Selasa, 04 Januari 2022

Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad Saw

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.

Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan, Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Perkembangan islam pada masa nabi Muhammad saw ?

2.      Peperangan pada masa nabi muhammad ?

 

C.    Tujuan masalah

1.      Mengetahui tentang tentang nabi Muhammad saw ?

2.      Mengetahui periode mekah ?

3.      Mengatahui periode madinah ?

BAB II

PERKEMBANGAN  ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD

 

Kondisi bangsa  Arab  sebelum kedatangan  Islam,  terutama  di sekitar Mekah masih diwarnai  dengan  penyembahan berhala sebagai Tuhan yang  dikenal dengan istilah  paganisme[1].  Selain  menyembah  berhala, di kalangan  bangsa  Arab  ada pula yang  menyembah  agama  Masehi (Nasrani),  agama  ini dipeluk oleh  penduduk Yaman,  Najran,  dan Syam. Di samping itu iuga agama  Yahudi yang  dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran  di Yaman  dan Madinah,  serta  agama Majusi (Mazdaisme),[2] yaitu agama  orang-orang  Persia.

Demikianlah keadaan  bangsa  Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad  saw  yang membawa  Islam  di tengah-tengah bangsa  Arab. Masa  itu biasa disebut dengan jahiliah atau  masa  kegelapan  dan kebodohan dalam  hal agama,  bukan  dalam  hal lain seperti ekonomi dan sastra  karena  dalam dua hal yang terakhir ini bangsa  Arab mengalami  perkembangan  yang  sangat pesat. Mekah bukan  hanya merupakan pusat  perdagangan lokal, tetapi juga sebagai jalur perdagangan  dunia yang penting  saat itu, yang  menghubungkan antara  utara,  Syam,  dan selatan, Yamary antara  timur,  Persia,  dan barat besinia dan Mesir.

Dalam  bidang.  sastra,  Pada  masa  ini sastra iuga memiliki  arti penting kehidupan  bangsa  Arab, mereka  mengabadikan peristiwa-peristiwa dalam  syair  yang  diperlombakan setiap tahun di pasar seni  ukaz,  Majinnah dan  Majaz. Bagi  yang memiliki  syair yang bagus,  maka  diberikan hadiah,  dan mendapat kehormatan  bagi suku atau kabilahnya  serta syairnya  digantungkan  di Ka'bah yang dinamakan  Al-Mu'allaq  As-Sab'ah.  Bangsa Arab juga dikenal suka berperang. Peperangan  antarsuku  tidak  pernah  berhenti,  saling berebut  kekuasaan  dan pengaruh  merupakan  kepahlawanan yang dibanggakan.  Namun  dibalik  semua itu, bangsa  Arab sejak dahulu memiliki  sifat ksatria, setia  kepada kawan  dan  menepati  janji. Bangsa Arab suka menghormati  tamu  dan memberi  suaka  kepada siapa  pun yang meminta  perlindungan ke  rumah  mereka.  Mereka  juga memberi makan  dan  minum  kepada kafilah  padang  pasir dan  menghargai kepahlawanan,  sebagai  contoh  bahwa  bangsa  Arab  Quraisy suka membela  orang-orang  yang tidak berdaya  dari golongan  mereka sendiri serta  selalu  bermusyawarah dalam  persoalan  keluarga.  Terbukti sudah sejak  lama orang-orang Arab Quraisy  memiliki lembaga permusyawaratan yang benama  Darun Nadwah.  Di lingkungan  inilah Nabi  Muhammad di dilahirkan,  di sinilah beliau memulai untuk menegakkan  tonggak  ajaran agama  Islam, di tengah-tengah lingkungan  yang sudah  bobrok  dan penuh kemaksiatan.  Meskipun diwarnai  dengan  berbagai rintangan  yang terus mendera.  Namun, beliau tetap  teguh  dalam  menyebarkan agama  baru,  yakni  agama Islam  kepada  masyarakat Arab ketika itu.

Nabi Muhammad saw lahir pada  tanggal  12 Rabiul  Awwal  atau 20 April 571  M.[3]  Ketika itu Raja Yaman Abrahah  dengan  gajahnya menyerbu  Mekah  untuk menghancurkan  Ka'bah sehingga tahun itu dinamakan  Tahun Gajah.  Beliau  telah  menjadi  yatim  piatu  ketika berumur delapan  tahun dan beliau  diasuh oleh  kakek dan  pamannya, Abdul  Muthalib  dan Abu Thalib.  Pada  umur  1 2 tahun  Nabi  Muhammad sudah  mengenal  perdagangan,  sebab  pada  saat itu beliau  telah diajak berdagang  oleh  paman  beliau, Abu Thalib  ke negeri Syam.  Dari pengalamannya  berdagang,  maka  setelah beranjak  dewasa,  beliau  ingin berusaha berdagang  dengan  membawa  barang dagangan  Khadijah, seorang saudagar  wanita  yang pada  akhimya  menjadi istri  beliau.

Fase kenabian Nabi  Muhamrnad dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi di gua Hira, sebagai imbas  keprihatinan  beliau  melihat keadaan  bangsa  Arab yang  menyembah berhala. Di tempat inilah beliau  menerima wahyu Pertama, yang berupa Surah Al- AIaq aYat  1-5.  Dengan  wahyu  yang  pertama  ini, maka  beliau telah  diangkat  menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi  Muhammad  belum diPerin-tahkan  untuk menyeru kePada umatnya, namun setelah turun wahyu  kedua,  yaitu Surah Al-Muddatstsir  ayal 7-7, Nabi  Muhammad  & diangkat  menjadi Rasul yang  harus  berdakwah.  Dalam  hal ini dakwah Nabi  Muhammad dibagi menjadi  dua periode[4]  Yaitu

a.       Periode  Mekah, ciri pokok dari periode  ini, adalah pembinaan dan  pendidikan  tauhid  (dalam  arti luas)

b.      Periode Madinah, ciri pokok  dari  periode  ini adalah pendidikan sosial  dan  politik  (dalam arti luas)'

A.       PERIODE MEKAH

Pada periode  ini, tiga tahun  pertama, dakwah  Islam dilakukan  secara sembunyi-sembunyi. Nabi  Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan  keluarga, mula-mula  istri beliau  sendiri,  yaitu khadijah,  yang menerima dakwah beliau , kemudian ali bin abi thalib, abu bakar sahabt beliau, lalu zaid, bekas budak beliau. Disamping itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan abu bakar yang terkenal dengan julukan assabiqunal awwalun[5] (orang-orang yang lebih dahulu masuk islam), mereka adalah utsman bin affan, zubair bin awwan, sa’ad bin abi waqqash, abdur rahman bin ‘auf, thalhah bin ‘ubaidillah, abu ‘ubaidah bin jarrah, dan Al-arqan bin abil arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah ( rumah arqam ).

Kemudian setelah  turun  ayat  94 Surah  Al-Hijr,  Nabi Muhammad saw memulai  berdakwah secara terang-terangan.

Maka sampaikanlah olehmu  secara  terang-terangan  segala.  apa yang diperintahkan  (kepadamu)  dan  berpalinglah  dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-Hijr  (94)

Namun,  dakwah yang dilakukan  beliau  tidak mudah karena mendapat tantangan  dari kaum  kafir Quraisy. Hal tersebut  timbul karena beberapa faktor, yaitu sebagai  berikut.

1.      Mereka  tidak  dapat  membedakan antara kenabian  dan kekuasaan Mereka mengira  bahwa  tunduk  kepada seruan  Nabi  Muhammad berarti  tunduk kepada  kepemimpinan  Bani  Abdul  Muthalib,

2.      Nabi  Muhammad  menyerukan  persamaan  hak antara  bangsawan dan hamba  sahaya.

3.      Para pemimpin Quraisy  tidak  mau Percaya ataupun mengakui serta  tidak  menerima  ajaran  tentang kebangkitan  kembali dan pembalasan di akhirat.

4.      Taklid  kepada  nenek  moyang adalah  kebiasaan  yang  berurat  akar pada bangsa  Arab,  sehingga sangat  berat  bagi mereka untuk meninggalkan  agama  nenek  rnoyang dan  mengikuti  agama Islam.

5.      Pemahat  dan penjual  patung  memandang Islam  sebagai peng-halang rezeki.

Banyak  cara  dan upaya  yang ditempuh  para  pemimpin  Quraisy untuk rnencegah  dakwah Nabi  Muhammad  saw namun  selalu  gagal, baik secara diplomatik dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara fisik. Punca dari segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap bani hasyim yang merupakan tempat nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.

Tekanan  dari  orang-orang  kafir semakin keras  terhadap  gerakan  dakwah  Nabi Muhammad  saw, terlebih setelah  meninggalnya  dua orang yang selalu melindungi  dan menyokong  Nabi Muhammad  dari orang-orang  kafir,  yaitu paman  beliaq Abu Thalib, dan  istri  tercinta  beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi  pada  tahun  kesepuluh kenabian.  Tahun ini merupakan  tahun kesedihan  bagi  Nabi  Muhammad  saw sehingga dinamakan  AmuI Khuzn.[6]

 

 

Karena  di Mekah dakwah  Nabi Muhammad saw mendapat rintangan dan tekanan,  pada akhirnya  nabi  memutuskan untuk berdakwah  di luar Mekah.  Namun, di Thaif beliau  dicaci dan dilempari  batu sampai  beliau terluka. Hal ini semua  hamper menyebabkan  Nabi Muhammad  putus asa,  sehingga untuk menguatkan  hati beliau,  Allah swt mengutus dan mengisra'  dan memi'rajkan  beliau pada  tahun kesepuluh  kenabian  itu. Berita  tentang Isra' dan  Mi'raj ini menggemparkan  masyarakat  Mekah.  Bagi  orang kafir, peristiwa ini dijadikan  bahan propaganda  untuk  mendustakan Nabi Muhammad  saw. Sedangkan  bagi orang  yang beriman ini merupakan  ujian keimanan.

Setelah  peristiwa Isra' dan  Mi'raj, suatu  perkembangan  besar  bagi kemajuan dakwah  Islam  terjadi,  yaitu dengan  datangnya sejumlah penduduk  Yatsrib (Madinah)  untuk  berhaji  ke Mekah.  Mereka  terdiri dari dua suku yang saling bermusuhary  yaitu  suku Aus  dan  Khazraj[7] yang masuk  Islam  dalam tiga gelombang.  Pada  gelombang  pertama pada  tahun kesepuluh  kenabian,  mereka  datang  untuk memeluk agama Islam dan  menerapkan  ajarannya  sebagai  upaya  untuk mendamaikan permusuhan  antara kedua  suku.  Mereka kemudian dakwahkan  Islam  di Yatsrib.  Gelombang  kedua,  pada  tahun ke-12. kenabian  mereka datang  kembali  menemui  nabi  dan  mengadakan baik  secara  diplomatik  dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan yang dikenal  dengan  perjanjian Aqabah  pertama,  yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke yatsrib sebagai juru dakwah disertai  oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang  ketiga,  pada tahun ke 13 kenabian, mereka datang kembali  kepada  nabi untuk hijrah  ke Yatsrib. Mereka  akan membai'at nabi sebagai Pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui  usul mereka untuk berhijrah' perjanjian ini disebut  perjanjianAqabah  kedua karena terjadi  pada tempat yang  sama.[8]

 

Akhirnya  Nabi  Muhammad bersarna  kurang  lebih 150  kaum muslimin  hijrah  ke Yatsrib. Dan ketika sampai  di sana,  sebagai penghormatan  terhadap  nabi, nama Yatsrib  diubah menjadi Madinah.[9] Demikian  periode Mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw mengalami hambatan dan kesulitan  dalam  dakwah Islamiyah.  Dalam  periode  ini nabi  Muhammad belum  terpikir untuk menyusun  suatu masyarakat Islam  yang  teratur,  karena perhatian Nabi ffi lebih  terfokus  pada penanaman  teologi atau keimanan masyarakat.

B.       PERIODEMADINAH

Dalam periode ini, pengembangan  Islam lebih ditekankan  pada dasar-dasar  pendidikan  masyarakat Islam dan pendidikan  sosial  kemasya-rakatan.  Oleh  karena itu, Nabi kemudian  meletakkan  dasar-dasar masyarakat  islam  di Madinah,  sebagai  berikut.

Pertama, mendirikan masjid

Tujuan Rasulullah  mendirikan  masjid  adalah  untuk mempersatukan  umat  Islam  dalam satu  majelis,  sehingga  di majelis ini umat Islam bisa  bersama-sama  melaksanakan shalat  jama'ah secara  teratur, mengadili  perkara-perkara  dan  bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan  penting untuk mempersatukan  kaum  muslimin  dan mempererat  tali ukhuwah  Islamiyah.

Kedua,  mempersatukan  dan  mempersaudarakan  antara  kaum Anshar  dan  Muhajirin.

Rasulullah  saw mempersatukan  keluarga-keluarga Islam  yang  terdiri dari  Muhalirin  dan Anshar.  Dengan  cara  mempersaudarakan  antara kedua  golongan  ini,  Rasulullah  saw telah menciptakan yang  berdasarkan  agama  pengganti  persaudaraan kesukuan  seperti  sebelumnya.

 

Ketiga, perjanjian  saling  membantu  antara  sesame kaum muslimin dan non muslimin.

Nabi Muhammad  saw hendak  menciptakan  toleransi antar golongan yang  ada  di Madinah,  oleh karena  itu Nabi  membuat perjanjian  antara kaum  muslimin  dan  nonmuslimin.

Menurut  Ibnu Hisyam,  isi perjanjian  tersebut antara lain  sebagai berikut.

a.       Pengakuan atas  hak pribadi  keagamaan  dan politik.

b.       Kebebasan  beragama  terjamin untuk  semua umat.

c.       Adalah kewajiban  penduduk Madinah, baik  muslim  maupun nonmuslim, dalam  hal moril  maupun materiil.  Mereka  harus bahu-membahu  menangkis  semua  serangan  terhadap  kota mereka (Madinah).

d.      Rasulullah  adalah  pernimpin  umum bagi  penduduk Madinah. Kepada  beliaulah  dibawa  segala  perkara dan perselisihan  yang besar untuk  diselesaikan.[10]

keempat, meletakkan  dasar-dasar  politik, ekonomi,  dan social untuk  masyarakat  baru.

Ketika  masyarakat Islam  terbentuk  maka diperlukan  dasar-dasar yang  kuat bagi masyarakat  yang  baru terbentuk  tersebut.  Oleh karena itu ayat-ayat Alquran  yang diturunkan dalam  periode ini terutama

ditujukan kepada  pembinaan  hukum.  Ayat-ayat  ini kemudian diberi penjelasan  oleh  Rasulullah,  baik  dengan  lisan maupun  dengan perbuatan  beliau  sehingga  terdapat  dua sumber  hukum  dalam Islam, yaitu Alquran dan  hadis.  Dari  kedua  sumber  hukum Islam tersebut didapat suatu sistem  untuk bidang  politik, yaitu sistem  musyawarah. Dan  untuk bidang  ekonomi  dititik beratkan pada  jaminan  keadilan sosial,  serta dalam  bidang  kemasyarakatan  diletakkan pula dasar-dasar persamaan  derajat  antara  masyarakat  atau  manusia,  dengan  penekanan  bahwa  yang menentukan  derajat  manusia  adalah ketakwaan. 

A.     Pertentangan  antara  Kaum Yahudi  dan Muslimin

Sikap  ingkar  janji yang dilakukan kaum Yahudi  mulai  terlihat, ketika terjadinya perang pertama  dalam  sejarah  Islam  yang dikenal dengan perang  Badar,  yakni  perang  antara kaum muslimin dengan musyrik Quraisy  pada  tanggal  8 Ramadhan  tahun  kedua  hijriyah,  di daerah Badar,  kurang lebih  120 km dari  Madinah. Dalam  peperangan  ini kaum muslimin  menang atas  kaum musyrikin.  Namun orang-orang mekah  memerangi nabi.  Bukti  penyelewengan  kaum  Yahudi  yang lain  adalah  pada waktu  terjadi perang  uhud, di mana kaum Yahudi berjumlah 300  orang  dengan  pimpinan  Abdullah bin Ubay, seorang munafik  yang bersedia  mau membantu  kaum muslimin  namun  tiba-tiba membelot  dan kembali ke Madinah, yang  mengakibatkan  kaum muslimin  mengalami  kekalahan. Sehingga  nabi pun  dengan tegas mengusir Bani Nadir, satu dari dua  suku  Yahudi  di Madinah  yang berkomplot  dengan Abdullah bin Ubay keluar  kota. Sebagian  besar mereka  mengungsi ke  Khaibar. Sedangkan  suku  Yahudi  lainnya, yaitu Bani Quraizah,  masih  tetap berada  di Madinah.

Pengkhianatan  kaum Yahudi  yang  lain  adalah  dengan bergabung-nya  kaum Yahudi  dengan orang-orang  kafir untuk menyerang Madinah, dengan  cara  mengepung  Madinah  (perang Ahzab atau perang  Khandaq).  Dalam  suasana  kritis ini,  orang-orang  Yahudi  Bani Quraizah  di bawaih pimpinan  Ka'ab bin Asad berkhianat.  Namun usaha pengepungan  fidak berhasil, yang  pada akhimya  dihentikan. Sementara itu, pengkhianat-pengkhianat  Yahudi  Bani Quraizah dijatuhi  hukuman  mati.

B.     Perjanjian Hudaibiyah

Pada  tahun  6 H, ketika  ibadah haji sudah  disyariatkan,  Nabi Muhammad saw dengan  sekitar seribu  kaum  muslimin berangkat  ke Mekah  bukan  untuk berperang,  tetapi  untuk  melaksanakan  ibadah umrah, namun penduduk  Mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhimya, diadakan perjanjian Hudaibiyah  yang isinya  antara lain  sebagai berikut.

 

1.      Kaum muslimin  belum  boleh mengunjungi Ka'bah  tahun itu, tetapi ditangguhkan  sampai tahun depan.

2.      Lama kunjungan  dibatasi  hanya  sampai tiga  hari.

3.      Kaum  muslimin  wajib mengembalikan  orang-orang  Mekah  yang melarikan  diri ke Madinah,  namun sebaliknya, pihak quraisy tidak harus menolak orang-orang  Madinah  yang  kembali  ke Mekah.

4.      Selama  sepuluh tahun  diberlakukan  gencatan senjata antara masyarakat  Madinah  dan  Mekah.

5.      Tiap kabilah  yang ingin  masuk  ke dalam  persekutuan  kaum Quraisy  atau  kaum muslimin, bebas  melakukannya  tanpa mendapat rintangan.[11]

Dengan  perjanjian  ini, harapan untuk mengambil  alih  Kabah  dan menguasai Mekah  semakin  terbuka.  Ada dua faktor pokok  yang mendorong kebijaksanaan  ini, Pertama,  Mekah  adalah pusat keagamaan  bangsa  Arab dan melalui konsolidasi  bangsa  Arab dalam Islam, Islam  bisa tersebar  keluar.  Kedua, Apabila  suku  quraisy dapat di islamkan  Islam akan memperoleh  dukungan  yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan  pengaruh  yang besar.

C.     Fathu  Mekah

Setelah dua tahun  perjanjian  Hudaibiyah  berlangsung,  dakwah  Islam sudah menjangkau  seluruh Jazirah  Arab,  hingga  hampir  ke pelosok jazirah  Arab. Hal tersebut  membuat  orang-orang  kafir Mekah khawatir  dan  merasa  terpojok,  oleh  karena itu, orang-orang  kafir Quraisy secara sepihak  melanggar  perjanjian  Hudaibiyah.  Melihat  hal ini, nabi kemudian bersama dengan sepuluh tentara bertolak  ke untuk  menghadapi  kaum  kafir.  Dan tanpa  perlawanan  berarti nabi  pun  dapat menguasai  Mekah.  Meski  demikian  masih ada  dua suku Arab yang masih  menentang,  yaitu Bani  Tsaqif dan Bani hawazin.[12] Kedua  suku  ini kemudian  bersatu  untuk memerangi Islam. Mereka ingin menuntut  atas penghancuran  berhala-berhala  yang dihancurkan nabi muhammad dan umat islam pada waktu penyerbuan mekah. Akan tetapi, mereka dapat dengan mudah ditaklukan.

Melihat kenyataan bahwa kekuasaan islam mulai mengincar wilayah romawi, maka heraclius menyusun pasukan untuk mengantisipasinya. Namun,setelah melihat kekuatan pasukan islam akhirnya mereka mengurungkan diri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.       PEPERANGAN DALAM ISLAM

Tidak  ada satu ayat pun di dalam  Alquran,  atau  satu peristiwa pun yang terjadi diawal sejarah islam yang menunjukkan bahwa islam disebarluaskan dengan kekuatan dan kekerasan.  Peperangan dalam islam bukan dimaksudkan untuk mengiringi dan memaksa manusia masuk islam. Sebab berbagai peperangan hanya berkisar pada usaha melakukan tindakan dan perlindungan diri dari serangan musuh dan permusuhan.  Juga untuk melindungi dakwah dan membangun kemerdekaan beragama.[13]

Enam bulan setelah hijrah, Rasulullah telah berhasil melakukan konsolidasi internal dan menyusun semua hal yang bersangkut paut dengannya.  Setelah itu Rasulullah mempersiapkan masalah-masalah eksternal dan peperangan yang mungkin akan segera mengancam.  Pada dasarnya Rasulullah tidak pernah mendahului menyerang lawan.  Rasulullah hanyalah mempertahankan diri dari serangan musuh yang mengancam keberadaan umat islam.

