Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham
tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat
dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya.
Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu
sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu?
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga
dapat dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan
hubungan antar kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk
di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat.
Pengertian
Sintaksis
Menurut Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu
sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi secara
etimologi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata, menjadi
kelompok kata atau kalimat. Menurut para ahli, sintaksis adalah telaah mengenai
pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggambungkan kata menjadi
kalimat.[1]
Adapaun menurut M. Asfandi Adul sintaksis merupakan bagain dari ilmu bahaasa
yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frase.[2]
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat.[3]
Sebagai misal saja, di dalam bahasa Indonesia kalimat kami tidak dapat
melihat pohon itu, urutan pohon itu dapat kami tidak melihat. Pada
kalimat perubahan tersebut jelas terdapat kekacuaan dalam pengucapan maupun
dalam susunan kalimat itu sendiri.
Aspek-Aspek Sintaksis
1.
Frase
Frase
adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase
terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan dan dalam
pembentukan ini tidak terdapat ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas
subjek dan batas predikat.[4]
Frase
dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frase dengan perluasannya
tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas fungsi
semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau
membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa. Misalnya:
Karya sastra indah (frase), karya sastra itu indah (klausa).
Frase
dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a.
Frase
Eksosentris
Frase
eksosentris adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya[5],
contoh: sejumlah orang di gardu.
Menurut
Imam frase ini di bagi menjadi dua bagian. Pertama, frase eksosentris
yang direktif, komponen pertamanya dari frase ini berupa preposisi seperti “di,
ke, dan dari” dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang
biasanya berkategori nomina, diantara contohnya : di rumah, dari pohon mahoni,
demi kesejahteraan. Kedua, frase eksosentris yang nondirektif, komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan
“kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva
atau verba. Contoh: si kaya, para remaja kampung.[6]
Adapun menurut Diana Nababan, frase eksosentris dapat
dibedakan menjadi: pertama, frase verbal yang bnerarti kata kerja,
misalnya: menangis keras, sedang melamun. Kedua, frase adjektiva yang
berarti kata sifat, misalnya: amat lembut, kasar sekali. Ketiga, frase
nominal yang berarti kata benda, misalnya: lapangan besar, rumah besar. Keempat,
frase pronominal yang berarti kata ganti, misalnya: kalian semua, aku, engkau
dan dia. Kelima, frase adverbial yang berarti kata keterangan, misalnya:
lebih kurang. Keenam, frase numerial yang berarti kata bilangan,
misalnya: tujuh dan delapan. Ketujuh, frase interogativa yang berarti
kata tanya, misalnya: apa, dan siapa.[7]
b.
Frase
Endosentris
Frasa
endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat menggantikan kedudukan
frasa itu secara keseluruhan. Contoh : Mereka menempati rumah baru. (dari
contoh tersebut, kata rumah baru dapat diganti oleh komponen pertamanya yaitu
rumah, sehingga menjadi kalimat “mereka menempati rumah”).
Jenis
frasa endosentris:
1. Frasa Endosentris Koordinatif
Masing-masing
unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak saling menerangkan unsur yang
lain. Sifat kesetaraan itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata
penghubung dan atau. Contoh : Anak itu sudah tidak mempunyai ibu bapak. (ibu
dan bapak)
2.
Frasa
Endosentris Apositif
Frasa yang
berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling menggantikan. Contoh : Aminah, Anak Pak Lurah sangat
cantik. (Frasa anak Pak Lurah adalah unsur keterangan tambahan untuk
menerangkan aminah, dalam contoh itu juga dapat diganti menjadi Anak Pak Lurah,
Aminah, sangat cantik).
3.
Frasa
Endosentris Atributif
Frasa yang
salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara keseluruhan. Frasa ini
memiliki unsur pusat dan unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D
(diterangkan) dan unsur atribut ditandai dengan M (menerangkan). Contoh:
Rumahnya sangat besar
M
D
(Kata sangat
adalah atribut atau penjelas untuk kata besar).
c.
Frasa
Ambigu
Frasa ambigu
adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas. Contoh : Lukisan
Ayah dipajang di ruang tamu. Pada contoh tersebut, frasa lukisan ayah
mempunyai makna: lukisan milik Ayah, atau lukisan mengenai diri Ayah, atau
lukisan buatan Ayah
d.
Frasa
Idiomatik
Frasa idiomatik adalah frasa yang mempunyai makna
sampingan atau bukan makna sebenarnya. Contoh
: orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.
2.
Klausa
Klausa
adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat, dan yang lain sebagai subjek, sebagai objek, dan
sebagai keterangan. Misalnya, nenek mandi (kata nenek dan mandi bersifat
predikatif, nenek pengisi fungsi subjek dan mandi pengisi fungsi predikat).[8]
Ada
pembagian jenis dalam klausa, yaitu jenis Klaus yang diperbedakan berdasarkan
strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya.[9]Berdasarkan
strukturnya terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Klausa
bebas
Klausa
bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya
mempunyai subjek dan predikat, contoh: nenekku masih cantik dan kakekku gagah
berani.
b.
Klausa
terikat
Klausa
terikat adalah klausa yang tidak mempunyai struktur lengkap. Unsur yang ada
dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin hanya objeknya saja, atau
juga hanya berupa keterangannya saja, contoh: ketika kami sedang belajar (dia
pingsan ketika kami sedang belajar).
Adapun
berdasarkan kategori unsure segmental yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan
menjadi:
a.
Klausa
verbal
Klausa
verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal, misalnya: nenek
mandi, kakek menari, sapi tiu berlari, nenek menulis surat (transitif), nenek
menangis (intransitif), nenek sedang berdandan (refleksif).
b.
Klausa
nominal
Klausa
nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal,
misalnya: kakeknya petani di desa itu, dia dulu dosen linguistik,
dan pacarnya satpam bank swasta. (apabila contoh tersebut diberi kata adalah
atau ialah maka klausa-klausa tersebut bukanlah klausa nominal,
melainkan klausa verbal).
c.
Klausa
ajektifal
Klausa
ajektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektif, baik berupa kata
maupun frase, misalnya: ibu dosen itu cantik sekali, bumi ini sangat luas,
gedung itu sudah tua sekali.
d.
Klausa
adverbial
Klausa
adverbial adalah klausa yang prediketnya berupa adverbel. Misalnya, klausa bandelnya teramat sangat.
e.
Klausa
preposional
Klausa
preposional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori proposisi.
Misalnya, nenek di kamar, dia dari Medan.
f.
Klausa numeral
Klausa numeral
adalah klausa yang predikatnya berupa kata numeralia. Misalnya, gajinya lima
juta sebulan (gajinya adalah lima juta sebualan).
3.
Kalimat
Kalimat
adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri
sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan
intonasi final.[10]
Jenis
kalimat terbagi dalam berbagai jenis, diantaranya:
a.
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu subjek dan satu predikat serta mengandung
satu maksud.[11] Contoh
: Adi makan Bakso (predikatnya verbal/ kata kerja), Ayahnya seorang pelukis
(predikatnya nominal/ kata benda), Soal ini sulit sekali (predikatnya adjektif/
kata sifat),
b.
Kalimat
majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas[12]:
pertama, kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang
klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat,
misalnya: nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa. Kedua kalimat
majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara
klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Kalimat ini biasanya
dihubungkan dengan konjungsi seperti kalau, ketika, meskipun, dank arena.
Misalnya: kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi, nenek membaca komik ketika
kakek tidak ada di rumah. Ketiga, kalimat majemuk kompleks adalah
kalimat majemuk yang terdiri dari tiga klausa atau lebih di mana ada yang
dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara
subordinatif, misalnya: nenek membaca komik karena kakek tidak ada di rumah dan
tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. (dari kalimat ini, terdapat
tiga buah klausa, yaitu nenek membaca komik, kakek tidak ada di rumah, dan
tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan).
c.
Kalimat
Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain. Contoh : Ibu berkata
“Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
d.
Kalimat
Tidak Langsung
Kalimat
tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh: Ibu mengatakan bahwa Ia tidak
senang melihat rambut gondrong.
e.
Kalimat
Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif
adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-. Contoh :
Ibu sedang membuat martabak telur.
f.
Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Ciri-ciri kalimat pasif
adalah sebagai berikut: pertama, predikatnya berisi kata kerja berawalan
di-, ter-, dan kofiks ke-an. Contoh : Ina kehujanan tadi malam. Kedua, bentuk
diri atau persona ku-, kau-. Contoh : Coba kau lihat bunga ini.
g.
Kalimat
Mayor
Kalimat
mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur pusat, dapat
berupa S-P, S-P-O atau S-P-O-K. Contoh : Saya mengantuk. Presiden berkunjung ke
Australia. Saya meminjam novel dari perpustakaan.
h.
Kalimat Minor
Kalimat
Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh : Pergi!Tidur! Minggu depan.[13]
Fungsi Sintaksis
Fungsi sintaksis terdiri dari beberapa komponen.
Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan[14].
Memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap,
serta keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut.
a.
Subjek dan Predikat
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek
dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’.
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat
dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa,
berapa, di mana, dan lain-lain’.
Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina.
Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau
pun preposisi. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi
partikel -kah. Predikat dapat diberi partikel -kah. Contoh dari kalimat yang
memiliki subjek dan predikat adalah, ‘Adik sedang makan’. ‘Adik’ menduduki
fungsi subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
b.
Objek dan Pelengkap
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina,
sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia,
preposisi, dan pengganti nomina.
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif
(memerlukan objek) atau semi transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang
berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
c.
Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek,
predikat, objek atau pelengkap. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi. Mudah
dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat
dan pelengkap. Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak Anwar
membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di pasar induk’ merupakan
keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi subjek. Kata ‘membeli’ merupakan
predikat dan ‘buah-buahan’ adalah fungsi objek.
Kesimpulan
- Menurut Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani
yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan.
Jadi secara etimologi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama
kata-kata, menjadi kelompok kata atau kalimat. Menurut para ahli,
sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai
sarana untuk menggambungkan kata menjadi kalimat.
- Aspek-aspek
dari sintaksis terbagi menjadi frase, klausa, dan kalimat. Frase adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas
dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak melampui
batas subjek dan batas predikat. Frase terdiri dari dua kata atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan dan dalam pembentukan ini tidak terdapat
ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas subjek dan batas predikat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata atau
frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain sebagai subjek,
sebagai objek, dan sebagai keterangan. Kalimat adalah tuturan yang
mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri sebagai batas
keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan intonasi
final.
- Fungsi
sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek,
predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Daftar Pustaka
Adul, M. Asfandi. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan.
Jakarta: Pembinaan dan bimbingan bahasa.
Chaer, Abdul . 2007. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hasan, Kailani. 1983.
Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat.
Nababan, Diana. 2008.
Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka.
Tarigan, H. G. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung:
Angkasa.
Verhaar, J.W.M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Zainal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
[1] H. G.
Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1984), hal.5
[2] M. Asfandi
Adul, Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan, (Jakarta: Pembinaan dan
bimbingan bahasa, 1990), hal.41
[3] J.W.M.
Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2004), hal.11.
[4] M. Asfandi
Adul, Op.Cit, hal.41
[5] Abdul Chaer, Linguistik Umum,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.225
[6] Zainal
Arifin dan Junaiyah, Sintaksis, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal.1
[7] Diana Nababan, Intisari
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2008), hal.84
[8] Abdul Chaer, Op.Cit,
hal.231-232
[9] Ibid, hal. 235
[10] Kailani Hasan, Morfologi dan
Sintaksis Bahasa Melayu Riau, (Jakarta: Pusat, 1983), hal.23
[11] Abdul Chaer, Op.Cit, hal. 243
[12] Ibid, hal.243-246
[13] Ibid, hal.247-248
[14] Ibid, hal.207
Tidak ada komentar:
Posting Komentar