Selasa, 04 Januari 2022

Makalah Dampak Teknologi Informasi Pada Proses Audit

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Penggunaan teknologi informasi atau IT dapat meningkatkan pegendalian  internal dengan menambahkan prosedur pengendalian baru yang dilakukan oleh komputer dan dengan menggantikan kendali manual yang merupakan subyek bagi kesalahan manusia. IT juga dapat memperkenalkan  resiko yang baru yang dapat diatur klien melalui implentasi dari kendali  yang dikhususkan untuk lingkungan IT. Tulisan ini menyoroti resiko yang dikhususkan untuk lingkungan IT, mengidentifikasi pengendalian  yang dapat diterapkan untuk merujuk resiko itu, dan menyoroti bagaimana pengendalian yang terkait dengan IT mempengaruhi proses audit.

            Audit harus saksama agar tidak terlalu bersandar pada informasi hanya karna dibuat oleh komputer. Auditor harus memahami dan menguji kendali berbasis komputer sebelum menyimpulkan bahwa informasi yang dibuat komputer adalah dapat dipercaya.

 

B.     Rumusan Masalah

                              1.            Apa Yang dimaksud Teknologi Informasi Dalam Auditing?

                              2.            Bagaimana Teknologi Informasi Mempengaruhi Pengendalian Intern?

                              3.            Bagaimana Penilaian Resiko Terhadap Teknologi Informasi?

                              4.            Bagaimana Dampak Teknologi Informasi Terhaap Proses Audit?

                              5.            Apa Saja Isu Yang Terjadi Lingkungan Teknologi Informasi Yang Berbeda-Beda?

 

 

 

C.    Tujuan Masalah

                              1.            Untuk Mengetahui Maksud Teknologi Informasi Dalam Auditing.

                              2.            Untuk Mengetahui Teknologi Informasi Mempengaruhi Pengendalian Intern.

                              3.            Untuk Mengetahui Penilaian Resiko Terhadap Teknologi Informasi.

                              4.            Untuk Mengetahui Dampak Teknologi Informasi Terhaap Proses Audit.

                              6.            Untuk Mengetahui Apa Saja Isu Yang Terjadi Dilingkungan Teknologi Informasi Yang Berbeda-Beda.


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    TEKNOLOGI INFORMASI DALAM AUDITING

            Teknologi Informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan atau menyebarkan informasi. Teknologi informasi (Information Technology) biasa disingkat TI, IT atau infotech. Informasi adalah hardware dan software, dan bisa termasuk di dalamnya jaringan dan telekomunikasi yang biasanya dalam konteks bisnis atau usaha. Menurut Haag dan Keen Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.

            Sedangkan Menurut definisi lain Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang akan digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim/menyebarkan informasi.Sementara Williams dan Sawyer mengungkapkan bahwa teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

            Dari defenisi di atas, nampak bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer, tetapi juga termasuk teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain bahwa teknologi informasi merupakan hasil konvergensi antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

            Oleh karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer atau pemindahan informasi antar media.

            Ada beberapa aspek yang diperiksa pada audit sistem Teknologi Informasi: Audit secara keseluruhan menyangkut efektifitas, efisiensi, availability system, reliability, confidentiality, dan integrity, serta aspek security. Selanjutnya adalah audit atas proses, modifikasi program, audit atas sumber data, dan data file. Audit IT sendiri merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu, antara lain: Traditional Audit, Manajemen Sistem Informasi, Sistem Informasi Akuntansi, Ilmu Komputer, dan Behavioral Science.

            Tahapan-tahapan dalam audit IT pada prinsipnya sama dengan audit pada umumnya. Meliputi tahapan perencanaan, yang menghasilkan suatu program audit yang didesain sedemikian rupa, sehingga pelaksanaannya akan berjalan efektif dan efisien, dan dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, serta dapat diselesaikan dalam waktu sesuai yang disepakati. Pada tahap perencanaan ini penting sekali menilai aspek internal kontrol, yang mana dapat memberikan masukan terhadap aspek resiko, yang pada akhirnya akan menentukan luasnya pemeriksaan yang akan terlihat pada audit program.

            Menurut standar pada dasarnya auditor keuangan melakukan pengujian berikut:

1)      Uji kepatuhan terhadap prosedur yang berlaku (otorisasi, kelengkapan, keakuratan),

2)      Uji Substantif (Uji terhadap transaksi dan hasil pengolahan),

3)      Pengolahan kembali transaksi dalam prosedur pengujian kepatuhan atau substantive.

