Selasa, 04 Januari 2022

MAKALAHKEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER SEBAGAI PRODUK POLITIK

 


A.        Peran Sistem Ekonomi Dalam Politik

Jika kita berbicara peran, maka kita berbicara apa yang bisa dilakukan, atau seberapa besar sistem ekonomi mempengaruhi kemajuan suatu wilayah ataupun negara. Sistem pada dasarnya merupakan suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subjek dan perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Dengan demikian, sistem ekonomi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Pelaksanaan suatu sistem ekonomi di suatu negara salah satunya didasari oleh kepentingan politik yang berlaku di negara tersebut. Untuk melihat peran sistem ekonomi dalam politik, kita perlu mengetahui terlebih dahulu beberapa macam sistem ekonomi dunia, sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia, keadaan politik di Indonesia, dan isu terbaru ekonomi politik di Indonesia.

1.        Sistem Ekonomi Dunia

Sistem perekonomian di berbagai negara dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa macam, dan berikut adalah beberapa sistem ekonomi yang ada di dunia:

a)      Sistem Ekonomi Kapitalis/Liberal/Pasar

Sistem ekonomi kapitalis disebut juga sistem ekonomi liberal dan pasar bebas merupakan sistem ekonomi yang memberikan kebebasan sepenuhnya dalam segala bidang perekonomian kepada masing-masing individu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Setiap unit pelaku kegiatan ekonomi diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memberikan keuntungan kepada dirinya, dengan demikian setiap orang akan bebas bersaing dengan orang lain dalam bidang ekonomi. Dalam sistem ekonomi  kapitalis ini pemerintah sama sekali tidak ikut campur tangan dan tidak pula berusaha memengaruhi kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Seluruh sumber daya yang tersedia dimiliki dan dikuasai oleh anggota-anggota masyarakat dan mereka mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan bagaimana sumber-sumber daya tersebut akan digunakan.

b)    Sistem Ekonomi Sosialisme/Komunisme/Etatisme

Dalam sistem Ekonomi Sosialisme ini sumber daya ekonomi yang ada di klaim milik negara. Sistem ini lebih menekankan pada kebersamaan. Kompetisi individu atau badan-badan usaha dalam memperoleh keuntungan diatur oleh negara.

c)    Sistem Ekonomi Komando (Terpusat)

Sistem ekonomi komando ini sering digunakan untuk menggambarkan sistem ekonomi mengenai barang-barang yang dimiliki secara bersama-sama dan didistribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan anggota masyarakat. Dengan kata lain, sistem ekonomi komando adalah suatu sistem perekonomian pemerintah yang berperan sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian.

d)   Sistem Ekonomi Syariah

Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, sosialis, maupun komando. Perekonomian dalam syariah harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan, dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

e)    Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran merupakan perpaduan antara sistem ekonomi kapitalis dan sisoalis. Dalam sistem ekonomi campuran ini pemerintah ikut campur tangan dalam mengatur kegiatan perekonomian, tetapi tidak terlalu dominan. Keberadaan pihak swasta diakui sebagai mitra pemerintah dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Persaingan dan usaha diperbolehkan, tetapi melalui pengawasan pemerintah dan tidak merugikan masyarakat.

2.        Sistem Ekonomi Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negera berkembang yang menganut sistem ekonomi campuran. Sistem ekonomi tersebut timbul akibat dari kegagalan sistem ekonomi pasar yang terlalu ketat, demikian juga dengan sistem ekonomi terencana yang tidak mampu menghilangkan kelas-kelas dalam masyarakat sehingga muncullah sistem ekonomi campuran.

Dalam sistem ekonomi campuran, persoalan seputar perekonomian yang timbul sebagian dapat dipecahkan melalui mekanisme pasar dan sebagian lagi dapat dipecahkan melalui perencanaan pemerintah pusat. Kemudian sistem perekonomian Indonesia mengarah pada suatu bentuk sistem baru yang disebut sistem ekonomi pancasila sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup dari negara kita.

Mengenai sistem perekonomian Indonesia saat ini dengan adanya kenyataan-kenyataan seperti banyaknya pengangguran, kaum pemodal semakin berkuasa, yang miskin semakin miskin, eksploitasi besar-besaran sumber daya alam, bahkan negara kita juga dihadapkan pada kesenjangan sosial. Bila kita telaah kembali lebih dalam, ternyata sistem perekonomian Indonesia saat ini hampir mirip dengan sistem perekonomian kapitalis.

Dapat kita lihat suatu kenyataandi Indonesia, dapat dihitung dengan jari jumlah para konglomerat yang menguasai perekonomian, hanya segelintir orang yang menguasai perekonomian di Indonesia. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuensi kita menganut sistem ekonomi kapitalis, walaupun pemerintah tidak secara terang-terangan menyatakannya. Namun pada praktiknya dapat terlihat jelas sistem ekonomi liberal atau kapitalis inilah yang sebenarnya dijalankan di Indonesia.

Maka dari kenyataan itu, sudah saatnya para ekonom kita mencoba mendaur ulang sistem ekonomi yang akan dijalankan di Indonesia dimasa yang akan datang. Agar rakyat Indonesia ditempatkan sebagai rakyat yang berhak merasakan kesejahteraan dengan nyata. Saatnya kita untuk menganut sistem ekonomi yang mandiri yang berkeadilan sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia.[1]

3.        Pengaruh Politik dalam Ekonomi

Sistem ekonomi harus dapat memberikan kepastian hukum terhadap pelaku ekonomi suatu negara. Kegiatan ekonomi bisa berjalan dengan lancar jika didukung faktor kestabilan keamanan nasional menuju kepada kedaulatan ekonomi. Kebijakan politik yang merupakan pengaturan terhadap kekuasaan dan kewenangan di berbagai lembaga negara dan berbagai bidang termasuk kegiatan ekonomi harus dapat menumbuhkembangkan perekonomian secara menyeluruh sehingga negara tersebut menuju ke kemandirian ekonomi.

Penguasaan dan pengaturan pengelolaan terhadap sumber daya alam maupun pengaturan sumber daya manusia harus dapat memberikan manfaat peningkatan perekonomian secara merata. Pengaruh globalisasi yang dapat mengganggu kedaulatan ekonomi harus mendapat dukungan penuh dalam bentuk kebijakan-kebihakan politik maupun ekonomi. Oleh karena itu politik dan ekonomi merupakan dua mata uang yang tak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan negara.

Negara-negara yang memiliki pengaruh politik yang kuat di dunia tumbuh menjadi negara yang 'merdeka' secara ekonomi menuju negara yang maju. Sebagai contoh seperti Amerika yang kuat secara politik luar negerinya. Kemudian China yang tumbuh menjadi raksasa ekonomi di Asia bahkan di dunia. Jadi kestabilan politik memegang peranan penting bagi kestabilan kegiatan ekonomi dan kebijakan politik yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang positif mutlak diperlukan bagi Indonesia sebagai negara yang semakin berkembang.

4.        Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak[2].

Kebijakan fiskal sering disebut juga sebagai kebijakan anggaran, karena mengakibatkan perubahan angka-angka yang ada dalam APBN. Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi:

a)      Kebijakan Anggaran Seimbang

Kebijakan ini merupakan kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar dengan penerimaan. Hal ini berarti bahwa jumlah pengeluaran yang disusun tidak boleh melebihi jumlah penerimaan yang didapat. Dengan demikian, negara tidak perlu berutang, baik dari dalam maupun luar negeri. Anggaran ini tidak tepat digunakan dalam masa depresi (kelesuan ekonomi), karena bisa memperburuk keadaan ekonomi. Pada masa depresi, penerimaan negara sangat rendah sehingga perlu mendapat pinjaman untuk memperbaiki perekonomian. Oleh sebab itu, negara tidak bisa melakukan kebijakan anggaran seimbang. Adapun kebijakan anggaran yang tepat digunakan pada masa depresi adalah kebijakan anggaran defisit.

b)      Kebijakan Anggaran Surplus

Merupakan kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran lebih kecil daripada penerimaan. Kebijakan ini pada umumnya dilakukan pemerintah untuk mencegah inflasi (kenaikan harga akibat terlalu banyak jumlah uang yang beredar). Kebijakan anggaran surplus dilakukan dengan cara menyusun pengeluaran lebih kecil dari penerimaan. Dengan memperkecil jumlah pengeluaran (belanja), diharapkan jumlah permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat. Jika permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat, maka harga barang dan jasa juga tidak akan naik, ini berarti inflasi bisa dicegah.

c)      Kebijakan Anggaran Deficit

Kebijakan anggaran ini menyusun jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Kebijakan anggaran ini biasa digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena pengeluaran lebih besar daripada penerimaan, maka negara mengalami defisit (kekurangan) anggaran. Pada umumnya, kebijakan anggaran defisit ditempuh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ibaratnya, seorang pengusaha yang kekurangan modal untuk memajukan usaha dan ekonominya, berutang pada pihak lain untuk memperoleh tambahan modal sehingga dapat memajukan usaha dan ekonominya. Asalkan bekerja dan berusaha dengan jujur, tidak boros, tidak dikorupsi oleh para pegawai, tentu usahanya itu bisa maju. Demikian halnya dengan Indonesia, walaupun negara melakukan kebijakan anggaran defisit, asalkan tidak dikorupsi, Indonesia pasti mampu memajukan perekonomiannya.

d)     Kebijakan Anggaran Dinamis

Kebijakan ini merupakan kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis). Anggaran yang dinamis diperlukan karena semakin hari semakin banyak kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan yang harus dibiayai negara, yang membutuhkan dana lebih besar.

5.        Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian terhadap banyaknya jumlah uang yang beredar untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kegiatan perekonomian yang dimaksud adalah kestabilan perekonomian makro yang tercermin dalam kestabilan harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan out put riil (pertumbuhan ekonomi) serta cukup luasnya kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang dimaksud di atas adalah bagian integral dari kebijakan ekonomi makro yang pada umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan siklus ekonomi, sifat perekonomian suatu negara (terbuka atau tertutup) serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya[3].

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain:

a)      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

b)      Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

c)      Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

d)     Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian[4].

Kebijakan moneter mempunyai peranan dalam mengatur perekonomian di Indonesia, diantaranya:

a)      Mempertahankan Iklim Investasi

Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan investasi atau usaha baru.

b)      Memperluas Kesempatan Kerja

Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.

c)      Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi

Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

d)     Memperbaiki Kondisi Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-barang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).

e)      Menjaga Kestabilan Nilai Kurs Mata Uang

Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.

f)       Menjaga Kestabilan Harga Barang dan Jasa

Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi.

g)      Menurunkan Laju Inflasi

Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari bank-bank umum[5].

6.      Hubungan Kebijakan Fiskal dan Moneter

Kebijakan fiskal dan moneter berkaitan erat dengan perekonomian empat sektor, dimana sektor-sektor tersebut yaitu:

a)      Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan individu yg dianggap homogen & identik.

b)      Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang memproduksi brg & jasa.

c)      Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik untuk mengatur kegiatan masyarakat & perusahaan.

d)     Sektor Luar Negeri ( Foreign Sector), yaitu sektor perekonomian dunia, dimana perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor[6].

Mekanisme Perekonomian Empat Sektor

Description: https://silmiikaffah.files.wordpress.com/2012/11/ekonomi-4-sektor.png?w=450&h=398

7.      Isu Terbaru Ekonomi Politik di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar