
SAW mengirimkan 15 tentara
untuk menyerang mereka. Pertempuran tersebut berlangsung sengit, dan akhimya semua pasukan
muslimin menjadi syuhada, kecuali Ka'b bin Umair A1-Gifari (pemimpin perang)yang
dapat menyelamatkan diri.
E.
SURAT-SURAI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Dalam melakukan aktivitas
dakwahnya, Nabi Muhammad SAW menggunakan berbagai
media untuk penyebaran pesan-pesan agama Islam.
Salah satu media yang digunakan Nabi
dalam aktivitas berdakwah adalah surat.
Media
dakwah di zaman Rasulullah dan sahabat
sangat terbatas, yakni berkisar
pada dakwah quliyah bil lisan, dan
dakwah fi'liyah bil uswah, ditambah
dengan media penggunaan
dakwah bi ar-rasail atau dakwah
melalui surat yang juga
digunakan oleh Rasulullah untuk mengajak'para pembesar masuk agama
Islam.
Surat ternyata cukup efektif
digunakan sebagai media dakwah. Dan ini dilakukan oleh Nabi
Muharnmad SAW. Nabi ternyata memandang perlu untuk berkirim
surat kepada Para pembesar penguasa wilayah di
berbagai daerah untuk
menyampaikan ajaran Allah yang diturunkan kepada beliau. Betapa tidak media dakwah tidak menutup
adanya kemungkinan yang baik
untuk menyam-paikan ajaran
Islam. Setidak-tidaknya melalui surat inilah Nabi kemudian
menyampaikan dakwahnya mengaiak para pembesar untuk masuk agama
Islam.
Menurut sejarawan Islam,
Muhammad bin Sa'ad (w. 230 H) dalam kitabnya
Ath-Thabaqat AI-Kubra bahwa surat-surat
Nabi keseluruhannya berjumlah tidak kurang
dari 105 buah[17]. Surat-surat tersebut iita iititrat
dari segi isinya, dapat
dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1.
Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam' Surat-surat jenis ini
ditujukan kepada orang-orang
nonmuslim baik Yahudi, Nasrani, maupun Majusi; dan orang-orang
musyrik baik raja, kepala
daerah, maupun perorangan.
2.
Surat-surat yang berisi aturan-aturan
dalam Islam, misalnya tentang
zakaf sedekah, dan sebagainya'
Surat-surat ini ditujukan kepada orang-orang muslim yang masih memerlukan
penjelasan-penjelasan dari Nabi SAW.
3.
urat-surat
yang berisi beberapa
hal yang wajib dikerjakan oleh
orang-orang ponmuslim terhadap pemerintah Islam, seperti masalah jizyah (iuran keamanan)' Surat-surat ini ditujukan kepada orang-orang
nonmuslim (Yahudi, Nasrani, dan
Majusi) yang telah membuat perjanjian damai dengan
Nabi SAW.[18]
Melalui surat-surat dakwah, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepada kita
betapa Nabi juga menggunakan
media modern pada saat itu untuk menyarnpaikan misi dakwahnya. Di samping itu juga menunjukkan bahwa ajaran
Islam yang disampaikan oleh nabi sejak awal sudah bersifat universal, karena seiak awal
itu pula ajaran Islam
bukan hanya diperuntukkan
bagi masyarakut Arab saja, akan tetapi kepada
masyarakat di luar Arab. Jelas, ajaran Islam adalah ajaran
yang bersifat universal.
F.
MISI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Untuk menyampaikan misi-misi dakwah' Nabi
Muhamrnad SAW menggunakan strategi yang
sangat tepat. Nabi mengutus beberapa sahabat yang
ahli di bidang strategi politik dan berdiskusi untuk menyampaikan misi dakwah tersebut. Diantara sahabat Nabi yang diutus menjadi
misi dakwah Islamiyah tersebut,
antara lain:[19]
1.
Amr binUmayyah Adh-Dhamiri. Mula-mula ia diutus membawa suratnya kepada
An-Najasi Raja Ethiopia.
Kemudian kepada Musailamah Al-Kadzzab
dengan membawa surat pula' Setelah itu
ia diutus pula kepada Farwah bin Amr
Al-]uzami, Gubemur Romawi di Amman,
untuk mengajak masuk Islam.
2.
Dahyah bin Khalifah Al-Kalabi,
diutus membawakan surat kepada Heraclius, Kaisar Romawi.
3.
Abdullah bin Hudzaifah, diutus membawakan surat kepada Kisra, Raja Persia.
4.
Suja' bin Wahhab Al-Asadi, diutus membawakan surat kepada Al-Harits bin Syamar di Syiria.
5.
Salith bin Amr
Al-Amiri, diutus membawakan
surat kepada Hudzah bin Ali dan kepada Tsamamah bin Astal di Yamamah.
6.
Hatib bin Abi Balta'ah diutus membawakan surat kepada Muqauqis, gubemur
Ilomawi di Mesir'
7.
Al-I'la bin Al-Hadhrami,
diutus membawakan surat
kepada Al---li4undzir bin Sawi,
Raja Bahrain.
8.
Al-MuhajirbinUmayahAl.Makhzumi,diutuskepadaAl-Harits
bin Kilal di Yamaru untuk mengajaknya masuk
Islam.
9.
Abu Musa Al-Asy'ari, diutus
ke satu daerah di Yaman untuk menyampaikan dakwah
dan ajaran serta Pengajaran
tentang hukum-hukum Islam
10.
Muadz bin Jabal, diutus ke daerah
Yaman lainnya dengan tugas yang
sama dengan Abu Musa Al-Asy'ari.
11.
Ali bin Abi Thalib, juga
diutus ke Yaman.
12.
Jarir bin Abi Abdillah Al-Bajali, diutus kepada Dzi Kilak dan
Dzi Imrah.
13.
Uyainah bin Hisham Al-Fazawi,
diutus kepada Aslam
dan Ghafar.
14.
Buraidah bin Al-Hasib
Al-Aslami, diutus untuk rnengajak kaumnya,
Bani ]uhainah.
15.
Rafi'bin Makits Al-Juhaini,
diutus mengajak kaumnya, Bani juhainah.
16.
Amr bin Ash, diutus kepada Raja 'Uman di Teluk Persia yang benama ]aifar
dan saudaranya Abdu dengan membawa
surat dari nabi.
Kemudian dia diutus lagi kepada Bani Fuzarah di Ghaffan.
17.
Ad-Dhahhak bin Sufyan bin Auf,
diutus untuk mengajak kaumnya.
18.
Yasar bin Sufyan Al-Ka'bi,
diutus kepada kaumnya Bani
Ka'ab.
19.
Usamah bin Zaid, diutus
kepada Harakat dari Kabilah Juhainah.
Demikian
antara lain misi-misi dakwah Nabi Muhammad SAW, yang diutus untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah
untuk menegakkan agama Islam
kepada para pimpinan negara sekitar
dan juga kepada kabilah atau
bangsa sekitar yang temyata
mempunyai pengaruh sangat besar bagi perkembangan agama
Islam selanjutnya.
Dengan
misi atau utusan yang diterjunkan
oleh Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dakwah Islam kepada
para pembesar negara-negara
tetangga, maka Islam telah
diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada negara-negara tetangga di sekitar Arab.
Pendekatan melalui strategi
politik ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan
dakwah Islam pada masa yang akan datang.
G.
MASA TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW
Pada tahun 9 dan 10 H (630-632 M)[20] banyak suku
dari pelosok Arab, yang
mengirimkan delegasi atau
utusan kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan pengakuan akan kekuasaan
islam. Oleh karena itu, tahun tersebut
disebut dengan tahun perutusan.
Dalam kesempatan itu Nabi menyampaikan
khutbahnya yang sangat bersejarah, yang isinya merupakan prinsip-prinsip yang
mendasari gerakan islam, dan yang terpenting adalah bahwa umat islam harus
selalu berpegang pada dua sumber, yaitu Alquran dan Assunah. Apabila prinsip-prinsip itu disimpulkan
adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebijakan,
dan solidaritas.[21]
Rasulullah mulai sakit
panas. Istri-istri Rasulullah meminta
izin untuk merawatnya di rumah
Aisyah, dan Rasulullah mengizinkannya. Untuk terakhir kalinya
Rasulullah naik mimbar.
