BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan audit untuk
membuat kerangka kerja dalam membantu auditor mengumpulkan bukti yang kompeten,
untuk memutuskan bukti mana yang perlu dikumpulkan sesuai dengan kondisi. Dalam
melaksanakan audit laporan keuangan, para auditor perlu mengetahui standar yang
digunakan serta tanggung jawabnya sebagai auditor dalam mengaudit laporan
keuangan.
Hasil audit laporan
keuangan harus memiliki manfaat baik bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan. Selain itu, laporan audit juga memiliki keterbatasan tertentu dan
beberapa penyimpangan dari standar laporan audit dan auditor harus mengetahui
semuanya.
Banyaknya perusahaan
yang membutuhkan audit, yang mana audit memberikan banyak manfaat terhadap
perusahaan dan membantu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk
itu kita perlu mengetahui lebih banyak mengenai audit laporan keuangan dan
tanggung jawab auditor.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Tujuan Pelaksanaan Audit
atas Laporan
Keuangan?
2.
Bagaimana Tanggungjawab
Manajemen dalam Penyajian Laporan Keuangan?
3.
Bagaimana Pendekatan
Siklus Laporan Keuangan untuk Segmentasi Audit?
4.
Apa saja Kategori
Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan?
5.
Apa saja Tujuan Umum dan Khusus
Audit Asersi Menajemen?
6. Bagaimana Tujuan Audit Dicapai?
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan dibuatnya tugas makalah ini
kita dapat mengetahuai beberapa diantaranya ialah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan
2. Dapat mengetahui tanggung jawab
manajemen dalam penyajian laporan keuangan
3. Dapat mengetahui pendekatan siklus
laporan keuangan untuk segmentasi audit
4. Dapat mengetahui kategori asersi
manajemen tentang laporan keuangan
5. Dapat mengetahui tujuan umum dan
khusus audit asersi manajemen
6. Serta dapat mengetahui bagaimana tujuan
audit dicapai
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan dan Tanggung Jawab Audit
1.
Tujuan Pelaksanaan Audit
atas Laporan Keuangan
Berdasarkan
PSA 02 (SA 110) menyatakan: tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh
auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.[1]
Uraian tersebet menekankan
pemberian pendapat atas laporan keuangan. Alasan satu-satunya dari auditor
untuk mengumpulkan bahan bukti adalah agar dia dapat menarik kesimpulan
mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan agar dapat
mengeluarkan laporan audit yang tepat.
Apabila
berdasarkan bahan bukti yang cukup, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
tidak akan menyesatkan pemakai yang membaca secara seksama, dia akan memberikan
pendaapt audit mengenai kewajaran penyajian dan pengaitan namanya dengan
laoran. Jika kenyataan yang terjadi setelah pernyataan itu diterbitkan ternyata
menunjukkan laporan tidak disajikan secara wajar, auditor harus membuktikan
kepada pengadilan atau badan lain yang berwenang bahwa dia telah melaksanakan
audit dengan cara yang seharusnya dia lakukan dan mengambil kesimpulan yang
pantas. Sekalipun auditor bukanlah penjamin dari kewajaran laporan, dia wajib
menyampaikan kepada pemakai apakah laporan telah disajikan secara tepat atau
tidak. Jika auditor berpendapat bahwa laporan itu tidak disajikan secara wajar
atau jika dia tidak dapat mengambil kesimpulan karena tidak cukup bahan bukti
atau adanya situasi tertentu yang menghambatnya, auditor wajib memberitahukan
kepada para pemakai melalui laporan audit.
- Tanggung Jawab Manajemen dalam Penyajian
Laporan Keuangan
Tanggung jawab untuk memilih dan mengadopsi kebijakan
akuntansi yang tepat, menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai,
serta menyajikan laporan keuangan yang wajar berada dipihak manajemen, bukan
auditor. Tanggung jawab ini timbul mengingat bahwa pihak manajemen selaku
pelaksana harian perusahaan memiliki pengetahuan yang lebih terperinci dan
mendalam atas setiap transaksi perusahaan yang terjadi dibanding dengan pihak
auditor. Pengetahuan auditor akan transaksi yang terjadi dan pengendalian
internal klien hanya terbatas pada informasi (pengetahuan) yang diperolehnya
selama menjalankan kegiatan audit.
Untuk perusahaan publik, berikut adalah hal-hal yang pada
umumnya dinyatakan dalam laporan tahunan manajemen mengenai tanggung jawabnya:
a.
Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen.
b.
Manajmen bertanggung jawab atas integritas
dan objektivitas laporan keuangan yang telah disiapkannya.
c.
Laporan keuangan yang disiapkan didasarkan
pada estimasi serta pertimbangan terbaik manajemen.
d.
Manajemen telah menetapkan dan
menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan
kepastian yang layak mengenai keandalan laporan keuangan.
- Pendekatan Siklus
Laporan Keuangan untuk Segmentasi Audit
Pendekatan siklus dapat dibagi menjadi siklus penjualan
dan penagihan, siklus perolehan dan pembayaran, siklus penggajian dan
personalia, siklus persediaan dan pergudangan, serta siklus perolehan modal dan
pembayaran kembali. Akun kas merupakan akun yang paling penting, yang dimana
terlibat dalam sebagian besar siklus.[2]
Pada perusahaan manufaktur, siklus persediaan dan
pergudangan berkaitan erat dengan semua siklus lainnya. Biaya persediaan
mencakup bahan baku (siklus perolehan dan pembayaran), tenaga kerja langsung
(siklus penggajian dan personalia), dan biaya over head manufaktur/biaya
produksi tidak langsung (siklus perolehan dan pembayaran serta siklus
penggajian dan personalia). Penjualan barang jadi melibatkan siklus penjualan
dan penagihan. Dalam kasus penjaminan persediaan untuk kepentingan peminjaman
uang, siklus perolehan modal, dan pembayaran kembalian juga berkaitan dengan
siklus persediaan dan pergudangan.
4.
Kategori Asersi
Manajemen Tentang Laporan Keuangan
a. Asersi Manajemen
Asersi
manajemen merupakan pernyataan manajemen (secara tersirat) tentang transaksi
atau peristiwa, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan yang terkait
dengan laporan keuangan.[3]
b. Asersi tentang Transaksi dan
Peristiwa
·
Keterjadian
Asersi keterjadian berkaitan dengan apakah transaksi dan
peristiwa yang dicatat dalam laporan keuangan benar-benar terjadi selama
periode akuntansi. Contoh, manajemen menegaskan bahwa transaksi pembelian
barang dagang yang dicatat merupakan perolehan barang dagang dari pemasok yang
benar-benar terjadi.
·
Kelengkapan
Asersi ini menyatakan apakah semua transaksi dan
peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dimasukkan
seluruhnya. Contoh, manajemen menegaskan bahwa seluruh pembelian barang dagang
dari pemasok telah dicatat dan dimasukkan dalam laporan keuangan.
·
Keakuratan
Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi dan
peristiwa telah dicatat pada jumlah yang benar. Penggunaan harga (acquisition
cost) yang salah untuk mencatat transaksi perolehan aktiva tetap dan
kekeliruan atau kesalahan dalam menghitung besarnya beban penyusutan periodik
merupakan contoh pelanggaran atas asersi keakuratan.
·
Klasifikasi
Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa
telah dicatat pada akun yang tepat. Contoh, pembelian perlengkapan dicatat
dicatat sebagai pembelian peralatan.
·
Pisah Batas (cut-off)
Asersi pisah batas menyatakan apakah transaksi dan
peristiwa telah dicatat pada periode akuntansi yang benar. Mencatat transaksi
penjualan pada bulan Desember sementara barang belum dikirim sampai dengan
bulan Januari tahun berikutnya merupakan contoh pelanggaran atas asersi pisah
batas.
c.
Asersi tentang Saldo Akun
·
Eksistensi
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan
modal yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca. Contoh,
manajemen menegaskan bahwa saldo akun persediaan barang dagang yang tertera
dalam neraca benar-benar ada digudang pada tanggal neraca sebesar jumlah yang
disajikan tersebut dan tersedia untuk dijual.
·
Kelengkapan
Asersi ini menyatakan apakah seluruh jumlah yang harus
tercatat pada suatu akun benar-benar sudah dicantumkan. Dengan kata lain,
asersi kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan penghilangan jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan.
·
Penilaian dan Alokasi
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban dan
modal telah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat atau
dengan angka-angka yang wajar.
·
Hak dan Kewajiban
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi
hak perusahaan dan apakah utang memang merupakan kewajiban perusahaan pada
tanggal neraca.
d.
Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan
·
Keterjadian serta Hak dan Kewajiban
Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa yang
diungkapkan telah terjadi dan merupakan hak atau kewajiban perusahaan.[4]
·
Kelengkapan
Asersi ini berkaitan dengan apakah semua pengungkapan
yang diperlukan telah dicantumkan dalam laporan keuangan.
·
Keakuratan serta Penilaian dan Alokasi
Asersi ini berkaitan dengan apakah informasi keuangan
telah diungkapkan secara tepat dan dalam jumlah yang tepat.
·
Klasifikasi dan Dapat Dipahami
Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah
diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan laporan keuangan,
serta apakah uraian saldo dan pengungkapannya dapat dipahami.
- Tujuan Umum dan Khusus Audit
Asersi Menajemen
a.
Tujuan Audit atas Transaksi
Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan
asersi manajemen tentang transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung jawab
utama auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan
keuangan dapat dibenarkan. Tujuan audit berguna sebagai kerangka kerja yang
akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten
dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit.
Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan
dengan transaksi:
·
Keterjadian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang
telah dicatat memang benar-benar terjadi. Tujuan ini merupakan padanan atas
asersi manajemen tentang keterjadian transaksi.
·
Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang
harus dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatat. Tujuan ini merupakan
padanan atas asersi manajemen tentang kelengkapan transaksi.
·
Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi
telah dicatat pada jumlah yang benar. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi
manajemen tentang keakuratan transaksi.
·
Pemindah-Bukuan dan Pengikhtisaran
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan
informasi dari jurnal ke buku besar dan neraca saldo, serta keakuratan
pengikhtisaran transaksi dalam laporan keuangan. Tujuan ini merupakan padanan
atas asersi manajemen tentang keakuratan transaksi.
·
Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi
telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan
atas asersi manajemen tentang klasifikasi transaksi.
·
Penetapan Waktu
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi
telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan
atas asersi manajemen tentang pisah batas transaksi.
Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi pembelian:
Asersi Manajemen |
Tujuan Audit Umum |
Tujuan Audit Khusus |
Keterjadian |
Keterjadian |
Pembelian
yang dicatat adalah untuk perolehan barang dari pemasok non-fiktif. |
Kelengkapan |
Kelengkapan |
Seluruh
transaksi pembelian yang terjadi telah dicatat. |
Keakuratan |
Keakuratan |
Pembelian
yang dicatat adalah untuk seluruh jumlah barang yang telah diperoleh dari
pemasok non-fiktif dan telah dicatat dengan benar. Jurnal
untuk mencatat transaksi pembelian telah dipindah-bukukan secara akurat ke
masing-masing catatan pemasok (buku besar pembantu) dan buku besar umum,
serta diikhtisarkan ke dalam laporan keuangan secara tepat. |
Klasifikasi |
Klasifikasi |
Transaksi
pembelian telah di klasifikasi dengan benar pada akun yang tepat. |
Pisah Batas |
Penetapan Waktu |
Transaksi
pembelian telah dicatat pada tanggal yang benar. |
b. Tujuan Audit atas Saldo
Tujuan audit ini berguna sebagai kerangka kerja yang akan
membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan
tepat sesuai dan saldo akun yang diaudit.[5]
Berikut adalah kedelapan tujuan audit umum yang berkaitan
dengan saldo:
·
Eksistensi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua jumlah yang
tercantum dalam laporan keuangan memang benar-benar ada pada tanggal neraca.
·
Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan apakah semua jumlah yang harus
tercatat pada suatu akun benar-benar sudah dicantumkan.
·
Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah perhitungan atas
seluruh jumlah yang tercantum sudah benar.
·
Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh jumlah telah
diklasifikasikan dalam akun secara tepat.
·
Pisah Batas
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh jumlah telah
dicatat dalam akun pada periode akuntansi yang tepat.
·
Rincian Hubungan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah total saldo akun
sesuai dengan rincian yang tertera dalam buku besar maupun catatan pendukung
lainnya.
·
Nilai yang Dapat Direalisasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah saldo akun aktiva
tertentu, seperti piutang usaha, telah dikurangi untuk mencerminkan nilai
bersihnya yang dapat direalisasi.
·
Hak dan Kewajiban
Tujuan ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi
hak perusahaan dan apakah utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
neraca.
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo
ditentukan, tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo
akun dalam laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan saldo harus disertakan pada setiap tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo.
Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo piutang:
Asersi Manajemen |
Tujuan Audit Umum |
Tujuan Audit Khusus |
Eksistensi |
Eksistensi |
Semua
piutang yang dicatat memang benar-benar ada pada tanggal neraca. |
Kelengkapan |
Kelengkapan |
Seluruh
piutang yang ada sudah dicatat. |
Penilaian & Alokasi |
Keakuratan Klasifikasi Pisah Batas Rincian Hubungan Nilai yang Dapat Direalisasi |
Seluruh
piutang yang ada telah dicatat dalam jumlah yang benar. Piutang
telah diklasifikasi secara tepat sebagai piutang usaha, piutang wesel, dan
piutang lain-lain. Pisah
batas atas salso piutang pada akhir tahun sudah tepat. Total
saldo piutang sesuai dengan rincian yang tertera dalam buku besar maupun
catatan pendukung lainnya (buku besar pembantu). Piutang
usaha telah disajikan sebesar nilai realisasi bersih. |
Hak & Kewajiban |
Hak & Kewajiban |
Perusahaan
memiliki hak atas semua piutang yang tercantum dalam neraca akhir tahun. Tidak
ada piutang usaha yang dijaminkan. |
c. Tujuan Audit atas Penyajian dan
Pengungkapan
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan juga mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen untuk penyajian
dan pengungkapan.[6]
Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan atas piutang wesel:
Asersi Manajemen |
Tujuan Audit Umum |
Tujuan Audit Khusus |
Keterjadian serta Hak & Kewajiban |
Keterjadian serta Hak & Kewajiban |
Piutang
wesel sebagaimana yang diuraikan dalam catatan atas laporan keuangan memang
benar-benar ada dan merupakan hak perusahaan. |
Kelengkapan |
Kelengkapan |
Semua
pengungkapan yang diperlukan yang terkait dengan piutang wesel telah dicatat
dalam catatan atas laporan keuangan. |
Penilaian & Alokasi |
Penilaian & Alokasi |
Pengungkapan
catatan atas laporan keuangan yang terkait dengan piutang wesel sudah akurat. |
Klasifikasi & dapat Dipahami |
Klasifikasi & dapat Dipahami |
Piutang
wesel secara tepat telah diklasifikasi sebagai aktiva lancar dan tidak
lancar, serta pengungkapannya dalam catatan atas laporan keuangan dapat
dipahami. |
6.
Bagaimana Tujuan Audit Dicapai
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup guna
mendukung semua asersi manajemen yang terkait dengan laporang keuangan. Dalam
hal ini, auditor perlu memutuskan tujuan audit secara tepat dan mengumpulkan
bukti untuk memenuhi tujuan audit tersebut. Auditor biasanya akan mengikuti
suatu proses audit untuk memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi
dan tepat, serta bahwa semua tujuan audit sudah ditetapkan dan dipenuhi. Proses
audit ini terdiri dari empat fase, yaitu:[7]
a.
Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit
Pada umumnya, ada dua pertimbangan utama yang akan
memengaruhi pendekatan audit, yaitu perolehan bukti audit yang cukup dan biaya
perolehan bukti audit yang sekecil mungkin. Perolehan bukti audit yang cukup
dan pengendalian atas biaya audit memerlukan suatu perencanaan yang matang.
Dalam merencanakan dan merancang pendekatan audit, auditor perlu:[8]
·
Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungan
klien.
Agar dapat menilai dengan layak risiko salah
saji dalam laporan keuangan, auditor harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh
atas bisnis klien dan lingkungan terkait, termasuk pemahaman atas perlakuan
akuntansi yang unik dari industri klien.
·
Memahami pengendalian internal dan menilai
risiko pengendalian
Risiko salah saji dalam laporan keuangan akan
dapat diminimalisir apabila klien memiliki pengendalian yang efektif. Penting
bagi auditor untuk dapat memahami pengendalian internal yang diterapkan oleh
klien dan mengevaluasi keefektifannya. Pengumpulan bahan bukti audit lebih
ditekankan atau difokuskan pada area di mana pengendalian internal tidak secara
efektif diterapkan. Jika pengendalian internal dianggap efektif, risiko
pengendalian yang diterapkan dapat dikurangi dan jumlah bukti audit yang harus
dikumpulkan secara signifikan dapat menjadi lebih sedikit dibanding dengan
pengendalian internal yang tidak memadai.
·
Menilai risiko salah saji yang material
Penilaian ini tentu saja akan memengaruhi
rencana dan sifat audit, penetapan waktu audit, serta luas prosedur audit.
Risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, yang disebabkan oleh
kecurangan, juga merupakan bagian dari risiko audit dan memerlukan penilaian
oleh auditor secara khusus atas risiko tersebut.
b.
Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substansif atas Transaksi
Pengujian pengendalian adalah suatu prosedur audit yang
dilakukan auditor untuk menentukan efektifitas rancangan (desain) dan penerapan
(operasi) pengendalian internal oleh klien. Pengujian pengendalian ini dapat
memberikan bukti tentang apakah kebijakan dan prosedur pengendalian telah
diterapkan secara konsisten. Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan
dengan jenis, lingkup, dan saat pengujian pengendalian harus didokumentasikan
dalam suatu program audit dan kertas kerja yang bersangkutan.
Auditor juga mengevaluasi pencatatan transaksi dengan
menverifikasi jumlah moneter transaksi. Prosedur audit ini disebut sebagai
pengujian substantif atas transaksi. Pengujian ini bertujuan untuk
mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan
transaksi. Di samping itu, pengujian substantif atas transaksi juga bertujuan
untuk menentukan apakah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan
transaksi telah dipenuhi bagi setiap jenis transaksi.
c.
Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian
atas Rincian Saldo
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan
untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar atau rasional.
Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur audit
yang dilakukan auditor untuk menguji salah saji moneter atas saldo akhir akun
dalam laporan keuangan. Di samping itu, pengujian atas rincian saldo juga
bertujuan untuk menentukan apakah kedelapan tujuan audit umum yang berkaitan
dengan saldo telah dipenuhi bagi setiap saldo akun yang signifikan.
d.
Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan
Audit
Setelah menyelesaikan semua prosedur, auditor harus
menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan menyeluruh
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Proses yang
subjektif ini sangat mengandalakan pada pertimbangan profesional auditor. Apabila
audit telah selesai dilakukan, akuntan publik harus menerbitkan laporan audit
untuk melengkapi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh klien.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
PSA 02 (SA 110) menyatakan: tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh
auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dimana
dalam mencapai tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup
guna mendukung semua asersi manajemen yang terkait dengan laporang keuangan.
Dalam hal ini, auditor perlu memutuskan tujuan audit secara tepat dan
mengumpulkan bukti untuk memenuhi tujuan audit tersebut. Auditor biasanya akan
mengikuti suatu proses audit untuk memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah
mencukupi dan tepat, serta bahwa semua tujuan audit sudah ditetapkan dan
dipenuhi.
Kemudian hal-hal yang pada umumnya dinyatakan dalam
laporan tahunan manajemen mengenai tanggung jawabnya:
-
Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen.
-
Manajmen bertanggung jawab atas integritas
dan objektivitas laporan keuangan yang telah disiapkannya.
-
Laporan keuangan yang disiapkan didasarkan
pada estimasi serta pertimbangan terbaik manajemen.
-
Manajemen telah menetapkan dan
menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan
kepastian yang layak mengenai keandalan laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.
1993. Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba Empat).
Heri. 2011. Auditing 1:
Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi. (Jakarta: Kencana).
[1] Alvin A.
Arens, James K. Loebbecke, Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta:
Salemba Empat, 1993), h. 114
[2]Heri, Auditing
1: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 34
[3]Ibid., h. 36
[4]Ibid., h. 40
[5]Ibid., h. 42
[6]Ibid., h. 45
[7]Ibid., h. 46
[8]Alvin A. Arens,
James K. Loebbecke, Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba
Empat, 1993), h. 132
[9]Ibid., h. 134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar