BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Froud
( kecurangan ) secara singkat merupakan
suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta yang material yang
menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. The
Institute Of Internal di amerika medefinisikan kecurangan mencangkup suatu
kesatuan ketidak beresan
dan tindakan elegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan
untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang diluar atau didalam
organisasi. White Collar Crime telah
didefinisikan sebagai tindakan kesalahan atau suatu tindakan yang dilakukan
dengan alat non fisik atau dengan penyembunyiian atau akal tipu muslihat untuk
mendapatkan uang atau harta dan untuk mendapatkan keuntungan bisnis pribadi.
Istilah
kecurangan digunakan dalam pengertian luas yang diterima umum. Ia terdiri dari manipulasi pelanggaran
karena jabatan, penyembunyian pajak, kelalaian, pencurian, penggelapan, dan
setiap kelakuan buruk yang dilakukan seseorang individu yang dapat
mengakibatkan suatu kerugian keuangan terhadap suatu organisasi. Bahwa
terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi adalah suatu krisis yang
menghasilkan stress. Manajer dan orang lain yang sadar akan kecurangan biasanya
beraksi. Reaksi ini dan krisis sendiri kadang-kadang dapat mengakibatkan
orang-orang bisnis yang cerdik dapat mengambil keputusan dan pandai berbicara
menjadi kehilangan kendali, atau jatuh karena kecurangan yang dilakukan.
Karena
kecurangan adalah kejadian yang tidak biasa. Suatu froud audit cenderung akan
lebih detai dalam pelaksanaanya, karena harus mengungkapkan apa yang telah
disengaja disembunyikan. Tentunya, suatu pendekatan froud audit tidak akan
efektif dari segi biaya untuk suatu penugasan khusus karena beberapa hal
tergantung pada kepercayaan terhadap pengendalian dan system informasi
manajemen yang biasanya terjamin, kemampuan untuk mengenal dimana diperlukan froud
audit.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Dari Auddit Froud (
kecurangan ) ?
2.
Apa tanda-tanda adanya kecurangan ?
3.
Apa Tujuan Froud Audit ?
C.
Tujuan
1.
Untuk Memahami Definisi Audit Froud (
kecurangan )
2.
Untuk mengetahui tanda-tanda kecurangan
3.
Untuk mengetahui tujuan froud audit
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Froud ( Kecurangan )
Froud
( kecurangan ) secara singkat merupakan suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian
fakta yang material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. The Institute Of Internal di amerika
medefinisikan kecurangan mencangkup suatu kesatuan ketidakberesan dan tindakan
elegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan untuk
manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang diluar atau didalam organisasi.
White Collar Crime telah
didefinisikan sebagai tindakan kesalahan atau suatu tindakan yang dilakukan
dengan alat non fisik atau dengan penyembunyiian atau akal tipu muslihat untuk
mendapatkan uang atau harta dan untuk mendapatkan keuntungan bisnis pribadi.
Akan
tetapi , banyak bentuk ketidakbenaran yang dilakukan karyawan dan menejer
adalah bukan kejahatan yang banyak dilakukan orang dan dikategorikan sebagai
white collar workors. Penggelapan (embezzlement)
adalah konversi yang tidak menuru hokum sesuatu harta untuk penggunaaan
pribadi. Ini termasuk kejahatan dalam arti sempit, ia tidak termasuk seperti
penyogokan, pencurian, kecurangan terhadap pemerintah mendapatkan harta secara mengancam dengan
kekerasan.Michael I.Comer dalam bukunya “Corporate
Fraud” mendefinisikan kecurangan sebagai berikut :“The Coming Crisis in Accounting” berpendapat kecurangan mempunyai
banyak definisi, adalah suatu kejahatan (crime).[1]
B.
Unsur
Unsur Kecurangan
Suatu
kecurangan terdiri atas tujuh unsur yang penting Apabila tidak terdapat dari
salah satu ketujuh unsur tersebut , maka tidak ada kecurangan yang dilakukan. Unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Harus terdapat penyajian yang keliru (mispresentation)
2.
Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
3.
Faktanya material (material fact)
4.
Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan
(make knowingly orrecklessly)
5.
Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi
6.
Pihak yang terluka harus beraksi
terhadap kekeliruan penyajian(mispresentation)
7.
Mengakibatkan kerugian (detriment)
Istilah
kecurangan digunakan dalam pengertian luas yang diterima umum. Ia terdiri dari manipulasi
pelanggaran karena jabatan , penyembunyian pajak , kelalaian , pencurian ,
penggelapan , dan setiap kelakuan buruk yang dilakukan seseorang individu yang
dapat mengakibatkan suatu kerugian keuangan terhadap suatu organisasi.[2]
C.
Sikap
Terhadap Kecurangan Korporasi (Corporate
Froud )
Pengalaman
menunjukan bahwa manajemen gagal untuk menjalankan pengawasan karna satu dari
beberapa alasan :
1.
Manajemen tidak mengerti resiko
Memang
benar manajer yan baik adalah manajer yang berani mengambil resiko.Mereka
mengambil resiko dalam setiap aspek usaha.Akan tetapi mereka kurang mengetahui
konsekuensi buruk dari resiko kecurangan yang terjadi. Kebutuhan pengawasan
sering ditentukan terhadap penawaran subjektif, yang percaya bahwa kebanyakan
orang jujur, tanpa penentuan apa adanya resiko dalam organisasi.
2.
Kecurangan tidak akan terjadi pada kami
Pada
umumnya organisasi yang percaya kecurangan tidak terjadi pada mereka adalah
tidak sadar resiko.Karena itu, pengawasan mereka tidak memadai, yang dapat
dengan cepat diketahui dan eksploitasi oleh criminal.
3.
Kami tidak dapat menanggung biaya
pengawasan
Biaya
keamanan terdiri dari dua elemen yaitu biaya kerugian dan pengawasan.Uang tidak
dapat dihemat dengan adanya biaya keamanan.Namun kenyatanya sebaliknya, justru
perusahaan akan kehilangan sejumlah % dari penjualan karena adanya kecurangan.
4.
Manajemen tidak mempunyai keyakinan
terhadap pengawasan
Lebih
mudah mendesain pengawasan yang baik dari pada pengawasan yang baik.Sering
keamanan diabaikan karena rekomendasi pengawasan kurang kredibilitas.
5.
Keamanan adalah moral karyawan yang
jelek
Sering
masalah keamanan dan personalia bertentangan.Manajer keamanan melakukan
pemecatan karyawan segera apabila karyawan dicurigai tidak jujur.
6.
Audit kami akan menemukan kecurangan
Kebanyakan
auditor tidak akan setuju dengan opini ini. Akuntan eksternal tidak diharapkan
untuk mengungkapkan ketidak jujuran dan dalam kenyataanya akan selalu membuat
fakta ini secara jelas dalam surat penugasan dan laporan.[3]
D.
Bentuk
– Bentuk Kecurangan
Tergantung
pada siapa pelakunya, kecurangan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar
, Yaitu :
1.
Kecurangan Yang Merugikan Perusahaan .
2.
Kecurangan Yang Menguntungkan Perusahaan
Dalam
kategori pertama , perusahaan merupakan korban kecuragan yang biasanya dilakukan
oleh karyawan jenjang menengah kebawah. Misalnya pencurian harta kekayaan perusahaan.Untuk
kecurangan kategori kedua biasanya dilakukan
oleh karyawan jenjang atas, kecurangan ini dilakukan untuk mengelabui pemegam saham,
kreditur maupun fiskus. Bentuk kecurangan dalam kategori ini misalnya praktek
pencatatan penjualan, laba dan aktiva yang lebih besar mencatat biaya-biaya yang lebih kecil dan
tidak mencatat return penjualan dan lain - lain. Selain itu, kecurangan
dilakukan melalui permainan timbangan dan mencampur bahan yang lebih murah,
yang merugikan pembeli.Kecurangan yang dilakukan untuk mengelabui fiskus
misanya dalam bentuk Underinvoicing
dan memperbesar biaya-biaya yang dapat diperhitungkan untuk keuangan fiskal.
Dari
Sudut Pemeriksaan Akutansi (Auditing),
Kesalahan Dan Kecurangan Dapat Dibagi:
1.
Ommission : Tidak Membukukan
2.
Commission : Salah Membukukan
3.
Pricipales : Menyimpang Dari Prinsip Akutansi Yang Diterima Umum.[4]
E.
Jenis-Jenis
Kecurangan Dalam Lingkungan Akuntansi
Dalam suatu
organisasi usaha, kecurangan dapat dilakukan untuk atau terhadap suatu
perusahaan. Jenis kecurangan ini terdiri dari:
1.
Kecurangan korporasi (corporate fraud)
Kecurangan
korporasi atau kejahatan ekonomi biasanya dilakukan oleh pejabat, eksekutif,
dan atau manajer pusat laba dan perusahaan public untuk memuaskan kebutuhan
ekonomis jangka pendek mereka.
2.
Kecurangan pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting)
Jenis kecurangan ini
dapat dicontohkan seperti:
a.
Memanipulasi, memalsukan atau mengubah
catatan atau dokumen
b.
Menyembunyikan atau menghilangkan
pengaruh transaksi yang lengkap dari catatan atau dokumen
c.
Mencatat transaksi tanpa substansi
d.
Salah menerapkan kebijakan akutansi
e.
Gagal mengungkapkan informasi yang
signifikan.
3.
Kecurangan Karyawan (employee froud)
Kecurangan karyawan biasanya melibatkan
perpindahan aktiva dari pemberi kerja.Kadang-kadang merupakan suatu tindakan
langsung dari pencurian atau manipulasi. Kadang-kadang penipuan dalam bentuk
pembayaran kembali yang tidak muncul sebagai biaya langsung dalam perusahaan,
akan tetapi dalam kenyataanya merupakan pembiayaan lebih (overpayment ) untuk item yang dibeli.
Banyak karyawan prosfektif memalsukan
atau mengarang latar pendidikan mereka dan pengalaman sebelumnya, dan tidak
memberi laporan yang akurat dan catatan kriminal mereka beberapa karyawan direkrut untuk tingkat
pekerjaan yang rendah, yang tidak memerlukan suatu penyelidikan yang intesif
dari aplikasi mereka. Kemajuan karyawan selama diperusahaan didasarkan pada inisiatif
individu, kemampuan dan keberuntungan.
Oleh sebab itu, perusahaan kadang-kadang
mendapatkan suatu kejutan yang mengguncangkan karena menemukanbahwa seorang
exsexutive yang bertanggung jawab mempunyai suatu latar belakang yang
seharusnya dicegah untuk direkrut setelah fakta diketahui.Beberapa tindakan
kecurangan tidak segera merupakan bukti dalam penurunan laba, seperti apabila
kekayaan dicuri. Pencurian kekayaan mungkin mempunyai efek sampingan apabila ia
mengakibatkan suatu penurunan dari depresiasi yang dihapuskan, bagaiana pun
perkiraan aktiva akan berkurang.
Terdapat tanda yang bervariasi yang
menunjukan bahwa kecurangan mungkin terjadi dalam suatu perusahaan beberapa
gejala peringatan sebagai berikut:
a.
Laba yang dilaporkan tidak meningkat
sesuai dengan harapan
b.
penyimpangan dalam barang jadi, bahan
baku atau suplai
c.
Peningkatan jumlah biaya oprasi yang
tidak dapat dijelaskan
d.
Peningkatan yang tidak dapat dijelaskan
dalam biaya bahan, suplai upah
e.
Laporan tanpa nama dari transaksi yang
diragukan atau dipertanyakan.
4.
Kecurangan Manajemen ( Management Froud )
Kecuranagan manajemen memerlukan
pertimbangan merupakan suatu bentuk kecurangan yang mempunyai arti lebih sempit
dari penggelapan, kecurangan dan pencurian.Penipuan oleh manajer yang merupakan
orang yang dalam posisi kekuasaan dan kepercayaan sering dibicarakan.Pengaruh
akibat yang ditimbulkan kecurangan manajemen adalah kegoncangan (staggering), baik dalam biaya rupiah
maupun pengaruh dalam pengorbanan.Karena jumlah jumlah yang sangat besar
terlibat dan akibat malapetaka yang potensial dari kecurangan dan kesalahan
yang berhubungan internal auditor diharapkan untuk menyoroti aktifitas yang
jelek ini dalam pengawasan audit.
Unsur-unsur kecurangan atau penipuan
antara lain :
a.
Suatu refrentasi palsu dari fakta
material, atau dalam kasus tertentu suatu pendapat
b.
Keinginan melakukan suatu tindakan yang
salah atau untuk mencapai suatu tujuan yang tidak konsisten dengan peraturan
atau kebijakan publik.
c.
Menyamar suatu tujuan melalui pemalsuan
dan kesalahan reprentasi untuk melaksanakan suatu rencana.
d.
Penyembunyian dari kejahatan.
Dimana kecurangan berlangsung,
kecurangan ini dapat ditemukan dimana saja kesempatan terletak luas diposisi
keuangan yang dipunyai manajer dalam organisasi. Penipuan dapat
berkesenimbungan untuk bertahun-tahun dan akan berjalan terus apabila tidak ada
pengawasan yang dilakukan secara keseluruhan. Padasaat ini akhirnya muncul
kepermukaan pada waktu kecurigaan menggerakan penyelidikan, kehajatan telah
terjadi.Kecurigaan yang ditinggalkan tidak terhitung.
Beberapa alasan yang melatar belakangi
kecurangan manajemen :
a.
Exsekutif kadang-kadang menggambil
langkah-langkah yang gegabah atau terburu-buru yang mereka tidak dapat mundur
b.
Pusat laba dapat mendistorsi fakta untuk
mempertahankan disvesment.
c.
Manajer yang tidak kompeten mungkin
menipu untuk mempertahankan diri.
d.
Performa mungkin mendistorsi untuk
menjamin bonus yang lebih besar.
e.
Kebutuhan untuk berhasil dapat
mengakibatkan manajer melakukan penipuan.
f.
Manajer yang tidak memindahkan moral (
unscruplulous ) mungkin membantu kepentingan yang bertentangan.
g.
Laba mungkin ditingkatkan untuk
mendapatkan keuntungan dipasar.
h.
Orang yang mengawasi baik aktiva maupun
catatannya adalah sdalam posisi yang sempurna untuk memalsukan catatan.[5]
F.
Kecurangan
Dan Pengendalin Intern
Terdapat banyak
cara melakukan suatu kecurangan dari pada memperlengkapi untuk mencegahnya
suatu kumpulan pengendalian intern yang baik melindungi suatu organisasi
terhadap kecurangan dan memungkinkan deteksi lebih dini pelanggaran prosedur
atau suatu ketidak beresan dalam keuangan yang mungkin menunjukan suatu
kecurangan. Dengan mengenal suatu tujuan pengendalian auditor dapat menilai
apakah eliminasi suatu pengendalian yang perlu akan megendalikan suatu risiko
dan apabila ada risiko, diarea oprasi yang mana. Eliminasi suatu pengendalian
yang penting merupakan suatu oenyebab bagi seseprang untuk melakukan
kecuragan.Akan tetapi, apabila pengendalian tidak pernah ada, maka mungkin
tidak ada orang yang mendapatkan manfaat dari kehilafan.Dari pengendalian intern
pokok harus dipandang dengan rasa kecurigaan oleh seorang internal auditor.
Pencegahan
kecurangan,Kecurangan dapat dicegah oleh manajemen dengan memperhatikan
pengendalian intern atau(internal control
) yang baik sebagai berikut :
1.
Memberikan insentif atau benefit yang
cukup memadai.
2.
Penyederhanaan struktur organisasi.
3.
Adanya internal cek.
4.
Supervise dan pengawasan yang cukup.
5.
Evaluasi dari kewajran transaksi
hubungan istimewa.
6.
Adanya rotasi pegawai.
7.
Diwajibkan setiap pegawai untuk
menggunakan hak cutinya dan selama itu pekerjaanya dikerjakan oleh orang lain.
8.
Tindakan yang tegas atau berat bagi
setiap pelaku kecurangan.
9.
Adanya pelaksanaan yang komponen ( ahli
dalam bidangnya ) dan dapat dipercaya dengan garis dan kewajiban yang jelas.
10.
Tersediamya catatan atau dokumen-dokumen
yang memadai.
11.
Adannya pengawasan secara fisik terhadap
setiap harta serta catatan perusahaan.
12.
Pelaksanaan audit secara independent (
melalui internal atau external auditor ).
13.
Menerapkan kebijakan.
14.
Melakukan asuransi kerugian atau
kehilangan.
Hal
yang perlu disadari majemen adalah walaupun pengendalian intern suatu
perusahaan sudah baik sekali, kemungkinan terjadi kecurangan tetap ada yaitu
apabila terjadi persengkokolan (collution ) antara karyawan, yang dapat
menghancurkan pengendalian intern. [6]
G.
Tanda-Tanda
Adanya kecurangan
Kecuranagan dapat sedini mungkin di
tangani manajemen atau internal auditor apabila manajemen dan internal auditor
jeli melihat tanda-tanda adanya kecuranganantara lain:
1.