Kaum muslimin diperbolehkan untuk bererang melawan kaum kafir dengan dua alasan.  Alasan Normatif diperbolehkannya peperangan dalam islam menurut Hasan Ibrahim Hasan[14] adalah :

Pertama, untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya.  Hal ini dijelaskan dalam Alquran ayat:

Telah diizinkan berperang  bagi  orang yang diperangi;  karena sesungguhnya  mereka  telah dianiaya  dan sesungguhnya  Allah Maha Kuasa  menolong  mereka,  yaitu orang-orang  yang telah diusir dari kampung  halamannya  tanpa alasan yang  benar, kecuali mereka berkata:  "Tuhan  kami  hanyalah Allah” Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)  sebagian  manusia  dengan sebagian  yang  lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah  orang Yahudi  dan  masjid-masjid  di dalamnya banyak disebut nama Allah.  Dan sesungguhnya  Allah pasti menolong agama-Nya, bahrwasanya  Allah  sungguh  Maha Kuasa  lagi Maha Perkasa.  (QS. Al-Hajj  (22): 39-40)

Kedua,  untuk  menjaga  keselamatan dalam menyebarkan kepercayaan dan mempertahankannya dari mereka yang menghalang-halanginya.  Oleh karena itu, barangsiapa yang mau memeluk agama islam tidak boleh merasa takut dari keributan dan tekanan.  Firman Allah :

Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semua, dan ketahuilah bahwasannya Allah bersama orang-orang bertaqwa.  (QS. At-Taubah (9): 36)

Kedua ukuran pertahanan itulah yang dikenal dengan istilah jihad yang berarti menggunakan kekuatan seseorang yang memukul mundur dengan sikap apriori untuk tidak bekerjasama.

a.      Peperangan pada masa nabi Muhammad

Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw terbagi atas dua bagian,[15] Para  ahli  sejarah  membagi  beberapa  ghazwah dan sariyah dalam sejarah  Islarn, antara lain  sebagai berikut:

a.         Ghazwah: Perang yang Langsung  Dipimpin  oleh  Nabi Muhammad

1.    Perang  Badar (17  Ramadhan 2 H)

Perang Badar  terjadi  di lembah Badar,125  km selatan Madinah.  Perang  Badar merupakan  puncak  pertikaian antara kaum muslimin  Madinah  dan musyrikin  Quraisy Mekah. Peperangan  ini disebabkan oleh tindakan  pengusiran dan perampasan  harta kaum muslim  yang dilakukan  oleh musyrikin Quraisy.  Selanjutnya kaum Quraisy terus-menerus  berupaya  menghancurkan kaum muslimin agar perniagaan  dan sesembahan  mereka terjamin.  Dalarn peperangan  ini kaum  muslim memenangkan pertempuran dengan  gemilang.  Tiga tokoh  Quraisy  yang terlibat dalam perang Badar  adalah  Utbah bin  Rabi'ah, Al-Walid, dan Syaibah.  Ketiganya tewas  di tangan  tokoh muslim,  seperti  Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin Haris,  dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Adapun di pihak muslim,  Llbaidah  bin Haris  meninggal karena  terluka.

2.    Perang  Uhud (Sya'ban  3 H)

Perang  Uhud  terjadi di Bukit  Uhud.  Perang  Uhud  dilatarbelakangi kekalahah kaum Quraisy pada Perang  Badar sehingga  timbul keinginan untuk  membalas dendam  kepada kaum muslimin' Pasukan  Quraisy yang dipimpin  Khalid  bin Walid  mendapat bantuan dari Kabilah  Saqif,  Tihamah, dan Kinanah. Nabi Muhammad SAW segera mengadakan  musyawarah  untuk mencari strategi  perang  yang tepat dalam  menghadapi  musuh.  Kaum Quraisy  akan  disongsong di luar  Madinah.  Akan  tetapi, Abdull bin Ubay  membelot  dan  rnembawa  300  orang Yahudi  kembali pulang.  Dengan membawa 700  orang  yang  tersisa,  Nabi melanjutkan  perjalanan  sampai  ke Bukit Uhud.  Perang  Uhud dimulai  dengan  perang  tanding  yang dimenangkan  tentara  Islam,  tetapi  kemenangan tersebut digagalkan  oleh godaan  harta, yakni prajurit Islam  sibuk memungut harta  rampasan.  Pasukan  Khali bin Walid  memanfaatkan keadaan  ini dan menyerang  balik  tentara Islam.  Tentara Islam  menjadi  terjepit dan porak  poranda, sedangkan Nabi  sendiri  terkena  serangan musuh.Pasukan Quraisy kemudian  mengakhiri  pertempuran setelah mengira Nabi terbunuh.  Dalam  peperangan ini, Hamzah  bin Abdul Muthalib  (paman  Nabi ) terbunuh.

3.    Perang  Khandaq  (Syawal5  H)

Lokasi Perang Khandaq adalah  di sekitar  kota Madinah  bagian utara. Perang  ini juga  dikenal  sebagai  Perang  Ahzab (perang gabungan).  Perang Khandaq melibatkan  kabilah Arab  dan Yahudi yang tidak senang  kepada  Nabi  Muhammad  SAW. Mereka  bekerja sama melawan Nabi . Di samping itu, orang  Yahudi  juga  mencari dukungan kabilah  Gatafan yang  terdiri dari Qais Ailan, Bani Fazara, Asfa Bani Sulaim, Bani Sahd dan Ka'ab  bin Asad. Usaha pemimpin  Yahudi,  Huyay  bin Akhtab,  membuahkan  hasil.  Pasukannya  berangkat ke Madinah  untuk  menyerang  kaum muslim. Berita penyerangan itu terdengar  oleh Nabi  Muhammad SAW. Kaum muslim  segera menyiapkan strategi  perang  yang  tepat untuk  rnenghadapi pasukan musuh.  Salman  Al-Farisi, sahabat Nabi yang memiliki  banyak pengalaman  tentang  seluk  beluk peperangan,  mengusulkan  untuk  membangun  sistem  pertahanan parit  (khandaq).  Ia menyarankan agar  menggali  parit  di perbatasan kota Madinah,  dengan  demikian  gerakan  pasukan  musuh  akan terhambat  oleh parit tersebut.  Usaha  tersebut  ternyata berhasil menghambat  pasukan  musuh.

4.    Perang  Mu'tah (8H)

Perang  ini terjadi  karena Haris  Al-Ghassani,  raja Hiralr,  menolak penyampaian wahyu dan  ajakan  masuk Islam  yang  dilakukan Nabi  Muhammad SAW. Nabi kemudian  mengirimkan  pasukan perang  di bawah pimpinan  Zaid bin Harisah.  Perang  ini dinamakan  Perang  Mu'tah  karena  terjadi di desa Mu'tab bagian utara semenanjung  Arabia.  Pihak pasukan  muslimin  mendapat kesulitan  menghadapi pasukan  Al-Ghassani  yang dibantu  pasukan kekaisaran  Romawi.  Beberapa sahabat gugur  dalam pertempuran tersebut antara  lain  Zaid  bin Harisah sendiri. Akhimya, Khalid bin Walid mengambil  alih komando  dan  menarik pasukan muslimin  ke Madinah.  Kemampuan  Khalid bin Walid menarik pasukan  muslimin  dari kepungan  musuh  membuat  kagum masyarakat di wilayah  tersebut.  Banyak  kabilah Najd, Sulaim, Asyja,  Gatafan,  Abs, Zubyan,  dan  Farasa  rnasuk Islam  karena melihat  keberhasilan  dakwah Islam.

5.    Penaklukan Kota Mekah/FathuMekkah (8H)

Fathu Makkah  terjadi  di sekitar kota  Mekah.  Latar belakang peristiwa  ini adalah  adanya  anggapan  kaum Quraisy bahwa kekuatan  kaum rnuslimin  telah hancur  akibat  kalah perang di Mu'tah.  Kaum Quraisy  beranggapan  Perjanjian  I{udabiyah  (6 H) tidak pentinglagi,  maka  mereka  mengingkarinya  dan  menyerang Bani Khuza'ah yang berada  di bawah  perlindungan  kaum muslimin. Nabi Muhammad  SAW segera  memerintahkan pasukan muslimin  untuk menghukum  kaum  Quraisy  yang  dipimpin Ikrimah  dan'Safwan.  Berhala di kota Mekah  dihancurkan  dan akhimya  banyak kaum  Quraisy  masuk  Islam.

6.    Perang  Hunain  (B  Safar  8 H)

Perang  Hunain  berlangsung  antara  kaurn  muslimin  melawan kaum  Quraisy  yang  terdiri dari Bani Hawazin,  Bani Saqif,  dan Bani ]usyam.  Perang  ini terjadi di lembah  Hunairy  sekitar  70 km dari  kota Mekah.  Perang  Hunain merupakanbalas  dendam kaum Quraisy  kaiena  peristiwa  Fathu  Makkah.  Pada  awalnya  pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan  pasukan  Islam  sehingga banyak pasukan  Islam yang gugur. Nabi SAW  kemudian menyemangati  pasukannya dan memimpin langsung  pepe-rangan.  Pasukan  muslim akhirnya  dapat memenangkan pertempuran  tersebut.

7.    Perang  Tha'if (8 Fi)

Pasukan  muslim  mengejar sisa  pasukan Quraisy  yang  melarikan diri dari Hunain,  sampai di kota  Thaif.  Pasukan  Quraisy  bersem-bunyi dalam benteng  kota yang kokoh  sehingga  pasukan muslimin  tidak  dapat menernbus  benteng.  Nabi  Muhammad SAW mengubah  taktik perangnya  dengan  memblokade seluruh wilayah Thaif. Pasukan  muslimin  kemudian  membakar ladang  anggur.yang merupakan sumber daya alam utama penduduk Thaif, dan pada akhirnya menyerah dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.

8.    Perang  Tabuk  (9 H)

Lokasi perang  ini adalah kota Tabuk, perbatasan  antara semenanjung  Arabia  dan  Syam  (Suriah).  Adanya  peristiwa penaklukan kota Mekah membuat  seluruh semenanjung  Arabia berada di bawah  kepemimpinan  Nabi  Muhammad SAW.  Melihat kenyataan itu, Heraclius,  penguasa  Romawi  timur,  menyusun pasukan besar  untuk menyerang kaum muslimin.  Pasukan muslimin  kemudian  menyiapkan  diri ldbngari  menghimpun kekuatan yang besar  karena  pada m,asa,itu banyak'pahlawan  Islam yang  menyediakan  diri untuk berperang  bersarhA  Nabi SAW. Pasukan  Romawi'mundur  menarik diri setelah  melihat besamya jumlah  pasukan  Islam.  Nabi SAW  tidak  melakukan  pengejarary  tetapi berkemah  di Tabuk. Di sini  Nabi SAW  membuat  perjanjian  dengan penduduk  setempat sehingga'daerah  perba.tasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan  Islam.

9.    Perang  Widan  (12 Rabiul  awat 2 H)

Perang irii terjadi di Widan,  sebuah desa  antara  Mekah  dan Madinah. Rasulullah  &  memimpin pasukan muslimin menghadang  kafilah  Quraisy.  Pertempuran  fisik tidak  terjadi karena kafilah  Quraisy melalui  daerah tersebut. Rasulullah SAW selanjutnya mengadakan  perjanjian  kerja sama dengan  Bani Damrah  yang  tinggal  di rute perdagangan kafilah  Quraisy di Widan.  Kesepakatan  tersebut  berisi  kesangilupan  Bani Damrah untuk  membantu kaum  muslimin  apabila dibutuhkan.

 

b.         Sariyah:  Perang  yang  Dipimpin oleh  Sahab at atas Penunjukan  Nabi Muhammad saw[16]

 

1.        Sariyah  Hamzah  bin Abdul  Muthalib  (Ramadhan  1 H)

Perang ini merupakansariyah  pertama  yang terjadi  dalam  sejarah Islam.  Sariyah ini berlangsung  di dataran  rendah  Al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah.  Pasukan muslimin dipimpin Hamzahbin Abdul Muthalib, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin Abu Jahal bin Hisyam.  Perang ini tidak menimbulkan korban karena segera dilerai Majdibin Amr.

2.        Sariyah Ubaidah  bin Haris  (Syawal  1 H)

Sariyah ini berlangsung  di Al-Abwa',  desa antara Mekah dan Madinah. Kaum muslimin  berjumlah  80 orang, sedangkan  kaum Quraisy  berjumlah sekitar 200  orang.  Kaum  muslimin  (semuanya Muhajirin)  di pimpin Ubaidah  bin Haris, sedangkan  kaum Quraisy  dipimpin  Abu Sufyan.  Perang ini tidak mengakibatkan bentrok  fisik, namun  Sa'ad  bin Abi Waqqas  semPat  melepaskan anak panahnya.  Peristiwa tersebut  menandai lepasnya  anak panah pertama  dalam  sejarah  perang  Islam.

 

 

3.        Sariyah Abdullah bin ]ahsy (Rajab  2 H)

Perang  ini dipimpin  Abdullah bin ]ahsy,  sedangkan  kaum Quraisy dipimpin Amir  bin Hasrami.  Perang  ini terjadi  di Nakhlah,  antara Thaif dan  Mekah.  Kaum muslimin  berhasil  membunuh  Arm bin Hasrami dan menahan  dua orang  Quraisy sebagai  tawanan  perang. Kaum muslim  juga  memperoleh  harta  rampasan perang  dan membawanya  ke hadapan  Nabi Muhammad SAW. Nabi SAW rnenyatakan bahwa  beliau  tidak pernah  menyuruh mereka berperang  karena  pada bulan  Rajab  diharamkan untuk membu-nuh atau melakukan  peperangan.  Peristiwa  tersebut  kemudian digunakan  oleh kaum  Quraisy untuk memfitnah  dengan mengatakan  kaum muslimin  melanggar  bulan suci.  Pada saat  itu turun  firman Allah lk Surah Al-Baqarah  (2) ayat 217  yang menjelaskan  tentang  ketentuan  berperang  pada bulan  haram (bulan  Rajab).

4.        Sariyah Qirdah (]umadil  akhir 3 H)

Sariyah  Qirdah  berlangsung  di sumur Qirdah,  suatu tempat di Najd  (Arab Saudi). Kaum muslim  berjumlah  100 orang  Penung-gang kuda, dipimpin  oleh Aid bin Harisah.  Sariyah  Qirdah bertujuan  untuk menghadang  kafilah  Quraisy  dari Mekah. Perang ini berhasil  dimenangkan kaum  muslim dengan  menyita  harta kaum  Quraisy.  Harta tersebut  kemudian  dijadikan ghanimah  (harta rampasan perang),  yang  merupakan  ghanimah  pertama  dalam sejarah  perang  Islam. Sebagian  orang musyrik yang tidak melarikan diri selanjutnya  dibawa ke Madinah  dan akhirnya menyatakan  diri masuk  Islam.

5.      Sariyah  Bani  Asad (4 H)

Sariyah ini berlangsung  di gunung Asad, di sebelah  timur Madinah. Nabi  Muhammad  saw memerintahkan  kaum muslim untuk  menghadang  kaum  Bani Asad yang berencana untuk menyerang  Madinah.  Nabi ffi menganjurkan  agar  pasukan  Muslim berjalan pada malam hari  dengan  menempuh  jalan  yang  tidak biasa dilalui orang. Pasukan  muslimin  yang dipimpin Abu Salamah  Al-Makhzum  dan terdiri  dari 150 orang berhasil menyergap  musuh. Mereka  juga  mendapatkan  ghanimah  (harta rampasan  perang)  dari pihak Bani  Asad.

6.        Sariyah  Raji'( Safar  4 H )

Sariyah  ini berlangsung  di Raji', yakni  suatu daerah  yang terletak di antara  Mekah dan  Asfan, dan  melibatkan  pasukan  muslimin melawan  pasukan  Bani  Husail.  Perang ini dilatarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Husail,  Khalid  bin Sufyan  bin Nubaih Al-Huzali,  untuk  menyerang  Madinah.  Nabi Muhammad SAW memerintahkan  Abdullah  bin Unais  meneliti  kebenaran rencana tersebut.  Abdullah  kemudian  membunuh  Khalid dan  melaporkan kejadian itu kepada  Nabi Muhammad  &. Bani Lihyan,  cabang Bani  Husail, merencanakan balas  dendam  atas terbunuhnya Khalid. Mereka meminta  agar Nabi  Muhammad SAW  mengirimkan beberapa  sahabat  untuk  memberi  pelajaran  agama  Islam  kepada mereka.  Nabi  Muhammad SAW  mengabulkan permintaan  itu dan mengirim  enam  orang sahabat  beserta rombongan ufusan Bani Lihyan.  Keenam  sahabat disergap  oleh  pasukan  Bani Husail di Raji'.  Para sahabat  itu sempat mengadakan  perlawanary  namun tiga orang terbunuh  dan  tiga lainnya  ditawan selanjutnya dibawa ke kaum  musyrikin Mekah dan akhimya  dibunuh.

7.      Sariyah  Bi'ru Ma'unah  (Safar  4 H)

Sariyah Bi'ru Ma'unah  berlangsung  di wilayah  timur  Madinah antara kaum muslim dan Bani  Amir.  Nabi Muhammad SAW mengutus  Amir bin Malik  (Abu  Barca'),  seorang  pemimpin  dari Bani Amir yang sebelumnya  menolak  untuk memeluk  agama Islam, beserta Al-Munzir bin Amar dari Bani Sa'idah untuk memimpin  40 orang  tentara  yang terdiri  dari para penghafal Alquran.  Rombongan  tersebut berjalan  sampai di Bi'ru Ma'unah, yakni  suatu  daerah  antara Bani Amir dan Bani  Salim. Mereka mengirimkan  surat  kepada  Amir  bin  Tufail,  pemimpin Bani Amit, melalui seorang  anggota  pasukan  yang bernama  Haram bin Malhan.  Amir  bin Tufail  membunuh  Haram bin Malhan. Sehingga memicu peperangan  antara  kedua belah pihak.  Kaum Muslim  mengalami  kekalahan dalam  sariyah  ini karena semua pasukan  gugur,  kecuali Ka'b  bin Zaid Al-Ansari. Rabi'ah,  anak Abu Barra', rnembunuh  Amir bin Tufail  dengan  sebilah  tombak sebagai balas dendam  atas  kematian  ayahnya.

8.         Sariyah Ijla' Bani  Nadir

Sariyah  Ijla' Bani  Nadir merupakan  sariyah yang  dilakukan sahabat  Nabi SAW  untuk mengusir Bani  Nadir  dari  tempat tinggal mereka.  Latar  belakang tindakan  ini adalah  niat Bani  Nadir  untuk membunuh  utusan  Nabi Muharnmad  SAW.  Utusan  Nabi SAW  tersebut ingin  menyelesaikan  masalah  pembunuhan  yang dilakukan  Amr bin Umayah,  kabilah  Bani  Amir  dan sekutu Bani  Nadir, terhadap dua orang muslimin. Tindakan  pengusiran ini semula  tidak mendapat  tariggapan dari Huyay bin Akhtab, pemimpin  Bani Nadir, tetapi'karena  diancam  akan  diserang  oleh  kaum  muslim akhimya  mereka  mau pindah  dari daerahnya.  Nabi  SAW memberi jaminan  keselamatan  atas harta  benda dan  anak-anak  mereka sampai  keluar  dari  Madinah. Sebagian  dari  Bani Nadir menetap di Khaibar dan Syam (Suriah).

9.      Sariyah Zi Al-Qissah

Sariyah berlangsung  diZi Al-  Qissatu sekitar 24mil  dari  Madinah, antara kaum muslim  dan Bani Sa'labah.  Bani Sa'labah  berencana menyerang  petemakan kaum muslim  di Haifa',  suatu tempat yang jauh dari Madinah.  Setelah  mengetahui  rencana tersebut,  pasukan muslimin segera menyerang  Bani Sa'labah dengan rnengirim  10 orang yang dipimpin  oleh  Muhammad bin Maslamah.  Pasukan pertama  itu gagal menialankan  tugas karena mereka dibunuh ketika  beristirahat di pinggiran  desa.  Muhammad bin Maslamah melaporkan  kejadian tersebut  kepada  Nabi Muhammad  SAW Selanjutnya  Nabi SAW  mengirimkan  pasukan  kedua di bawah pimpinan  Abu tlbaidah bin ]arrah. Bani  Sa'labah melarikan diri ketika Abu  Ubaidah sampai  di tempat  itu.

 

 

 

 

 

 

10.      Sariyah Ka'b bin Umair  Al-Gifari  (8 H)

Latar belakang  sariyah  ini adalah  penolakan  kaum  musyrikin di Zat Atlah, suatu  tempat  di Syam  (Suriah),  terhadap  ajakan beberapa  utusan  Nabi  Muhammad SAW untuk memeluk agamaIslam. Nabi  SAW mengirimkan  15  tentara  untuk  menyerang mereka.  Pertempuran tersebut  berlangsung sengit,  dan akhimya semua pasukan muslimin  menjadi  syuhada, kecuali  Ka'b bin Umair  A1-Gifari (pemimpin  perang)yang  dapat  menyelamatkan  diri.

 

E.       SURAT-SURAI  DAKWAH NABI  MUHAMMAD SAW

Dalam melakukan aktivitas  dakwahnya,  Nabi Muhammad SAW menggunakan  berbagai  media untuk penyebaran pesan-pesan  agama Islam. Salah  satu media  yang  digunakan  Nabi  dalam  aktivitas berdakwah  adalah surat.

Media  dakwah  di zaman Rasulullah  dan sahabat  sangat  terbatas, yakni berkisar pada  dakwah quliyah  bil lisan,  dan  dakwah  fi'liyah  bil uswah,  ditambah  dengan  media  penggunaan  dakwah bi ar-rasail atau dakwah  melalui surat yang juga  digunakan  oleh Rasulullah  untuk mengajak'para  pembesar masuk  agama  Islam.

Surat ternyata  cukup  efektif  digunakan  sebagai  media dakwah. Dan ini dilakukan  oleh Nabi  Muharnmad SAW. Nabi ternyata memandang perlu  untuk  berkirim  surat kepada Para pembesar penguasa  wilayah di berbagai  daerah  untuk  menyampaikan  ajaran Allah  yang diturunkan kepada  beliau. Betapa tidak media dakwah tidak  menutup  adanya kemungkinan yang  baik untuk  menyam-paikan  ajaran  Islam.  Setidak-tidaknya  melalui surat inilah Nabi kemudian menyampaikan dakwahnya mengaiak para  pembesar untuk  masuk  agama  Islam.

 

 

 

Menurut  sejarawan  Islam,  Muhammad  bin Sa'ad (w. 230  H) dalam  kitabnya Ath-Thabaqat  AI-Kubra bahwa  surat-surat  Nabi keseluruhannya  berjumlah tidak  kurang  dari  105 buah[17].  Surat-surat tersebut  iita iititrat  dari segi isinya,  dapat dikelompokkan  menjadi tiga kelompok, yaitu:

1.      Surat-surat yang berisi seruan  untuk masuk Islam' Surat-surat jenis ini ditujukan  kepada  orang-orang  nonmuslim  baik Yahudi, Nasrani,  maupun Majusi; dan  orang-orang  musyrik  baik  raja, kepala  daerah, maupun  perorangan.

2.      Surat-surat  yang berisi  aturan-aturan  dalam Islam,  misalnya tentang zakaf sedekah,  dan  sebagainya'  Surat-surat ini ditujukan kepada  orang-orang  muslim yang masih  memerlukan  penjelasan-penjelasan  dari Nabi SAW.

3.      urat-surat  yang  berisi  beberapa  hal yang  wajib dikerjakan oleh orang-orang ponmuslim  terhadap  pemerintah Islam, seperti masalah jizyah  (iuran keamanan)' Surat-surat  ini ditujukan kepada orang-orang nonmuslim  (Yahudi, Nasrani, dan Majusi)  yang  telah membuat perjanjian damai  dengan  Nabi SAW.[18]

Melalui  surat-surat  dakwah, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan  kepada kita  betapa Nabi juga menggunakan  media modern  pada  saat itu untuk menyarnpaikan  misi dakwahnya.  Di samping itu juga menunjukkan bahwa ajaran Islam  yang  disampaikan oleh nabi sejak awal sudah bersifat universal, karena seiak awal itu pula ajaran  Islam bukan  hanya  diperuntukkan  bagi masyarakut  Arab saja, akan  tetapi kepada  masyarakat  di luar  Arab.  Jelas, ajaran  Islam  adalah ajaran  yang bersifat  universal.

 

 

 

 

 

F.        MISI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

Untuk menyampaikan  misi-misi dakwah'  Nabi  Muhamrnad SAW menggunakan  strategi  yang  sangat tepat. Nabi mengutus  beberapa sahabat  yang  ahli di bidang strategi  politik dan berdiskusi  untuk menyampaikan misi dakwah tersebut.  Diantara sahabat Nabi yang diutus  menjadi  misi dakwah Islamiyah tersebut,  antara lain:[19]

1.      Amr binUmayyah Adh-Dhamiri.  Mula-mula ia diutus membawa suratnya  kepada  An-Najasi  Raja   Ethiopia. Kemudian kepada Musailamah Al-Kadzzab  dengan  membawa  surat pula' Setelah itu ia diutus pula kepada  Farwah bin Amr Al-]uzami,  Gubemur Romawi  di Amman,  untuk mengajak  masuk  Islam.

2.      Dahyah  bin Khalifah  Al-Kalabi,  diutus  membawakan surat kepada Heraclius,  Kaisar Romawi.

3.      Abdullah  bin Hudzaifah,  diutus membawakan surat kepada  Kisra, Raja Persia.

4.      Suja' bin  Wahhab  Al-Asadi, diutus membawakan  surat kepada Al-Harits  bin Syamar di Syiria.

5.      Salith  bin Amr Al-Amiri,  diutus  membawakan  surat  kepada Hudzah  bin Ali dan kepada Tsamamah  bin Astal di Yamamah.

6.      Hatib bin Abi Balta'ah diutus membawakan  surat kepada Muqauqis,  gubemur  Ilomawi  di Mesir'

7.      Al-I'la bin Al-Hadhrami,  diutus  membawakan  surat  kepada Al---li4undzir  bin Sawi, Raja Bahrain.

8.      Al-MuhajirbinUmayahAl.Makhzumi,diutuskepadaAl-Harits bin Kilal  di Yamaru  untuk mengajaknya  masuk  Islam.

9.      Abu Musa  Al-Asy'ari,  diutus  ke satu daerah di Yaman  untuk menyampaikan  dakwah  dan ajaran  serta Pengajaran tentang hukum-hukum  Islam

10.  Muadz bin Jabal,  diutus  ke daerah  Yaman  lainnya dengan tugas yang sama dengan  Abu Musa Al-Asy'ari.

11.  Ali bin Abi Thalib,  juga diutus ke Yaman.

12.  Jarir bin Abi  Abdillah  Al-Bajali, diutus kepada Dzi  Kilak dan  Dzi Imrah.

13.  Uyainah  bin Hisham  Al-Fazawi,  diutus  kepada  Aslam  dan Ghafar.

14.  Buraidah bin Al-Hasib  Al-Aslami,  diutus untuk  rnengajak kaumnya, Bani  ]uhainah.

15.  Rafi'bin  Makits  Al-Juhaini,  diutus mengajak  kaumnya, Bani juhainah.

16.  Amr bin Ash, diutus kepada Raja 'Uman di Teluk Persia yang benama  ]aifar  dan saudaranya  Abdu dengan  membawa  surat  dari nabi. Kemudian dia diutus lagi kepada Bani Fuzarah di Ghaffan.

17.  Ad-Dhahhak  bin Sufyan  bin Auf,  diutus untuk  mengajak kaumnya.

18.  Yasar  bin Sufyan Al-Ka'bi, diutus  kepada kaumnya  Bani  Ka'ab.

19.  Usamah  bin Zaid, diutus kepada Harakat dari Kabilah  Juhainah.

Demikian  antara  lain misi-misi dakwah  Nabi Muhammad SAW, yang diutus  untuk  menyampaikan pesan-pesan  dakwah untuk menegakkan  agama  Islam  kepada para pimpinan  negara  sekitar  dan juga kepada  kabilah  atau  bangsa sekitar  yang temyata mempunyai pengaruh  sangat  besar bagi perkembangan  agama  Islam  selanjutnya.

Dengan  misi atau  utusan yang diterjunkan oleh  Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan  dakwah Islam  kepada  para  pembesar  negara-negara  tetangga, maka Islam  telah diperkenalkan  oleh  Nabi Muhammad SAW  kepada negara-negara  tetangga di sekitar Arab.

Pendekatan  melalui strategi politik  ini sangat besar pengaruhnya bagi  perkembangan  dakwah Islam  pada masa  yang akan datang.

 

 

 

G.      MASA TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW

Pada  tahun  9 dan 10 H (630-632  M)[20] banyak  suku  dari pelosok Arab, yang  mengirimkan  delegasi  atau  utusan  kepada Nabi Muhammad  SAW menyatakan pengakuan akan kekuasaan islam.  Oleh karena itu, tahun tersebut disebut dengan tahun perutusan.

Dalam kesempatan itu Nabi menyampaikan khutbahnya yang sangat bersejarah, yang isinya merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan islam, dan yang terpenting adalah bahwa umat islam harus selalu berpegang pada dua sumber, yaitu Alquran dan Assunah.   Apabila prinsip-prinsip itu disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebijakan, dan solidaritas.[21]

Rasulullah  mulai sakit panas.  Istri-istri Rasulullah meminta izin untuk  merawatnya  di rumah  Aisyah,  dan Rasulullah  mengizinkannya. Untuk terakhir  kalinya  Rasulullah  naik  mimbar.  Di antara  pesan yang Rasulullah  katakan  pada  saat  itu adalah, Aku berwasiata kepada  kalian untuk  berbuat  baik  terhadap  orang-orang  Anshar. Sesungguhnya orang-orang  Anshar  adalah  orang-orang  dekatku  di mana aku berlindung kepada  mereka. Karena mereka  telah melalui apa yang-  meniadi  beban mereka  dan masih tersisa  apa  yang  akan  menjadi hak mereka. OIeh  karena itu, berbuat baiklah  kepada siapa saja  di antara mereka yang  melakukan kesalahan.[22]

Tatkala  sakitnya  semakin  keras,  maka Rasulullah  bersabda, "suruhlah  Abu  Bakar  untuk memimpin  manusia  melakukan shalat." Rasulullah  meninggal pada  saat Dhuha pada  hari  Senin  tanggal 12  Rabiul  Awal tahun 11 H (8 Jrru 632 M).  Pada  saat wafat  Rasulullah berusia 63 tahun.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.       KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya masa nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (priode) yaitu Fase Makkah dan Madinah. Pada fase Makkah lebih ditekankan hanya pada bidang Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah yang dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan.

Pada fase Madinah ada beberapa bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam diantaranya yaitu pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer, politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam menjadi agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan dakwah Nabi Muhammad.



[1] Dr. Ali Mufrodi, lslam di Kawasan  Kebudayaan  Arab, Jakarta:  Logos,  1997  hlm 8

[2] Dr.  Ali Mufrodi,  ibid.,hlm 10

 

[3] Prof.  Dr.  A. Syalabi, Sejarah  dan Kebudayaan  lslam,  Jilid I, Jakarta:  Jayamurnil

hlm.  40-41.  Sementara menurut  catatan  Muhammad  Husain  Haekal,

Muhammad  lahir bertepatan pada Agustus  570 M, Lihat Muhammad  Husai

Haekal,  Sejarah  lJidup Muhammad,  ]akarta:  Litera  Antar Nusa, 1993

[4] Prof. Dr. A. Syalabi,  Sejarah  dan Kebudayaan  lslam, jilid 1, Hlm. 84, 87

[5] Dr,  Ali  Mufrodi, lslam di Kawasan  Kebudayaan  Arab, hlm 20

 

[6] Dr. Ali Mufrodi, islam di kawasan kebudayaan arab, hlm. 20.

[7] Prof. Dr. A.  Syalabi,  ibid.,hlm.  104.

 

[8] Prof. Dr. A. Syalabi, ibid., hlm 106.

[9] Dr. Badri Yatim, M.A, sejarah peradaban islam, hlm. 25

[10] Prof. Dr. A. Syalabi, ibid,. Hlm. 117-120

[11] Muhammad  Husain  Haekal,  Sejarah  Hidup Muhammad,  Jakafta:  Litera

Antarnusa,  1990,  hlm  402403.  Juga  Dr.  Badri  yatim.  M.A.,  Sejarah  peradaban

Islam,hlm.30.

 

[12] Dr.  Badri  Yatim.M.  A., ibid.,  hlm.  32-33.

 

 

[13] Ahmad Al-Usairy, sejarah islam sejak zaman nabi adam hingga abad XX, Jakarta Akbar, 2006, hlm. 107

 

[14] Hasan Ibrahim Hsan, sejarah dan kebudayaan islam, yogyakarta: 1989, hlm. 28-29

[15] Prof . Dr. azyumardi, (pimpinan redaksi), ensiklopedia islam, Jakarta: ichtiar baru van hoeve. 2005, “bab tentang islam pada masa nabi Muhammad”, hlm. 14-16

[16] Prof. Dr. azyumardi Azra, ibid

[17] Ali Musthafa Yakub, sejarah dan metode dakwah nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, hlm 181

[18] Ibid

[19] Prof. Toha Yahya Omar, llmuDakwah, hlm108-109.Lihat pula Drs. Samsul Munir  Amin Rekonstruki  Pemikiran Dakwah lslam,  Jakarta;  Amzah,  2008,  hlm. 149-151. Para  utusan  Nabi yang  diutus  untuk  menghadap  Penguasa-Penguasa di sekitar  Arab  tersebut,  di samping  untuk maksud  tujuan menyebarkan  ajaran Islam(dakwah). Tidak dapat dipungkiri dibalik itu, nabimemiliki pandangan jauh ke depan  sebagai penguatan  hegemoni  nabi  terhadap Para  Penguasa Negara disekitar Arab. Dengan bargaining politik yang dilakukan oleh nabi melalui  utusan-utusan  atau misi ke negara-negara  tetanSga'  hasilnya  sangat positif  bagi keberlangsungan  pengembangan  agama Islam selanjutnya

[20] Dr. Badri Yatim. M.A., Ibid., hlm. 32-33

[21] Ibid

[22] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam zaman nabi adam hingga abad XX, Hlm. 136-137

Tidak ada komentar:

Posting Komentar