Di antara pesan yang
Rasulullah katakan pada
saat itu adalah, Aku
berwasiata kepada kalian untuk berbuat
baik terhadap orang-orang
Anshar. Sesungguhnya orang-orang
Anshar adalah orang-orang
dekatku di mana aku berlindung
kepada mereka. Karena mereka telah melalui apa yang- meniadi
beban mereka dan masih
tersisa apa yang
akan menjadi hak mereka. OIeh karena itu, berbuat baiklah kepada siapa saja di antara mereka yang melakukan kesalahan.[22]
Tatkala sakitnya semakin keras,
maka Rasulullah bersabda, "suruhlah Abu
Bakar untuk memimpin manusia
melakukan shalat." Rasulullah
meninggal pada saat Dhuha
pada hari Senin
tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H (8 Jrru 632 M). Pada
saat wafat Rasulullah berusia 63
tahun.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwasannya masa nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (priode)
yaitu Fase Makkah dan Madinah. Pada fase Makkah lebih ditekankan hanya pada
bidang Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah
yang dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara
sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan.
Pada fase Madinah ada beberapa
bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara
Islam diantaranya yaitu pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer,
politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam
menjadi agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan
dakwah Nabi Muhammad.
[1] Dr. Ali Mufrodi, lslam di Kawasan
Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos,
1997 hlm 8
[2] Dr. Ali Mufrodi, ibid.,hlm 10
[3]
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan lslam,
Jilid I, Jakarta: Jayamurnil
hlm. 40-41. Sementara menurut catatan
Muhammad Husain Haekal,
Muhammad lahir bertepatan
pada Agustus 570 M, Lihat Muhammad Husai
Haekal, Sejarah
lJidup Muhammad, ]akarta: Litera
Antar Nusa, 1993
[4] Prof. Dr. A.
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan lslam, jilid 1, Hlm. 84, 87
[5] Dr, Ali Mufrodi, lslam di Kawasan Kebudayaan
Arab, hlm 20
[6] Dr. Ali Mufrodi, islam di kawasan kebudayaan arab, hlm. 20.
[7] Prof. Dr. A. Syalabi,
ibid.,hlm. 104.
[8] Prof. Dr. A. Syalabi, ibid., hlm 106.
[9] Dr. Badri Yatim, M.A, sejarah
peradaban islam, hlm. 25
[10] Prof. Dr. A. Syalabi, ibid,. Hlm. 117-120
[11] Muhammad Husain Haekal,
Sejarah Hidup Muhammad, Jakafta: Litera
Antarnusa, 1990, hlm
402403. Juga Dr.
Badri yatim. M.A., Sejarah
peradaban
Islam,hlm.30.
[13] Ahmad
Al-Usairy, sejarah islam sejak zaman nabi adam hingga abad XX, Jakarta Akbar,
2006, hlm. 107
[14] Hasan Ibrahim
Hsan, sejarah dan kebudayaan islam, yogyakarta: 1989, hlm. 28-29
[15] Prof . Dr.
azyumardi, (pimpinan redaksi), ensiklopedia islam, Jakarta: ichtiar baru
van hoeve. 2005, “bab tentang islam pada masa nabi Muhammad”, hlm. 14-16
[16] Prof. Dr.
azyumardi Azra, ibid
[17] Ali Musthafa
Yakub, sejarah dan metode dakwah nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997,
hlm 181
[18] Ibid
[19] Prof. Toha
Yahya Omar, llmuDakwah, hlm108-109.Lihat pula Drs. Samsul Munir Amin Rekonstruki Pemikiran Dakwah lslam, Jakarta;
Amzah, 2008, hlm. 149-151. Para utusan
Nabi yang diutus untuk
menghadap Penguasa-Penguasa di
sekitar Arab tersebut,
di samping untuk maksud tujuan menyebarkan ajaran Islam(dakwah). Tidak dapat dipungkiri
dibalik itu, nabimemiliki pandangan jauh ke depan sebagai penguatan hegemoni
nabi terhadap Para Penguasa Negara disekitar Arab. Dengan bargaining
politik yang dilakukan oleh nabi melalui
utusan-utusan atau misi ke
negara-negara tetanSga' hasilnya
sangat positif bagi keberlangsungan pengembangan
agama Islam selanjutnya
[20]
Dr. Badri Yatim. M.A., Ibid., hlm. 32-33
[21] Ibid
[22]
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam zaman nabi adam hingga abad XX, Hlm.
136-137
Tidak ada komentar:
Posting Komentar