Tentunya luasnya pengujian terkait dengan resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor. Jenis dan luas pengujian tidak tergantung besarnya perusahaan tetapi ditentukan oleh kompleksitas lingkungan IT yang ada seperti luasnya system on-line yang digunakan, tipe dan signifikansi transaksi keuangan, serta sifat dokumen atau  database, serta program yang digunakan.

            Lingkup Audit Sistem Informasi pada umumnya difokuskan kepada seluruh sumber daya IT yang ada, yaitu Aplikasi, Informasi, Infrastruktur dan Personil. Untuk lebih praktisnya, berikut ini adalah beberapa tujuan audit sistem informasi yang pernah dilakukan, antara lain:

Ø Evaluasi atas kesesuaian (strategic alignment) antara rencana strategis dan rencana tahunan organisasi dengan rencana strategis IT, rencana tahunan IT dan rencana proyek atau program IT.

Ø Evaluasi atas kelayakan struktur organisasi IT, termasuk pemisahan fungsi (segregation of duties) dan kelayakan pelimpahan wewenang dan otoritas (delegation of authority).

Ø Evaluasi atas pengelolaan personil IT, termasuk perencanaan kebutuhan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pendidikan, promosi atau demosi atau mutasi, serta terminasi personil IT.

Ø Evaluasi atas pengembangan IT, termasuk analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, pengujian, implementasi dan migrasi, pelatihan dan dokumentasi IT, serta manajemen perubahaan.

Ø Evaluasi atas kegiatan operasional IT, termasuk pengelolaan keamanan dan kinerja pengelolaan pusat data (data center), pengelolaan keamanan dan kinerja jaringan data, dan pengelolaan masalah dan insiden IT serta dukungan pengguna (helpdesk).

Ø Evaluasi atas kontinuitas layanan IT, termasuk pengelolaan backup & recovery, pengelolaan prosedur darurat IT (IT emergency plan), pengelolaan rencana pemulihan layanan IT (IT recovery plan), serta pengujian rencana kontijensi operasional (business contigency or continuity plan).

Ø Evaluasi atas kualitas pengendalian aplikasi, termasuk pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian output.

Ø Evaluasi atas kualitas data atau informasi, termasuk pengujian atas kelengkapan dan akurasi data yang dimasukkan, diproses, dan dihasilkan oleh sistem informasi.

 

Pengujian pengendalian dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas control (policy dan procedure) yang ada untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan saji material dalam laporan keuangan. Dua aktivitas utama yang diuji adalah pengendalian terkait dengan pemrosesan informasi yaitu general control dan application control.

·         General control terkait dengan semua aktivitas computer dan termasuk control atas system development, access security, program change, data center dan network dan maintenance.

·         Aplication control berhubungan dengan task spesifik yang dilakukan individual aplikasi. Termasuk didalam prosedur cek dengan IT misalnya edit check saat input data dan check yang dilakukan oleh individu termasuk manual follow-up rekonsiliasi atau exception report Pengujian pengendalian bertujuan, mengumpulkan bukti tentang seberapa efektif dan konsisten prosedur pengendalian berjalan. Pengujian ini dilakukan dengan wawancara (inquiry), inspeksi dokumen terkait atau inspeksi file elektronik terkait, observasi penerapan pengendalian dan pemrosessan ulang transaksi.

                        Auditor IT bekerja baik sebagai auditor internal atau eksternal. Auditor tersebut kemungkinan akan menilai risiko dan kontrol IT. Kadang-kadang hal ini dilakukan sebagai pendukung untuk pekerjaan audit keuangan, dan pada waktu lain tujuan evaluasi risiko dan kontrol IT dilakukan untuk kepentingan diri sendiri. Pada dasarnya auditor IT dapat memberikan jaminan atau memberikan kenyamanan atas apa saja yang berhubungan dengan sistem informasi.

                        Dalam mendesign pengujian automated control (computerised control or application control), auditor harus mempertimbangkan kebutuhan untuk mendapatkan bukti pendukung atas efektifitas pengendalian operasi secara langsung maupun tak langsung terkait dengan asersi atas laporan keuangan Teknik yang digunakan untuk pengujian tentu saja berbeda dengan teknik pengujian manual.

B.     TEKNOLOGI INFORMASI MEMPENGARUHI PENGENDALIAN INTERN

            Menurut SPAP dalam SA Seksi 314.4 No. 05-09 pengendalian intern atas pengelolaan komputer, yang dapat membantu pencapaian tujuan pengendalian intern secara keseluruhan, mencakup baik prosedur manual maupun prosedur yang didesain dalam program komputer. Prosedur pengendalian manual dan komputer terdiri atas:

1)      Pengendalian umum: pengendalian menyeluruh yang berdampak tehadap lingkungan EDP yang terdiri atas:

·         Pengendalian organisasi dan manajemen.

·         Pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharan sistem.

·         Pengendalian terhadap operasi sistem.

·         Pengendalian terhadap entri data an program.

2)      Pengendalian aplikasi: pengendalian husus atas alikasi akutansi yang meliputi:

·         Pengrndalian atas masukan.

·         Pengendalian atas pengolahan dan file data komputer.

·         Pengendalian atas keluaran.

·         Pengendalian masukan, pengolahan, dan keluaran dalam sistem online.[1]

            Tujuan  dari sitem informasi komputer adalah sistem dirancang untuk memastikan perihal kejadian, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi dan penetapatan transaksi dicatat.

            Audit internal timbul sebagai suatu cara teknik guna mengatasi resiko yang meningkat akibat semakin pesatnya laju perkembangan dunia usaha dan adanya kondisi economic trubulence, dimana terjadi perubahan secara dinamis dan tidak dapat diprediksi sehubungan dengan ere globalisasi, sehingga sumber informasi sudah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan para manajer yang bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak teramati secara langsung.[2]

            Sebagian besar entitas, termasuk perusahaan keluarga berukuran kecil, mengandalkan IT untuk mencatat dan memproses transaksi bisnis. Akibat kemajuan IT yang luar biasa, perusahaan yang relatif kecilpun bahkan menggunakan komputer pribadi dengan perangkat lunak akuntansi komersial untuk menjalankan fungsi akuntansinya. Fungsi Akuntansi yang menggunakan jaringan IT yang rumit,internet,dan fungsi TI terpusat sekarang sudah merupakan hal yang umum dilakukan dimana pun.

            Beberapa perubahan dalam pengendalian internal yang disebabkan oleh integrasi IT ke dalam sistem akuntansi.

a)      Pengendalian komputer menggantikan pengendalian manual.

Keunggulan yang paling tampak dalam IT adalah kemampuannya untuk menangani transaksi bisnis yang kompleks dalam jumlah yang besar dengan efisien. Karena komputer memproses informasi secara konsisten, sistem IT dapat mengurangi salah saji dengan mengganti prosedur yang biasanya dilakukan secara manual dengan pengendaliaan-pengendalian yang terprogram yang menerapkan fungsi saling mengawasi dan mengontrol untuk setiap transaksi yang diproses.

b)      Menyediakan informasi dengan kualitas yang lebih tinggi.

Aktivitas-aktivitas IT yang kompleks biasanya diatur secara efektif karena komleksitas mengharuskan adanya pengaturan, prosedur dan dokumentasi yang efektif.[3]

                        Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bierstaker et al. responden penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dibutuhkan dua sampai tiga tahun bagi perusahaan untuk benar-benar mentransfer perangkat lunak lama mereka untuk platform komputasi enterprise-wide. Dalam situasi ini, auditor harus bekerja dengan klien mereka untuk memastikan bahwa semua kontrol dan ukuran kinerja yang diperlukan untuk mengevaluasi setiap proses bisnis di tempat. Sebagai perangkat lunak audit diintegrasikan ke dalam proses audit, auditor akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengatasi masalah yang kompleks yang dihadapi klien mereka di pasar global.

                        Didalam perkembangan pasar global perkembangan IT Komunikasi menggunakan Ethernet atau TCP / IP, yang sebelumnya digunakan hanya pada tingkat jaringan perusahaan, mendukung segala sesuatu. Terlepas dari perangkat keras atau sistem operasi, kontrol perangkat lunak yang sama ± sesuai dengan standar IEC61131 ± dapat berjalan baik pada server atau komoditas pada kontroler khusus dengan redundansi dan ketersediaan tinggi. Peralatan lapangan didukung melalui protokol fieldbus standar (Profibus, Fieldbus Foundation, LON, CAN), dengan dukungan untuk antarmuka yang lebih tradisional ± Modbus, dll ± untuk paket integrasi pihak ketiga.[4]

                        Sistem pengendalian intrnal perusahan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akutansi dapat diandalkan. Pada dasarnya konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung dengan sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membentuk atau menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan sampai melebihi manfaat yang diperkirakan akan timbul atau dihasilkan dari pelaksanaan prosedur pengendalian tersebut.[5]

                        Faktor manusia adalah faktor yang sangat penting sekali dalam pelaksanaan sistem pengendalian intrnal. Sebuah sistem pengendalian yang baik akan menjadi tidak efektif oleh adanya karyawan yang kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh. Demikian juga dengan halnya dengan kolusi, dimana kolusi ini akan dapat secara signifikan mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeleminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahan tugas. Belum lagi adanya sebuah pandangan umum yang mengatakan bahwa pada prinsipnya didunia ini tidak ada sesuatu yang begitu sempurna, termasuk sistem penegendalian internal yang dijalankan perusahaan. Terakhir, ukuran perusahaan juga akan dapat memicu keterbatasan pengendalian internal. Dalam perusahaan yang berskala kecil. Sebagai contoh mungkin akan sangat sulit untuk pemisahaan tugas atau memberikan pengecekan independen atau verifikasi internal, mengingat satu karyawan mungkin saja dapat merangkap, mengerjakan beberapa pekerjaan yang berbeda sekaligus.

 

C.    PENILAIAN RESIKO TERHADAP TEKNOLOGI INFORMASI

            Penilaian resiko merupakan tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko terkait penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum.auditor dapat menegetahui proses penilaian resio yang dilakukan manajemen elalui penggunaan kuesioner atau diskusi dengan manajemen terkait untuk menentuan bagaimana manajemen klien mengidentifikasi resiko-rsiko yaang terkait dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikan an kemungkinan terjadinya resiko tersebut, serta untuk memutuskan tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi resiko yang muncul.[6]

Penggunaan TI yang meningkatkan pengendalian internal perusahaan juga ternyata bisa resiko pengendalian suatu perusahaan secara kesuluruhan. Terdapat banyak risiko dalam sistem manual yang bisa dikurangi dan dalam beberapa kasus ada yang dihilangkan. Risiko ini akan meningkatkan kemungkinan salah saji yang material di dalam laporan keuangan. Adapun risiko khusus yang ada pada sistem TI mencakup:

                         1.            Resiko pada perangkat keras dan data

·      Ketergantungan pada kemampuan berfungsinya suatu perangkat keras dan lunak. Perangkat keras dan lunak tidak bisa berfungsi dengan baik jika tidak diiringi dengan perlindungan fisik yang layak. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk melindungi secara fisik perangkat lunak, perangkat keras dan data yang terkait dari kerusakan fisik yang kemungkinan disebabkan oleh sabotase, penggunaan yang tidak tepat, atau kerusakan lingkungan.

·      Kesalahan sistematis versus kesalahan acak. Ketika suatu organisasi mengganti prosedur manual dengan prosedur berbasis teknologi maka risiko kesalahan acak yang merupakan akibat dari keterlibatan manusia bisa berkurang. Akan tetapi, risiko kesalahan sistematis bisa meningkat karena setelah prosedur tersebut diprogramkan ke dalam perangkat lunak komputer, komputer kemudian akan memproses secara konsisten informasi mengenai semua transaksi sampai prosedur yang diprogramkan itu diubah. Selain itu, perubahan perangkat lunak dan pempograman perangkat lunak yang cacat akan memberikan pengaruh terhadap reliabilitas pemprosesan komputer yang kerap kali menyebabkan banyaknya terjadi salah saji yang signifikan. Apabila sistem itu tidak diprogram secara khusus untuk mengenali dan menandai transaksi yang tidak biasa atau jejak audit transaksi yang tidak memadai maka ini akan meningkatkan resiko salah saji tersebut.

·      Akses yang tidak sah. Sistem akuntansi yang berbasis IT  kerap kali memungkinkan akses secara online ke data elektronik yang ada di dalam file induk, perangkat lunak dan catatan lainnya. Oleh karena akses online yang bisa dilakukan dari jarak jauh, termasuk oleh pihak eksternal dengan internet, maka mungkin saja akan terjadi akses yang tidak sah. Jika tidak dilakukan pembatasan online yang tepat seperti penggunaan kata sandi atau ID pemakai, maka aktivitas yang tidak sah tersebut bisa dilakukan melalui komputer dan ini tentunya akan menyebabkan program perangkat lunak dan file induk akan mengalami perubahan yang tidak semestinya.

·      Hilangnya data. Pada sistem IT, data sebagian besar disimpan dalam file elektronik yang terpusat. Hal ini tentunya akan meningkatkan resiko kehilangan atau kerusakan pada file data secara keseluruhan. Selain itu, juga akan memiliki konsekuensi yang berat seperti  terjadinya salah saji di dalam laporan keuangan dan pada kasus tertentu akan menyebabkan gangguan serius atau operasi entitas.[7]

 

                              2.            Jejak audit yang berkurang

            Salah saji mungkin saja tidak bisa terdeteksi dengan meningkatnya penggunaan TI akibat dari hilangnya jejak audit yang nyata dan termasuk juga berkurangnya keterlibatan manusia. Selain itu, komputer akan menggantikan beberapa jenis otorisasi tradisional ke dalam sistem IT.

·      Visibilitas jejak audit. Karena informasi sebagian besar dimasukkan secara langsung ke dalam komputer maka penggunaan IT kerap kali akan mengurangi atau bahkan menghilangkan berbagai dokumen dan catatan sumber yang memungkinkan informasi akuntansi tersebut ditelusuri organisasi. Dokumen dan catatan tersebut disebut sebagai jejak audit. Oleh karena hilangnya jejak audit maka pengendalian lainnya mesti dimasukkan untuk menggantikan kemampuan tradisional tersebut dalam membandingkan informasi output dengan data salinan yang telah tercetak.

·      Berkurangnya keterlibatan manusia. Dalam sistem IT, para karyawan yang terlibat dengan pemprosesan awal transaksi tidak pernah sama sekali melihat hasil akhirnya. Sehingga mereka menjadi kurang mampu dalam mengidentifikasi salah saji pada pemprosesan. Meskipun ada kesempatan bagi mereka untuk bisa melihat hasil akhir, namun mereka tetap saja mengalami kesulitan untuk mengenali salah saji karena hasil yang ditampilkan begitu ringkas. Selain itu, karyawan cenderung memperhatikan output yang dihasilkan dari penggunaan teknologi sebagai sesuatu yang dianggap benar karena dihasilkan oleh komputer.

·      Kurangnya Otorisasi Tradisional. Saat ini, sistem IT yang sangat canggih kerap kali memprakarsai berbagai jenis transaksi tertentu secara otomatis. Sehingga, otorisasi yang tepat sangat bergantung pada prosedur perangkat lunak dan keakuratan suatu file induk yang akan digunakan untuk membuat keputusan otorisasi.

                              3.            Kebutuhan akan pengalaman IT dan pemisahan tugas IT

            Suatu sistem IT akan mengurangi pemisahan tugas tradisional (seperti pembukuan, otorisasi, penyimpanan) dan menciptakan suatu kebutuhan tambahan akan pengalaman di berbagai bidang IT.

·      Berkurangnya pemisahan tugas. Jika suatu organisasi berganti dari sistem manual ke sistem komputerisasi maka komputer akan melakukan berbagai tugas yang sebelumnya secara tradisional dipisahkan, seperti pembukuan dan otorisasi. Penggabungan atas berbagai aktivitas dari beberapa bagian organisasi yang berbeda ke suatu fungsi IT akan memusatkan tanggung jawab terpisah secara tradisional. Potensi akan pencurian aktiva yang bisa dilakukan oleh personil IT yang mempunyai akses ke perangkat lunak dan file induk, dapat teratasi jika tugas-tugas penting tersebut dipisahkan dalam fungsi IT.

·      Kebutuhan akan pengalaman di bidang IT. Walaupun perusahaan dapat membeli paket perangkat lunak akuntansi yang khususnya dijual di pasaran, perusahaan juga harus melakukan perekrutan personil yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman untuk memasang, menjaga dan menjalankan sistem tersebut. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan sistem IT maka kebutuhan akan spesialis IT yang berkualitas juga akan meningkat. Reliabilitas akan sistem IT dan informasi yang dihasilkan selalu tergantung pada kemampuan suatu organisasi untuk mempekerjakan personil atau merekrut para konsultan yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang teknologi yang sesuai.[8]

 

D.    DAMPAK TEKNOLOGI INFORASI DALAM PROSES AUDIT

            Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, dimana auditor harus mempunyai pengetahuan mengenai pengendalian umum dan pengendalian aplikasi tanpa harus memperhatikan apakah sistem IT yang digunakan oleh klien kompleks atau sederhana. Pengetahuna yang dimiliki oleh aduitor tentang pengendalian umum tentunya akan meningkatkan kemampuan auditor dalam mengukur dan mengandalkan pengedalian apliaksi yang efektif dalam rangkan mengurangi risiko pengendalina pada tujuan audit yang terkait.  Auditor dalam Kantor Akuntan Publik diharuskan menerbitkan suatu opini yang berkenaan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan, pegnetahuan mengenai pengendalian umum maupun aplikasi yang merupakan suatu hal yang penting.

            IT dapat berdampak pada organisasi dalam dua cara. Pertama, pengenalan IT dapat memiliki implikasi khusus untuk perilaku dan sikap dari individu yang bekerja dalam organisasi. Kedua, IT dapat mempengaruhi struktur dan proses organisasi. Menjelajahi hubungan individu dan struktural telah diambil oleh sejumlah penulis yang telah memanfaatkan teori strukturasi.

            Dalam penelitian yang dilakukan yang  berkonsentrasi pada konsep-konsep budaya, kontrol dan persaingan diidentifikasi oleh Coombs et al. sebagai sarana untuk memahami otomatisasi audit. Pengendalian merupakan bagian dari kerangka peraturan yang mengatur praktek kerja dan perilaku perusahaan audit dan staf mereka dan dalam arti yang mungkin dianggap sebagai endemik dalam praktek audit. Dalam penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa sejumlah mitra percaya pengenalan otomatisasi audit yang telah meningkatkan kualitas pekerjaan audit yang dilakukan. Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa, karena teknologi otomatisasi audit, mitra telah menjadi lebih erat terlibat dengan hari-hari kerja tim audit, sehingga mengubah struktur perusahaan. Oleh karena itu, otomatisasi audit tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam sebuah perusahaan audit untuk  membuatnya lebih efisien, tanpa menimbulkan perubahan dalam struktur perusahaan.

1)      Pengaruh Pengendalian Umum Terhadap Resiko Pengendalian

     Sebelum mengevaluasi pengendalian aplikasi, seorang auditor harus terlebih dahulu mengevaluasi keefektifan pengendalian umum. Pengendalian umum memiliki pengaruh pervasif terhadap keefektifan pengendalian aplikasi, sehingga sebelum menyimpulkan apakah pengendalian aplikasi telah efektif, auditor terlebih dahulu harus mengevaluasi pengendalian tersebut.

     Teknologi akan terus memiliki dampak yang dramatis pada hampir setiap tahap proses audit. Dari program-program audit yang dihasilkan komputer untuk mengaudit perangkat lunak yang mampu menguji seluruh penduduk data klien, teknologi sangat penting bagi akuntan untuk memahami proses bisnis klien dan bersaing dengan lingkungan audit yang paperless. Sebagai klien audit yang terus bergeser ke arah penyimpanan data elektronik untuk meningkatkan efisiensi, perusahaan akuntansi tidak akan lagi dapat mengaudit sekitar komputer. Auditor yang memanfaatkan teknologi baru akan dihargai dengan keuntungan luar biasa dalam efisiensi audit dan efektivitas.

2)        Pengaruh pengendalian umum terhadap aplikasi keseluruhan sistem    Akan muncul potensi salah saji yang material pada seluruh aplikasi sistem jika pengendalian umum tidak efektif, tanpa memperhatikan kualitas dari setiap pengendalian aplikasi.  Sebaliknya, apabila pengendalian umum dianggap telah efektif, auditor akan bergantung pada pengendalian aplikasi dan kemudian bisa melakukan pengujian terhadap pengendalian aplikasi yang berkenaan dengan keefektifan operasinya serta mengandalkan hasilnya guna untuk mengurangi pengujian substansif.

3)      Pengaruh pengendalian umum terhadap perubahan perangkat lunak    Apabila klien berkeinginan untuk mengganti perangkat lunak aplikasi, hal itu akan mempengaruhi ketergantungan auditor terhadap pengendalian yang terotomatisasi. Ketika klien mengubah perangkat lunak, auditor harus melakukan evaluasi apakah pengujian tambahan diperlukan. Apabila pengendalian umumnya efektif, maka auditor bisa dengan mudah mengidentifikasi kapan perubahan perangkat lunak tersebut dilakukan. Akan tetapi, apabila pengendalian umum di suatu perusahaan sangat lemah, maka sulit untuk mengidentifikasi perubahan perangkat lunak dan pelaksanaan pengujian pengendalian aplikasi selama audit tahun berjalan harus dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya oleh auditor.

4)      Memahami Pengendalian Umum

kien Auditor biasanya akan memperoleh informasi yang berkenaan dengan pengendalian umum dan aplikasi melalui beberapa cara berikut ini :

·         Wawancara dengan para personil TI dan pemakai utama

·         Melakukan pemeriksaan terhadap dokumentasi sistem seperti bagan arus, permintaan perubahan program, manual pemakaian dan hasil pengujian

·         Mengreview kuesioner terinci yang disiapkan oleh staf TI

 

            Dalam sebagian besar kasus yang dijumpai, auditor harus menggunakan beberapa pendekatan tersebut karena tiap-tiap pendekatan akan memberikan informasi yang berbeda pula, seperti wawancara dengan CEO dan para analisis sistem akan memberikan informasi yang bermanfaat mengenai pengoperasian fungsi TI secara keseluruhan, cakupan perkembangan suatu perangkat lunak dan perubahan perangkat keras yang dilaksanakan pada perangkat lunak aplikasi akuntansi, serta tinjauan umum atas suatu perubahan yang direncanakan. Review atas permohonan perubahan program dan hasil pengujian sistem sangatlah berguna dalam melakukan identifikasi perubahan program perangkat lunak aplikasi. Kuesioner akan menolong auditor dalam melakukan identifikasi pengendalian internal yang khusus.

 

E.     ISU YANG BERKEMBANG ATAS LINGKINGAN TEKNOLOGI INFORMASI YANG  BEBEDA

            Meskipun seluruh organisasi membutuhkan pengendalian umum yang baik tanpa harus memperhatikan struktur fungsi TI itu sendiri, namun terdapat beberapa masalah pengendalian umum yang bervariasi tergantung pada lingkungan IT.

Ø  Masalah pada lingkungan jaringan

     Dalam lingkungan jaringan, berbagai perangkat lunak aplikasi dan file data yang digunakan untuk pemprosesan transaksi berada di beberapa komputer yang saling terhubung satu sama lainnya. Akses pada aplikasi dari workstation atau mikrokomputer diatur oleh perangkat lunak server jaringan. Perusahaan kecil bisa memiliki beberapa server komputer yang saling terhubung di suatu jaringan, sedangkan perusahaan besar bahkan bisa memiliki ratusan server di berbagai lokasi yang terhubung satu sama lain.

     Lingkungan jaringan akan menimbulkan berbagai masalah pengendalian yang mesti dipertimbangkan auditor dalam merencanakan suatu audit. Contohnya,  auditor kerap kali meningkatkan resiko pengendalian jika perusahaan memiliki jaringan yang mencakup banyak server yang terletak di seluruh bagian organisasi, karena operasi jaringan yang terdesentralisasi hampir selalu tidak ada pengamanan dan pengawasan manajemen pada berbagai server yang terhubung itu.

     Ketika klien memiliki aplikasi akuntansi yang diproses pada lingkungan jaringan maka auditor mesti mempelajari konfigurasi jaringan tersebut termasuk perangkat lunak jaringan yang digunakan dalam mengelola sistem, lokasi server komputer dan workstation yang saling terhubung, pengendalian terhadap akses dan perubahan program aplikasi serta file data yang terdapat apda server. Pengetahuan akan hal itu bisa berdampak bagi penilaian resiko pengendalian auditor dalam merencanakan audit laporan keuangan dan dalam menguji pengendalian pada audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Ø  Masalah Pada Sistem Manajemen Database

            Klien menerapkan sistem manajemen database gunanya untuk meningkatkan pengendalian atas data, mengurangi kelebihan data, dan menyediakan informasi yang lebih baik bagi pengambilan keputusan dengan cara mengintegrasikan informasi pada seluruh fungsi dan departemen.

            Pengendalian selalu meningkat jika data tersentralisasi di dalam sistem manajemen database dengan meniadakan file data duplikat. Akan tetapi, sistem manajemen database juga bisa menimbulkan berbagai resiko pengendalian internal. Resiko tersebut akan meningkat jika semakin banyak pegguna termasuk setiap individu yang diluar bagian akuntansi yang bisa mengakses dan memperbarui file data. Untuk mengatasi resiko file yang tidak akurat, tidak diotorisasi, dan tidak sempurna, perusahaan harus menerapkan suatu administrasi database dan pengendalian akses yang tepat. Jika data tersentralisasi pada satu sistem tunggal maka perusahaan juga mesti memastikan backup data yang tepat secara teratur.

            Seorang auditor klien yang menggunakan sistem manajemen database harus mengerti organisasi, perencanaan, kebijakan dan prosedur klien guna untuk menentukan seberapa baik sistem itu dikelola. Pemahaman akan hal itu bisa mempengaruhi penilaian auditor terhadap resiko pengendalian dan opini auditor mengenai keefektifan pelaksanaan suatu pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Ø  Masalah Pada Sistem E-Commerce

            Perusahaan yang menggunakan sistem e-commerce untuk melaksanakan berbagai transaksi bisnis secara elektronis akan menghubungkan sistem akuntansi internal perusahaan dengan pihak eksternal seperti pemasok dan pelanggan. Sehingga, resiko yang dihadapi perusahaan sebagian bergantung pada seberapa baik rekan e-commerce-nya mengidentifikasi dan mengelola resiko yang ada di dalam sistem IT itu sendiri.

            Penggunaan sistem e-commerce juga akan membuat data perusahaan menjadi sensitif dan program serta perangkat keras menjadi lebih terbuka oleh kemungkinan campur tangan atau sabotase dari pihak luar sehingga ini mendorong perusahaan untuk menggunakan firewall, tanda tangan digital dan teknik enkripsi dalam membatasi keterbukaan tersebut.


BAB III

PENUTUP

 

A.    KESIMPULAN

            Beberapa perubahan dalam pengendalian internal yang disebabkan oleh integrasi IT ke dalam sistem akuntansi.Pengendalian komputer menggantikan pengendalian manual. Keunggulan yang paling tampak dalam IT adalah kemampuannya untuk menangani transaksi bisnis yang kompleks dalam jumlah yang besar dengan efisien.Menyediakan informasi dengan kualitas yang lebih tinggi. Aktivitas-aktivitas IT yang kompleks biasanya diatur secara efektif karena komleksitas mengharuskan adanya pengaturan, prosedur dan dokumentasi yang efektif.

            Risiko khusus pada sistem IT meliputi: Risiko pada perangkat keras dan data, Jejak audit yang berkurang, dan Kebutuhan akan pengalaman IT dan pemisahan tugas IT. Pengendalian umum diterapkan pada semua aspek dalam fungsi IT, termasuk pengaturan IT, pemisahan tugas-tugas IT, pengembang sistem, pengamanan fisik dan online terhadap akses pada perangkat lunak, perangkat keras dan data terkait, rencana cadangan dan kontijensi jika terjadi kondisi darurat yang tidak diperkirakan sebelumnya; dan pengendalian perangkat keras. Auditor mengevaluasi pengendalian umum untuk peusahaan secara keseluruhan.

Pengendalian aplikasi di terapkan untuk memproses transaksi-transaksi, seperti pengendalian terhadap pemrosesan penjualan atau penerimaan kas.   Auditor haus mengevaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelompok transaksi atau akun dimana auditor merencanakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendaian karena pengendalian TI akan berbeda disetiap kelompok transaksi dan akun . pengendalian aplikasi hanya dapat menjadi efektif jika pengendalian umumnya efektif.

            Meningkatnya penggunaan jaringan yang menghubungkan peralatan seperti komputer mikro, komputer mini, mainframe, workstation, serve dan mesin cetak telah mengubah TI untuk banyak aktivitas usaha. local area network (LAN) menghubungkan peralatan-peralatan dalam satu atau beberapa gedung yang lokasinya berdekatan dan hanya di gunakan dalam sebuah perusahaan.. Wide Area Network (WAN) menghubungkan peralatan-peralatan dalam wilayah geografis yang lebih luas, termasuk operasi global.

            Banyak klien yang mensubkontrakkan beberapa atau semua kebutuhan IT -nya kepada pusat layanan komputer independen, termasuk penyediaan layanan aplikasi (apalication service provider-ASP), di bandingkan dengan pusat IT internal.perusahaan-perusahaan yang lebih kecil sering mensubkontrakkan fungsi penggajian relatif sama di satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, dan banyak penyedia jasa penggajian yang andal yang tersedia. seperti halnya semua keputusan pesubkontrakkan, perusahaan memutuskan apakah akan mesubkontrkkan fungsi TI dengan alasan efisiensi biaya.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agoes, Sukrisno, 2004, Auditing Pemeriksaan Akuntan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Arens, 2001, The impact of information technology on the audit process : an assessment of the state of the art and implications for the future. Managerial Auditng Journal.

Heri, 2013, Auditing Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi, Jakarta: Kencana.

http://akuntansi-teori-praktek.blogspot.co.id/2014/07/fraud-auditing.html

(19 september 2015)



[1] Agoes, Sukrisno, Auditing Pemeriksaan Akuntan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), Hlm. 259

[2] Heri, Auditing Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2013), Hlm.101

 

[5] Auditing Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi, Op.Cit., hlm.102

[6] ,Auditing Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi, Op.Cit., hlm.93

[7] Arens, The impact of information technology on the audit process : an assessment of the state of the art and implications for the future. Managerial Auditng Journal, (2001), hlm.160

Tidak ada komentar:

Posting Komentar