Terdapat perbedaan angka laporan
keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya.
2.
Perbedaan antara buku besar dengan buku
tambahan.
3.
Pebedaan yang terungkapkan dari hasil
konfirmasi.
4.
Transaksi yang tidak didukung oleh bukti
yang memadai.
5.
Transaksi yang tidak dicatat sesuai
dengan oterisasi manajemen baik yang khusus maupun yang umum.
6.
Penyelesaian yang tidak lazim menejlang
atau pada tanggal neraca.
7.
Terdapat banyak koreksi-koreksi dalam
pembukuan.
8.
Pencatatan yang sengaja dirumitkan.
9.
Perusahaan dalam kesulitan keuangan (
ada tendensi melakukan berbagai penyimpangan ).
H.
Reaksi
Terhadap Kecurangan
Terdapat
suatu urutan yang jelas mengenai pola tanggapan yang dapat diidentifikasi
terhadap situasi stress sebagai berikut:
1.
Goncangan (shock ) dan penolakan (
denial ).
2.
Kehawatiran ( anxity).
3.
Marah atau merasa bersalah ( anger dan
atau guilt ).
4.
Aksetasi ( acceptance ).
Seperti stess
medis, kecurangan yang dilakukan oleh karyawan dan manajemen adalah suatau
kejadian yang menimbulkan stress untuk setiap orang yang terlibat. Memahami
pola tanggapan demikian adalah sangat penting karena, pengambilan tindakan yang
salah dalam tahap yang manapun akan mengakibatkan kesalahan terhadap karyawan
yang tidak bersalah atau akibat lainnya.Tahap-tahap krisis Penelitian yang
telah menganalisis tahapan dalam tanggapan krisis pada umumnya menyetujui, bahwa apabila krisis tersebut adalah
kecurangan, maka terdapat lima pola tanggapan yaitu :
1.
Penolakan atau penyangkalan atau
pengingkaran ( denial ).
2.
Kemarahan ( anger ).
3.
Menyetujui atau rasionalisasi (
bargaining atau rationalization ).
4.
Depressi ( depretion ).
5.
Aksetasi ( acceptance ).
Bahwa
terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi adalah suatu krisis yang
menghasilkan stress. Manajer dan orang lain yang sadar akan kecurangan biasanya
beraksi. Reaksi ini dan krisis sendiri kadang-kadang dapat mengakibatkan
orang-orang bisnis yang cerdik dapat mengambil keputusan dan pandai berbicara
menjadi kehilangan kendali, atau jatuh karena kecurangan yang dilakukan.
I.
Pendekteksian
Dan Pelaporan Tindakan-Tindakan llegal
Jika
staf internal audit baru saja dilibatkan pendeteksian dan laporan suatu
tindakan illegal, suatu kajian atas pihak yang mungkin terlibat akan sangat
membantu. Asumsikan kasus tersebut telah terjadi dan ditangani dengan sangat memuaskan,
wawancara mungkin menghasilkan suatu kerangka kerja untuk penyusunan prosedur
intern. Kuisioner yang dirancang dengan teliti itu akan membantu dalam
mendeteksi kecurangan. Selain itu, internal auditor harus didorong untuk
membangkitkan rasa ingin tahu atas hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh, ketika
hal tersebut tidak segera menjadi jelas.
J.
Penemuan
Terjadinya Kecurangan
Kecurangan
biasanya ditemui :
1.
Melalui system pengawasan yang
diterapkan misalnya melalui pemeriksa intern.
2.
Kebetulan ( by accident ).
3.
Laporan dari pihak lain. [7]
K.
Pemeriksaan
kecurangan ( fraud auditing)
Pemeriksaan
kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi
dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial Froud audit
termasuk dalam pemeriksaan khusus ( special audit ) yang berbeda dengan
pemeriksaan umum ( general audit ) baik dalam tujuan, jumlah biaya, lama waktu,
ruang lingkup informasi yang diperlukan, pendekatan, program pemeriksaan,
pemilihan tim pemeriksa, dokumentasi kertas kerja dan pembuatan laporan
pemeriksaan. Suatu froud audits mempunyai tujuan sempit yaitu mengungkapkan
keberadaan, ruang lingkup, dan kesalahan pencatatan yang disengaja dan atau
penyalah gunaan aktiva. Karena kecurangan adalah kejadian yang tidak biasa.
Suatu froud audit cenderung akan lebih detai dalam pelaksanaanya, karena harus
mengungkapkan apa yang telah disengaja disembunyikan. Tentunya, suatu
pendekatan froud audit tidak akan efektif dari segi biaya untuk suatu penugasan
khusus karena beberapa hal tergantung pada kepercayaan terhadap pengendalian
dan system informasi manajemen yang biasanya terjami.
Kemampuan untuk mengenal dimana diperlukan
froud audit merupakan suatu keterampilan yang harus dikembangkan auditor.
Istiah “Kecurangan” (froud) menunjukan beberapa jenis tindak penipuan yang
merugikan pihak lain. Penipuan seperti ini membuat kecurangan jauh lebih sulit
diketahui dari pada temuan kesalahan (errors).Dalam kenyataanya, internal
auditor tampaknya lebiuh diharapkan dari pada external auditor. Internal
auditor diharapkan bias mendeteksi kecurangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ø Manajer
memandang bahwa internal audit mempunyai ruang lingkup yang cukup dan mendalam
untuk mendeteksi kecurangan.
Ø Manajer
beranggapan internal auditor lebih mengenal oprasi dan system pengendalian yang
digunakan dari pada external auditor.
Ø
Internal auditor lebih memusatkan
perhatian pada pengadilan.
1.
Apa Yang Harus Dilakukan Froud Auditor
Ø Auditor
harus menentukan standar
Ø Auditor
harus mempunyai pengetahuan tentang kemungkinan kecurangan yang akan terjadi
Ø Auditor
harus mengetahui cara atau prosedur terbaik untuk menyelidiki eksistensi suatu
kabar yang tidak mempunyai bukti
Ø
Auditor
harus memperhatikan motivasi karyawan dan lingkungan kerja tempat karyawan
beroprasi
Ø Auditor
harus memiliki sensitifitas atas kemungkinan kecurangang terutama sekali
terhadap peluang terjadinya kecurangan
Ø Auditor
harus memperoleh bukti yang cukup untuk memastikan apakah benar terjadi
kecurangan.
Untuk mencapi tujuan-tujuannya , seorang froud editor yang
efektif harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
a.
Mengkaji pengendalian intern untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahanya.
b.
Mengindentifikasi potensi kecurangan
berdasarkan kelemahan yang ada pada system pengendalian intern.
c.
Mengindentifikasi hal-hal yang
menimbulkan tanda tanya dan transaksi istimewa.
d.
Membedakan faktor kelemahan dan
kelalaian manusia dari kesalahan yang bersifat kecurangan.
e.
Meneliti dokumen pendukung transaksi
yang menimbulkan tanda tanya.
f.
Mengerti dan menyadari prosedur.
g.
Dapat membuat laporan atas kerugian
karna kecurangan.
2.
Beberapa Aspek Froud Audit
Materialitas kecurngan
yang kualitatif suatu kecurangan tetap dianggap material secara kualitatif ,
tidak menjadi masalah beberapa jumlah uang yang tersangkut, alasan ini adalah :
a.
Kecurangan, menurut sifatnya, dapat
berkembang apabila tidak dicegah.
b.
Eksistensi kecurangan sendiri menunjukan
adanya suatu kelemahan dalam pengendalian.
c.
Kecurangan secara tidak langsung
menyatakan masalah integritas mempunyai konsekuensi yang jauh dari jauhan.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Froud (kecurangan ) secara singkat merupakan suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian
fakta yang material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. Dan bahwa
terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi adalah suau krisis yang
menghasilkan stress. Reaksi ini dan krisisnya sendiri kadang-kadang dapat mengakibatkan orang-orang
bisnis yang cerdik, dapat mengambil keputusan dan pandai berbicara dan menjadi
kehilangan kendali atau jatuh karena kecurangan yang dilakukan.
Dan bahwa
keahlian seorang froud editor, mirip dengan yang memiliki seorang penyidik
criminal/detektif. Keduanya
eksis untuk mencari kebenaran dan bukti pendukungnya. Auditor dalam bidang perlakuan akutansi
yang tepat dan wajar atas transaksi bisnis, sedangkan detektif dalam hal
ketaatan warga Negara pada houkum
atau perundang-undang.
DAFTAR PUSTAKA
Tunggal
Amin Widjaja, 1992, Pemeriksaan
Kecurangan ( Fraud Auditing ), Jakarta: Reneka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar