Selasa, 04 Januari 2022

MAKALAH TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

 

Tujuan audit untuk membuat kerangka kerja dalam membantu auditor mengumpulkan bukti yang kompeten, untuk memutuskan bukti mana yang perlu dikumpulkan sesuai dengan kondisi. Dalam melaksanakan audit laporan keuangan, para auditor perlu mengetahui standar yang digunakan serta tanggung jawabnya sebagai auditor dalam mengaudit laporan keuangan.

Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit juga memiliki keterbatasan tertentu dan beberapa penyimpangan dari standar laporan audit dan auditor harus mengetahui semuanya.

Banyaknya perusahaan yang membutuhkan audit, yang mana audit memberikan banyak manfaat terhadap perusahaan dan membantu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk itu kita perlu mengetahui lebih banyak mengenai audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor.

 

B.     Rumusan Masalah

 

1.      Apa Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan?

2.      Bagaimana Tanggungjawab Manajemen dalam Penyajian Laporan Keuangan?

3.      Bagaimana Pendekatan Siklus Laporan Keuangan untuk Segmentasi Audit?

4.      Apa saja Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan?

5.      Apa saja Tujuan Umum dan Khusus Audit Asersi Menajemen?

6.      Bagaimana Tujuan Audit Dicapai?

 

C.    Tujuan Pembelajaran

 

Dengan dibuatnya tugas makalah ini kita dapat mengetahuai beberapa diantaranya ialah:

1.      Mahasiswa dapat mengetahui tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan

2.      Dapat mengetahui tanggung jawab manajemen dalam penyajian laporan keuangan

3.      Dapat mengetahui pendekatan siklus laporan keuangan untuk segmentasi audit

4.      Dapat mengetahui kategori asersi manajemen tentang laporan keuangan

5.      Dapat mengetahui tujuan umum dan khusus audit asersi manajemen

6.      Serta dapat mengetahui bagaimana tujuan audit dicapai

 


 


BAB II
PEMBAHASAN

 

A.    Tujuan dan Tanggung Jawab Audit

 

1.      Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan

 

Berdasarkan PSA 02 (SA 110) menyatakan: tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.[1]

            Uraian tersebet menekankan pemberian pendapat atas laporan keuangan. Alasan satu-satunya dari auditor untuk mengumpulkan bahan bukti adalah agar dia dapat menarik kesimpulan mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan agar dapat mengeluarkan laporan audit yang tepat.

            Apabila berdasarkan bahan bukti yang cukup, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak akan menyesatkan pemakai yang membaca secara seksama, dia akan memberikan pendaapt audit mengenai kewajaran penyajian dan pengaitan namanya dengan laoran. Jika kenyataan yang terjadi setelah pernyataan itu diterbitkan ternyata menunjukkan laporan tidak disajikan secara wajar, auditor harus membuktikan kepada pengadilan atau badan lain yang berwenang bahwa dia telah melaksanakan audit dengan cara yang seharusnya dia lakukan dan mengambil kesimpulan yang pantas. Sekalipun auditor bukanlah penjamin dari kewajaran laporan, dia wajib menyampaikan kepada pemakai apakah laporan telah disajikan secara tepat atau tidak. Jika auditor berpendapat bahwa laporan itu tidak disajikan secara wajar atau jika dia tidak dapat mengambil kesimpulan karena tidak cukup bahan bukti atau adanya situasi tertentu yang menghambatnya, auditor wajib memberitahukan kepada para pemakai melalui laporan audit.

 

  1. Tanggung Jawab Manajemen dalam Penyajian Laporan Keuangan

 

Tanggung jawab untuk memilih dan mengadopsi kebijakan akuntansi yang tepat, menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, serta menyajikan laporan keuangan yang wajar berada dipihak manajemen, bukan auditor. Tanggung jawab ini timbul mengingat bahwa pihak manajemen selaku pelaksana harian perusahaan memiliki pengetahuan yang lebih terperinci dan mendalam atas setiap transaksi perusahaan yang terjadi dibanding dengan pihak auditor. Pengetahuan auditor akan transaksi yang terjadi dan pengendalian internal klien hanya terbatas pada informasi (pengetahuan) yang diperolehnya selama menjalankan kegiatan audit.

Untuk perusahaan publik, berikut adalah hal-hal yang pada umumnya dinyatakan dalam laporan tahunan manajemen mengenai tanggung jawabnya:

a.       Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen.

b.      Manajmen bertanggung jawab atas integritas dan objektivitas laporan keuangan yang telah disiapkannya.

c.       Laporan keuangan yang disiapkan didasarkan pada estimasi serta pertimbangan terbaik manajemen.

d.      Manajemen telah menetapkan dan menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai keandalan laporan keuangan.

 

  1. Pendekatan Siklus Laporan Keuangan untuk Segmentasi Audit

 

Pendekatan siklus dapat dibagi menjadi siklus penjualan dan penagihan, siklus perolehan dan pembayaran, siklus penggajian dan personalia, siklus persediaan dan pergudangan, serta siklus perolehan modal dan pembayaran kembali. Akun kas merupakan akun yang paling penting, yang dimana terlibat dalam sebagian besar siklus.[2]

Pada perusahaan manufaktur, siklus persediaan dan pergudangan berkaitan erat dengan semua siklus lainnya. Biaya persediaan mencakup bahan baku (siklus perolehan dan pembayaran), tenaga kerja langsung (siklus penggajian dan personalia), dan biaya over head manufaktur/biaya produksi tidak langsung (siklus perolehan dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia). Penjualan barang jadi melibatkan siklus penjualan dan penagihan. Dalam kasus penjaminan persediaan untuk kepentingan peminjaman uang, siklus perolehan modal, dan pembayaran kembalian juga berkaitan dengan siklus persediaan dan pergudangan.

 

4.      Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan

 

a.      Asersi Manajemen

 

Asersi manajemen merupakan pernyataan manajemen (secara tersirat) tentang transaksi atau peristiwa, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan yang terkait dengan laporan keuangan.[3]

 

b.      Asersi tentang Transaksi dan Peristiwa

 

·         Keterjadian

Asersi keterjadian berkaitan dengan apakah transaksi dan peristiwa yang dicatat dalam laporan keuangan benar-benar terjadi selama periode akuntansi. Contoh, manajemen menegaskan bahwa transaksi pembelian barang dagang yang dicatat merupakan perolehan barang dagang dari pemasok yang benar-benar terjadi.

 

 

·         Kelengkapan

Asersi ini menyatakan apakah semua transaksi dan peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dimasukkan seluruhnya. Contoh, manajemen menegaskan bahwa seluruh pembelian barang dagang dari pemasok telah dicatat dan dimasukkan dalam laporan keuangan.

·         Keakuratan

Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah dicatat pada jumlah yang benar. Penggunaan harga (acquisition cost) yang salah untuk mencatat transaksi perolehan aktiva tetap dan kekeliruan atau kesalahan dalam menghitung besarnya beban penyusutan periodik merupakan contoh pelanggaran atas asersi keakuratan.

·         Klasifikasi

Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah dicatat pada akun yang tepat. Contoh, pembelian perlengkapan dicatat dicatat sebagai pembelian peralatan.

·         Pisah Batas (cut-off)

Asersi pisah batas menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah dicatat pada periode akuntansi yang benar. Mencatat transaksi penjualan pada bulan Desember sementara barang belum dikirim sampai dengan bulan Januari tahun berikutnya merupakan contoh pelanggaran atas asersi pisah batas.

 

c.       Asersi tentang Saldo Akun

 

·         Eksistensi

Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan modal yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca. Contoh, manajemen menegaskan bahwa saldo akun persediaan barang dagang yang tertera dalam neraca benar-benar ada digudang pada tanggal neraca sebesar jumlah yang disajikan tersebut dan tersedia untuk dijual.

·         Kelengkapan

Asersi ini menyatakan apakah seluruh jumlah yang harus tercatat pada suatu akun benar-benar sudah dicantumkan. Dengan kata lain, asersi kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan penghilangan jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.

·         Penilaian dan Alokasi

Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban dan modal telah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat atau dengan angka-angka yang wajar.

·         Hak dan Kewajiban

Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi hak perusahaan dan apakah utang memang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.

 

d.      Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan

 

·         Keterjadian serta Hak dan Kewajiban

Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa yang diungkapkan telah terjadi dan merupakan hak atau kewajiban perusahaan.[4]

·         Kelengkapan

Asersi ini berkaitan dengan apakah semua pengungkapan yang diperlukan telah dicantumkan dalam laporan keuangan.

·         Keakuratan serta Penilaian dan Alokasi

Asersi ini berkaitan dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan secara tepat dan dalam jumlah yang tepat.

·         Klasifikasi dan Dapat Dipahami

Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan laporan keuangan, serta apakah uraian saldo dan pengungkapannya dapat dipahami.

 

  1. Tujuan Umum dan Khusus Audit Asersi Menajemen

 

a.      Tujuan Audit atas Transaksi

 

Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen tentang transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan. Tujuan audit berguna sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit.

 

Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi:

·         Keterjadian

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang telah dicatat memang benar-benar terjadi. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keterjadian transaksi.

·         Kelengkapan

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang kelengkapan transaksi.

·         Keakuratan

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada jumlah yang benar. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan transaksi.

 

 

·         Pemindah-Bukuan dan Pengikhtisaran

Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan informasi dari jurnal ke buku besar dan neraca saldo, serta keakuratan pengikhtisaran transaksi dalam laporan keuangan. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan transaksi.

·         Klasifikasi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang klasifikasi transaksi.

·         Penetapan Waktu

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang pisah batas transaksi.

 

Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pembelian:

 

Asersi

Manajemen

Tujuan Audit

Umum

Tujuan Audit Khusus

Keterjadian

Keterjadian

Pembelian yang dicatat adalah untuk perolehan barang dari pemasok non-fiktif.

Kelengkapan

Kelengkapan

Seluruh transaksi pembelian yang terjadi telah dicatat.

Keakuratan

Keakuratan

Pembelian yang dicatat adalah untuk seluruh jumlah barang yang telah diperoleh dari pemasok non-fiktif dan telah dicatat dengan benar.

 

Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian telah dipindah-bukukan secara akurat ke masing-masing catatan pemasok (buku besar pembantu) dan buku besar umum, serta diikhtisarkan ke dalam laporan keuangan secara tepat.

Klasifikasi

Klasifikasi

Transaksi pembelian telah di klasifikasi dengan benar pada akun yang tepat.

Pisah Batas

Penetapan Waktu

Transaksi pembelian telah dicatat pada tanggal yang benar.

 

 

b.      Tujuan Audit atas Saldo

 

Tujuan audit ini berguna sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dan saldo akun yang diaudit.[5]

Berikut adalah kedelapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo:

 

·         Eksistensi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan memang benar-benar ada pada tanggal neraca.

·         Kelengkapan

Tujuan ini berkaitan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu akun benar-benar sudah dicantumkan.

·         Keakuratan

Tujuan ini berkaitan dengan apakah perhitungan atas seluruh jumlah yang tercantum sudah benar.

 

·         Klasifikasi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh jumlah telah diklasifikasikan dalam akun secara tepat.

·         Pisah Batas

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh jumlah telah dicatat dalam akun pada periode akuntansi yang tepat.

·         Rincian Hubungan

Tujuan ini berkaitan dengan apakah total saldo akun sesuai dengan rincian yang tertera dalam buku besar maupun catatan pendukung lainnya.

·         Nilai yang Dapat Direalisasi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah saldo akun aktiva tertentu, seperti piutang usaha, telah dikurangi untuk mencerminkan nilai bersihnya yang dapat direalisasi.

·         Hak dan Kewajiban

Tujuan ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi hak perusahaan dan apakah utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.

Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo ditentukan, tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo.

 

Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang:

 

Asersi Manajemen

Tujuan Audit Umum

Tujuan Audit Khusus

Eksistensi

Eksistensi

Semua piutang yang dicatat memang benar-benar ada pada tanggal neraca.

Kelengkapan

Kelengkapan

Seluruh piutang yang ada sudah dicatat.

Penilaian & Alokasi

Keakuratan

 

 

Klasifikasi

 

 

 

 

Pisah Batas

 

 

Rincian Hubungan

 

 

 

Nilai yang Dapat Direalisasi

Seluruh piutang yang ada telah dicatat dalam jumlah yang benar.

 

Piutang telah diklasifikasi secara tepat sebagai piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.

 

Pisah batas atas salso piutang pada akhir tahun sudah tepat.

 

Total saldo piutang sesuai dengan rincian yang tertera dalam buku besar maupun catatan pendukung lainnya (buku besar pembantu).

 

Piutang usaha telah disajikan sebesar nilai realisasi bersih.

Hak & Kewajiban

Hak & Kewajiban

Perusahaan memiliki hak atas semua piutang yang tercantum dalam neraca akhir tahun.

Tidak ada piutang usaha yang dijaminkan.

 

 

c.       Tujuan Audit atas Penyajian dan Pengungkapan

 

Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan juga mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan.[6]

Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan atas piutang wesel:

 

Asersi Manajemen

Tujuan Audit Umum

Tujuan Audit Khusus

Keterjadian serta Hak & Kewajiban

Keterjadian serta Hak & Kewajiban

Piutang wesel sebagaimana yang diuraikan dalam catatan atas laporan keuangan memang benar-benar ada dan merupakan hak perusahaan.

Kelengkapan

Kelengkapan

Semua pengungkapan yang diperlukan yang terkait dengan piutang wesel telah dicatat dalam catatan atas laporan keuangan.

Penilaian & Alokasi

Penilaian & Alokasi

Pengungkapan catatan atas laporan keuangan yang terkait dengan piutang wesel sudah akurat.

Klasifikasi & dapat Dipahami

Klasifikasi & dapat Dipahami

Piutang wesel secara tepat telah diklasifikasi sebagai aktiva lancar dan tidak lancar, serta pengungkapannya dalam catatan atas laporan keuangan dapat dipahami.

 

 

6.      Bagaimana Tujuan Audit Dicapai

 

Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup guna mendukung semua asersi manajemen yang terkait dengan laporang keuangan. Dalam hal ini, auditor perlu memutuskan tujuan audit secara tepat dan mengumpulkan bukti untuk memenuhi tujuan audit tersebut. Auditor biasanya akan mengikuti suatu proses audit untuk memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi dan tepat, serta bahwa semua tujuan audit sudah ditetapkan dan dipenuhi. Proses audit ini terdiri dari empat fase, yaitu:[7]

 

a.      Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit

 

Pada umumnya, ada dua pertimbangan utama yang akan memengaruhi pendekatan audit, yaitu perolehan bukti audit yang cukup dan biaya perolehan bukti audit yang sekecil mungkin. Perolehan bukti audit yang cukup dan pengendalian atas biaya audit memerlukan suatu perencanaan yang matang. Dalam merencanakan dan merancang pendekatan audit, auditor perlu:[8]

 

·         Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungan klien.

Agar dapat menilai dengan layak risiko salah saji dalam laporan keuangan, auditor harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas bisnis klien dan lingkungan terkait, termasuk pemahaman atas perlakuan akuntansi yang unik dari industri klien.

·         Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian

Risiko salah saji dalam laporan keuangan akan dapat diminimalisir apabila klien memiliki pengendalian yang efektif. Penting bagi auditor untuk dapat memahami pengendalian internal yang diterapkan oleh klien dan mengevaluasi keefektifannya. Pengumpulan bahan bukti audit lebih ditekankan atau difokuskan pada area di mana pengendalian internal tidak secara efektif diterapkan. Jika pengendalian internal dianggap efektif, risiko pengendalian yang diterapkan dapat dikurangi dan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan secara signifikan dapat menjadi lebih sedikit dibanding dengan pengendalian internal yang tidak memadai.

 

·         Menilai risiko salah saji yang material

Penilaian ini tentu saja akan memengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu audit, serta luas prosedur audit. Risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, yang disebabkan oleh kecurangan, juga merupakan bagian dari risiko audit dan memerlukan penilaian oleh auditor secara khusus atas risiko tersebut.

 

b.      Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif atas Transaksi

 

Pengujian pengendalian adalah suatu prosedur audit yang dilakukan auditor untuk menentukan efektifitas rancangan (desain) dan penerapan (operasi) pengendalian internal oleh klien. Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang apakah kebijakan dan prosedur pengendalian telah diterapkan secara konsisten. Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup, dan saat pengujian pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu program audit dan kertas kerja yang bersangkutan.

Auditor juga mengevaluasi pencatatan transaksi dengan menverifikasi jumlah moneter transaksi. Prosedur audit ini disebut sebagai pengujian substantif atas transaksi. Pengujian ini bertujuan untuk mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan transaksi. Di samping itu, pengujian substantif atas transaksi juga bertujuan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap jenis transaksi.

 

 

 

 

c.       Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Rincian Saldo

 

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar atau rasional.

Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur audit yang dilakukan auditor untuk menguji salah saji moneter atas saldo akhir akun dalam laporan keuangan. Di samping itu, pengujian atas rincian saldo juga bertujuan untuk menentukan apakah kedelapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo telah dipenuhi bagi setiap saldo akun yang signifikan.

 

d.      Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit

 

Setelah menyelesaikan semua prosedur, auditor harus menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Proses yang subjektif ini sangat mengandalakan pada pertimbangan profesional auditor. Apabila audit telah selesai dilakukan, akuntan publik harus menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh klien.[9]


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

 

Berdasarkan PSA 02 (SA 110) menyatakan: tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Dimana dalam mencapai tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup guna mendukung semua asersi manajemen yang terkait dengan laporang keuangan. Dalam hal ini, auditor perlu memutuskan tujuan audit secara tepat dan mengumpulkan bukti untuk memenuhi tujuan audit tersebut. Auditor biasanya akan mengikuti suatu proses audit untuk memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi dan tepat, serta bahwa semua tujuan audit sudah ditetapkan dan dipenuhi.

Kemudian hal-hal yang pada umumnya dinyatakan dalam laporan tahunan manajemen mengenai tanggung jawabnya:

-          Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen.

-          Manajmen bertanggung jawab atas integritas dan objektivitas laporan keuangan yang telah disiapkannya.

-          Laporan keuangan yang disiapkan didasarkan pada estimasi serta pertimbangan terbaik manajemen.

-          Manajemen telah menetapkan dan menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai keandalan laporan keuangan.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke. 1993. Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba Empat).

 

Heri. 2011. Auditing 1: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi. (Jakarta: Kencana).



[1] Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba Empat, 1993), h. 114

[2]Heri, Auditing 1: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 34

[3]Ibid., h. 36

[4]Ibid., h. 40

[5]Ibid., h. 42

[6]Ibid., h. 45

[7]Ibid., h. 46

[8]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba Empat, 1993), h. 132

[9]Ibid., h. 134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar