Selasa, 04 Januari 2022

MAKALAH MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Materialitas dan risiko merupakan hal penting dalam perencanaan audit. Paragraph pertama dalam laporan auditor mengandung dua penyataan penting yang secara langsung berhubungan dengan materialitas dan risiko.

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan.

Sedangkan risiko audit adalah risiko dimana auditor akan menarik kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan denga layak dan oleh karenanya dapat dieluarkan pendapat audit tanpa kualifikasi, di mana dalam kenyataan laporan keuangan tersebut disajikan salah secara material.

Karena itulah penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai pokok pembahasan ini. Namun dalam makalah ini penulis hanya membahas tentang materialitas dan risiko audit.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa itu materialitas dan risiko audit?

2.      Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan materialitas?

3.      Bagaimana bentuk model risiko audit?

C.    Tujuan

1.      Mahasiswa memiliki pengetahuan yang dalam tentang pokok pembahasan materialitas dan risiko audit

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Materialitas

Materialitas adalah suatu nilai informasi akuntansi yang dhilangkan atau salah disajikan yang dalam lingkungan yang berlaku, yang mungkin akan merubah pertimbangan seorang yang bersandar pada informasi  tersebut. [1]

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan ynag melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. [2]

Jadi materialitas adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang memperhitungkan situasinya, yang menyebabkan berubahnya atau terpengaruhnya orang yang yang mengandalkan informasi tersebut.

Tanggunga jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan yang material. Jiika auditor menemukan kesalahan yang material dia akan meminta perhatian klien supaya melakukan tindakan perbaikan. Pendapat dengan kualifikasi atau pendapat tidak wajar akan dikeluarkan auditor tergantung pada sampai sejauh mana materealitas kesalahan penyajian. Karena itu auditor harus memiliki pengetehuan yang lengkap mengenai penerapan meterialitas ini.

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan  jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Auditor tidak dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang telah terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan.

Oleh karena itu, dalam audit dalam laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini:

1.      Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi

2.      Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan

3.      Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat , bahwa dalam laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidakterdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan[3]

Terdapat lima langkah yang saling berhubungan dalam usaha menerapkan materialitas, di,ulai dengan menetapkan pertimbangan awal materialitas, mengalokasikakn pertimbangan awal materialitas kepada segmen audit, mengestimasi total kesalahan dalam segmen, dan membandingkan keseluruhan estimasi dengan pertimbangan awal materialitas yang telah direvisi.

a.       Menetapkan Pertimbangan Awal Materialitas

Pertimbangan awal materialitas adalah jumlah maksimum kesalahan yang menurut auditor dapat terjadi dalam laporan keuangan tetapi tidak sampai memperngaruhi keputusan yang diambil pemakai yang berakal sehat. Alasan perlunya melakukakn pertimbangan awal materialitas adalah untuk membantu auditor merencancanakan pengumpulan bukkti pendukung (evidence) yang memadai. Jiika auditor menentukan jumlah yang kecil dalam dolar, maka bukti pendukung yang diperlukan akan lebih banyak ketimbang bila ia menentukan tingkat materialitas yang tinggi.

Penentuan materialitas ini yang sering disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah, (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit. [4]

Sementara audit berjalan, auditor masi dapat mengubah pertimbangan awal materialitas yang telah ditentukan. Setiap kali hal ini dilakukakan, pertimbangan yang baru dinamakan pertimbangan materialitas yang telah direvisi. Alasan dilakukannya revisi karena berubahnya factor yang telah digunakan dalam menentukan pertimbangan awal materialitas atau auditor yang menyatakan bahwa pertimbangan awal tersebut terlalu besar atau terlalu kecil.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi pertimbangan awal materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu. Diantaranya adalah

a)      Materialitas adalah suatu konsep relative, bukan absolute

kesalahan dalam jumlah tertentu dapat saja material untuk perusahaan kecil.tapi umtuk perusahaan yang lebih besar jumlah tersebut tidak material. Sebagai contoh, total kesalahan sebesar $1 juta akan sangat material. Bagi Hillsburg Hardware Co.. tetapi untuk perusahaan IBM tidak. Jelaslah bahwa tidak mungkin menentukan nilai tertentu sebagai pedoman untuk menetapkan pertimbangan awal materialitas yang berlaku untuk semua klien audit.

b)      Diperlukan dasar-dasar untuk mengevaluasi materialitas

karena materialitas bersifat realitas, diperlukan dasar-dasar  untuk menentukan apakah suatu kesalahan material atau tidak. Laba bersih sebelum pajak. Umumnya merupakan dasar terpenting untuk menetapkan materealitas, karena dianggap sebagai informasi yang krikitis bagi para pemakai laporan. Juga penting untuk mengetahui kewajaran dari kemungkinan dasar-dasar lain seperti aktiva lancar, total aktiva kewajiban lancar dan ekuitas pemilik.

Factor-faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas, walaupun jumlah nilai dolarnya sama, jenis kesalahan tertentu lebih penting dari jenis kesalahan lain bagi pemakai laporan. Berikut ini adalah contoh factor kualitatif yang hendaknya dipertimbangkan dalam menentukan pertimbangan awal materialitas.

(1)   Jumlah-jumlah yang melibatkan kekeliruan (kesalahan disengaja) pada umumnya dianggap lebih penting dari pada kesalahan tidak disengaja walaupun jumlah dolarnya sama, karena kesalahan disengaja menggambarkan kejujuran dan dapat dipercayanya manajemen atau personil lain yang terlibat.

(2)   Kesalahan yang nampaknya kecil dapat menjadi material apabila ada konsekuennsi yang akan ditimbulkannya, misalnya menyebabkan dilanggarnya suatu perjanjian kontarak.

(3)   Kesalahan yang tidak materialitas dapat menjadi material jika hal itu mempengaruhi trend laba. Sebagai contoh jika laba yang telah dilaporkan aetiap tahun selama lima tahun yang lalu menunjukkan kenaikan sebesar 3%, tetapi laba untuk tahun berjalan turun sebesar 1%, perubahan dalam trend tersebut bila menjadi material

Untuk menunjukkan penerapan konsep materialitas diberikan pedoman illustratif.

 

PERTIMBANGAN AWAL MATERIALITAS

MINIMUM

MAKSIMUM

Persentase

Jumlah Dolar

Persentase

Jumlah Dolar

Laba operasi sebelum pajak

5

19.000

10

37.000

Aktiva lancar

5

128.000

10

255.000

Total aktiva

3

92.000

6

184.000

Kewajiban lancar

5

44.000

10

88.000

Bila auditor Hillsburg Hardware menetapkan bahwa pedoman umum tersebut adalah memadai, maka langkah pertama selanjutnya adalah mengevaluasi apakah ada factor kualitatif yang mempengaruhi secara signifikan atau pertimbangan materialitas. Jika teidak ada auditor harus memutuskan bahwa jika totak kesalahan darilaba operasi sebelumpajak lebih kecil dari $19.000, laporan tersebut dianggap telah dinyatakan secara wajar. Jika total kesalahanya melebihi $37.000, laporan tersebut dianggap tidak dinyatakan secara wajar. Jika total kesalahannya berada diantatra $19.000 dan $37.000, seluruh faktanya akan dipertimbangkan lagi dengan lebih teliti. Proses ini kemudian dilakukan kembali oleh auditor terhadap ketiga dasr lainnya.

b.      Mengalokasikan Pertimbangan Awal Materialitas Ke Dalam Segmen Audit (Kesalahan Yang Masih Dapat Ditolerir)

Mengalokasikan pertimbangan awal materialitas ke dalam segmen audit adalah penting karena bukti pendukung yang perlu diakumulasikan adalah persegmen ketimbang secara langsung atas laporan keuangan keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan awal materialitas untuk setiap segmen, hal ini akan membantunya dalam menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan.

Kebanyakan praktisi lebih senang mengalokasikan materialitas ke dalam neraca dari pada perhitungan rugi-laba. Karena dalam kebanyakan audit lebih banyak perkiraan dalam perhitungan rugi-laba dibandingkan neraca, maka pengalokasian materialitas ke dalam perkiraan neraca biasanya lebih mudah.

Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan awal materialitas ke dalam saldo perkiraan, jumlah materialitas yang dialokasikan tersebut menurut SAS 39 (AU 350) disebut sebagai kesalahan yang masih bisa ditolerir (tolerable error).Terdapat tiga kesulitan yang harus dihadapi dalam pengalokasian materialitas ke dalam perkiraan neraca (segmen-segmen audit). Auditor mengantisipasi lebih banyak kesalahan akan terjadi pada pos-pos tertentu ketimbang yang lain, adanya kelebihan maupun kekurangan dalam penyajian harus dipertimbangkan, dan biaya relative dalam audit mempengaruhi pengalokasian.

Suatu contoh sederhana akan digunakan untuk menunjukkan kesulitan-kesulitan tersebut. Asumsikan seorang klien yang hanya memiliki empat perkiraan neraca dan pertimbangan awal materialitas sebesar $50.000

 

NERACA

JUMLAH DOLLAR

Kas

100.000

Piutang Usaha

450.000

Persediaan

450.000

Total Aktiva

1.000.000

Laba yang Ditahan

1.000.000

 

Berdasarkan pengalaman sebelumnya auditor dapat dengan keyakinan yang wajar, dengan biaya audit yang rendah, mengatakan bahwa penyajian kas akan memiliki kesalahan tidak lebih dari $1.000. auditor juga cukup yakin bahwa piutang usaha tidak akan memilki kesalahan diatas $5.000. dia tidak menemukan alasan untuk memperkirakan adanya kesalahan dalam pencataan persdiaan. Bukti pendukung yang tertinggi biayanya untuk dikumpulkan adalah untuk persediaan. Dengan demikian, auditor memutuskan untuk mengalokasiakan materialitas seperti berikut ini.

 

 

KESALAHAN YANG DAPAT DITOLERIR

Kelebihan

Kekurangan

(over statement)

(under statement)

Kas

1.000

1.000

Piutang usaha

15.000

5.000

Persediaan

34.000

44.000

Prestimasi atas materialitas

50.000

50.000

 

Dalam kasus ini keputusan alokasi yang dibuat auditor dalah sangat efisien. Jika kesalahan yang masih dapat ditolerir untuk kas ternyata lebih tinggi, kesalahan yang wajar untuk piutang uasaha atau persediaan harus lebih rendah. Hal ini tidak diinginkan karena biaya audit untuk kedua perkiraan tersebut lebih tinggi daripada untuk nkas. Karena lebih tingginya biaya untuk mengumpulkan bukti pendukung persediaan, kesalahan yang masih dapat ditolerir untuk piutang juga lebih tinggi, walaupun saldo perkiraan tersebut nilainya sama. Untuk perkiraan laba ditahan tidak ada kesalahan yang masih dapat ditolerir karena kesalahan yang terajdi hanya ada dalam hasil penemuan dari kesalahan yang terdapat pada perkiraan-perkiraan lain.

Sebagai ikhtisar, tujuan alokasi pertimbangan awal materialitas ke masing-masing perkiraan neraca adalah membantu auditor mengumpulakan bukti yang memadai untuk masing-masing perkiraan. Sasaran dari alokasi tersebut adalah untuk memperkecil biaya audit. Terlepas dari bagaimana alokasi tersebut dilakukan., pada saat itu audit telah selesai auditor harus memiliki keyakinan bahwa penggabungan seluruh kmesalahan dalam laporan keuangan adalah lebih rendah atau sama dengan pertimbangan awal materialitas yang telah ditentukan.

c.       Estimasi kesalahan dan membuat perbandingan

Ketika auditor melakukan prosedur audit untuk setiap segmen audit, catatan dibuat untuk semua kesalahan yang ditemui. Sebagai contoh, asumsikan bahwa auditor menemukan 6 kesalahan di dalam sample sebanyak 200 pada waktu melakukan konfirmasi atas piutang usaha. Kesalahan ini akan digunakan untuk mengestimasi total kesalahan dalam segmen piutang usaha. Total tersebut dinamakan estimasi atau sering kali “proyeksi” karena yang di audit adalah samplenya dan bukan seluruh populasi.

Estimasi kesalahan dihitung berdasarkan pengujian audit yang sebenarnya. Sebagai contoh, asumsikan bahwa dalam memeriksa persediaan, auditor mendapatkan kesalahan yang terlalu tinggi sebesar $4.800 dalam sampel sebesar $50.000 dari populasi sebanyak $450.000. salah satu cara untuk melakukan estimasi adalah dengan membagi total kesalahan yang ditemukan dengan jumlah sampel, dan mengalikan hasilnya dengan nilai total populasi. Perhitungan ini akan menghasilakn estimasi total kesalahan yang tetrlalu tinggi sebesar $43.200

 

PERKIRAAN

KESALAHAN YANG

WAJAR

ESTIMASI TOTAL

KESALAHAN

(KELEBIHAN)

(KELEBIHAN)

Kas

1000

800

Piutang usaha

15.000

12.000

Persdiaan

34.000

43.000

Pertimbangan awal materialitas

50.000

 

Estimasi totakl kesalahan

 

56.000

 

Estimasi total kesalahan adalah sebesar 56.000, yang merupakan jumlah estimasi untuk setiap perkiraan (mengestimasi keseluruhan kesalahan). Kemudian estimasi total kesalahan dibandingkan dengan pertimbangan awal materialitas (membandingkan seluruh estimasi dengan pertimbangan awal materialitas yang telah direvisi). Karena estimasi total kesalahan lebih besar dari pertimbangan awal, laoran keuangan tersebut tidak dapat  diterima. Auditor dapat menentukan apakah kesalahan yang terlalu tinggi sebenarnya lebih besar dari 50.000 atau akan menerbitkan pendapat tidak wajar. Dengan asumsi bahwa dilakukan audit tambahan, sebagian besar upaya dilakukan auditor akan dipusatkan pada kesalahan dalam persediaan. [5]

B.     Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko dimana auditor akan menarik kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan denga layak dan oleh karenanya dapat dieluarkan pendapat audit tanpa kualifikasi, di mana dalam kenyataan laporan keuangan tersebut disajikan salah secara material.[6]         

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya.[7]

Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian:

1.      Risiko audit keseluruhan (overall audit risk) yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai kesluruhan

2.      Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan [8]

Model Resiko Audit bagian ini akan membahas model resiko audit. Penekanannya adalah pada berbagai komponen model dan hubungannya dengan bersyarat bukti. Sumber model resiko audit dalam literatur profesional adalah SAS 39 mengenai sampling audit dan SAS 47 mengenai materialitas dan resiko. Bentuk utama model ini yang diambil dari persyaratan-persyaratan tersebut adalah:

                 DAR   =          IR x CR x DR

Dimana:

DAR                    =          Resiko Audit yang diinginkan

IR                         =          Resiko Inheren

CR                        =          Resiko Pengendalian

DR                       =          Resiko deteksi

Definisi  resiko audit yang diinginkan di mana auditor bersedia mangambil resiko bahwa laporan keuangan mungkin terdapat kesalahan yang meterial setelah audit diselesaikan namun pendapat tanpa kualifikasi tepat dikeluarkan.

Risiko Inheren  antisipasi audit bahwa trdapat kesalahan yang melapoui jumlah yang masih dapat ditolelir dalam suatu megmen sebelum ia menyesuikan keefektifann mengendalian akuntansi interen.

Risiko Pengendalian (control risk) antisipasi auditor  bahwa kealahan yang melebihi jumlah yang masih bisa ditolelir dalam suatu segmen tidak akan dapat dicegah atau dideksi oleh stuktur pengendalian interen klien.

Risiko deteksi Analisis auditor akan kealahan material dalam segmen yang tidak akan dideteksi oleh bukti audit.

Penggunaan dana Ilustrasi  meskipun audit seperti seperti pada contoh dapat membantu auditor memperoleh resiko audit yang apat diterima, namun hali itu mungkin tidak efisien. Untukmendapatkan rencana audit yang lebih efisien, auditor sering kali menggunakan metode resiko audit dengan cara kedua, guna menentukan resiko deteksi dan kecukupan jumlah bukti yang deperlukan. Untuk maksud ini, metode resiko audit digunakan dalam bentuk berikut:

DR

=

DAR

IR x CR

 

a.      Risiko Audit yang Diinginkan

Resiko yang diinginkan adalah resiko yang secara subjektif ditentukan untuk mana auditor bersedia mengmbil resiko bahwa laporan keuangan ternyata disajikan tidak wajar setelah dilakukan audit, namun pendapat tanpa kualifikasi tetap dikeluarkan semakin rendah resiko yang digunakan semakin rendah yang diinginkan semakin yakin auditor bahwa laporan keuangan secara material tidak salah disajikan.resikomnol berarti keyakinan penuh dan resiko 100 persenberati ketidak pastian penuh laporan keuangan. Resiko dapat berkisar 0 sampai 1 (0 sampai 100 persen) tapi tidak dapat lebih atau kurang dari itu.

Konsep resiko audit yang diinginkan dapat lebih mudah demengerti bila kita membayangkan jumlah pekerjaan audit yang banyak, misalnya sepuluh ribu. Seberapa banyak dari audit tersebut dapat mengandung kesalahan yang materil namun masih belum menimbukan dampak negtif pada masyarakat.  Jelas bahwa harus banyak di bawah 10 persen. Mungkin lebih mendekati satu persen atau setengah dari satu persenm bahkan sepersepuluh persen dari satu persen. Jika Auditor merasa bahwa angka yang tepat untuk audit adalah satu berarti resiko audit yang diinginkan.

Jika tingkat resiko audit rendah, asalkan wajar, hendaknya selalu diinginkan. Tetapi dalam kasus tertentu untuk melindungi pihak pelindung baik pemakai maupun auditor sendiri, diperlukan tingkat resiko yang lebih rendah lagi. Hal ini bergantung sejauh mana pihak pemakai eksteren akan bersandar pad laporan dan kemungkinan klien menghadapi masalah kesulitan keuangan sesudah laporan audit dikeluarkan.

Jika pihak Eksteren sangat mengandalkan laporan keuangan selayaknya resiko audit deperkecil. Jika sangat diandalkan, suatu kesalahan signifikan yang tidak dideteksi dalam laporan keuangan dapt mengkibatkan kerugian sosial yang tidak kecil. Biaya tambahan mengumpulkan lebih banya bukti dlam kasus ini sangat dibenarkan. Beberapa faktor merupakan indikator yang untuk menentukan sejauh mana laporan keuangan diandalkan oleh pihak pemakai eksternal:

1)      Besarnya klien. Pad aumumnya semakin besar klien semakin luas pula pemakain laporan keuangannya. Besarnya klien yang ditentukan oleh total aktiva atau total pendapatan, akan mempunyai pengaruh atas resiko audit yang diinginkan.

2)      Distribusi pemilik. Laporan dari perusahaan yang dimiliki umum ( sudah go publik), biasanya diandalkan oleh lebih banyak pemaki daripada perusahaan yang pemiliknya terkonsentrasi pada beberapa glintir orang saja. Untuk perusahaan seperti ini pihak yang berkepentingan ternak BAPEPAM (SEC), para analisis keuangan, dalam masyarakat pada umumnya.

3)      Sifat dan jumlah kewajiban. Bila laporan keuanga mengandung banyak kewajiban, kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih ekstensif oleh para kreditor maupun calon kredir perusahaan.

Kemungkinan klien menghadapi kesulitan keuangan sesudah laporan audit dikelurkan.

Sulit bagi auditor untuk meramal kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, tetapi faktor-faktor tertentu dapt dijadikan indikator yang baik atas meningkatnya memungkinkan hal tersebut terjadi:

a)      Posisi likuiditas.  Jika klien selalu kesulitan dan kekurangan dalam menyediakan kas dan modal kerja, ini menunjukkna kesulitas masa depan dalam membanyar tagihan-tagihan. Audit harus menganalisis kemungkinan dan likuiditas yang sudah lemah menjadi semakin buruk.

b)      Laba (rugi) dalam tahun tahun terahir . jika suatu perusahaan secara berurutan dalam tahun-tahun terahir mengalami penurunan laba, atau kerugian  yang semakin bertambah, auditor harus mengakui maslah solvensi di masa yang kemungkinan akan dihadapi klien. Adalah penting juga untuk memepertimbangkan perubahab laba relatif terhadap saldo yang tersisa dalam laba yang ditahan.

c)      Metode pembiayaan pertumbuhan usaha. Jika klien semakin bersandar pada hutang untuk pembiayaan perusahaan, semakin besar kemungkinannya menghadapi kesulitan keuangan apabila hasil operasinya kurang berhasil. Suatu hal yang juga penting adalah mengvaluasi apakah aktia permanen perusahaan dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka penjang. Pengeluaran kas yang besar dalam periode yang singkat, dapat memaksa perusahaan menuju ke kepalitan.

d)     Sifat dari operasi kliean.beberapa jenis usaha tertentu memang lebih tinggi resikonya dibidingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, dengan keadaan lain tetap, resiko usaha dengan makelar saham untuk pailit lebih besar dibandingkan seorang pedagang kelontong (kebetulan sehari-hari)

e)      Kompetensi menejemen. Menejemen yang kompeten selalu waspada kompetensi kesulitan keuangan dan melkukan modifikasi atas metode operasinya untuk memperkecil pengaruh dari masalah jangka pendek kemampuan manajemen juga harus diperhitngkan sebgai bagian dari evaluasi kemungkinan kepailitan.

b.      Risiko Inheren

Adalah kepekaan laporan keuangan terhadap kesalahan yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian interen. Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kemungkinan kesalahan yang tinggi, tanpa mengakibaikan adanya pengendalian interen, auditor dapat menyimpulkan bahwa resiko inheren adalah tinggi.

Hubungan antara reiko inheren dengan resiko deteksi dan bukti yang direncanakan adalah bahwa resiko inherenberbanding terbalik dengan resiko deteksi dan berhubungan langsung dengan bukti. Model resiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara resiko inheren dan resiko pengendalian. Dimasukannya resiko inheren dalam model resiko audit merupakan salah satu konsep auditing yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa auditor haarus menentukan di mana kesalahan yang terbanyak dan paling sedikit dalam segmen laporan keuangan. Informasi ini mempengaruhi jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor dan bagaimana auditor akan  mengalokasikan pekrjaan pengumpulan bukti kedalam segmen audit. Pada awal pekerjaan audit tidak banyak yang dpat dilakukan untuk mengubah resiko inheren. Sebaiknya audit harus menganalisis faktor-faktor yang membutuhkan resiko tersebut dan mendefinisikan peroses pengumpulan bukti sehingga hal-hal tersebut turut diperhatikan. Auditor hendaknya memepertimbangkan bebereapa faktor utama dalam menganalisis resiko inherern:

1.      Sifat usaha

2.      Integrasi menejemen

3.      Motivasi klien

4.      Hasil audit sebelumnya

5.      Penugasan pertama kali lawan penugasan ulang

6.      Hubungan istimewa

7.      Transaksi istimewa

8.      Transaksi non-rutinan

9.      Pertimbangan yang diperlukan unutuk mencatat saldo perkiraan dan transaksi secara benar.

10.  Kemudahan terhadap penggelapan.

11.  Jumlah dollar dalam saldo perkiraan.

12.  Besarnya populasi.

13.  Elemen-elemen yang membentuk populasi,.

c.       Risiko Pengendalian

Menggambarkan tentang:

1.      Suatu penilaian mengenai apakah struktur pengendalian intren klien efektif mencegah atau menemukan kesalahan

2.      Kegiatan auditor untuk membuat penilaian tersebut pada tingkat di bawah maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana audit.

Seperti pada resiko inheren hubungan antara resiko pengendalian dan resiko deteksi adalah kebalikannya sedangkan hubungan antara resiko pengendalian dengan bukti adalah langsung. Misalnya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi dapat dipertinggi dan dengan demikian bukti akan dturunkan. Auditor dapat menaikkan risiko deteksi jika pengendalian-pengendaliannya efektif karena struktur pengendalian internal yang efektif mengurangi kemungkinan kesalahan dalam laporan keuangan.

d.      Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko yang hendak diambil auditor jika gagal menemukan kesalahan yang material dalam laporan keuangan dengan menerapkan berbagai prosedur audit, dengan asumsi system pengendalian internal gagal mendeteksi atau mengoreksinya. Ini dihitung dari ketiga risiko lainnya didalam model risiko audit.

Risiko deteksi menentukan bukti yang direncanakan akan dikumpulkan oleh auditor. Bila risiko deteksi rendah, auditor tidak ingin mengambil terlalu banyak risiko dengan bukti-bukti yang gagal mengungkap kesalahan-kesalahan. Karena itu harus diperoleh banyak bukti. Apabila ingin mengambil lebih banyak risiko, tidak diperlukan banyak bukti.[9]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Materialitas adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang memperhitungkan situasinya, yang menyebabkan berubahnya atau terpengaruhnya orang yang yang mengandalkan informasi tersebut.

Proses penerapan materialitas terdiri atas 5 langkah yaitu:

1.      Menetapkan pertimbangan awal materialitas

2.      Mengalokasikan pertimbangan awal materialitas pada segmen-segmen audit

3.      Mengestimasi total kesalahan dalam segmen

4.      Mengestimasi keseluruhan kesalahan

5.      Membandingkan keseluruhan estimasi dengan pertimbangan awal materialitas yang telah direvisi

Risiko audit adalah risiko dimana auditor akan menarik kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan denga layak dan oleh karenanya dapat dieluarkan pendapat audit tanpa kualifikasi, di mana dalam kenyataan laporan keuangan tersebut disajikan salah secara material.

Model risiko audit yaitu:

DAR   =          IR x CR x DR

 

       .

      

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Mulyadi. 2011. Auditing Edisi 6. Jakarta; Salemba Empat

            Tjakrakusuma,Ilham. 1995. Auditing. PT.Gelora Aksara Pratama

 

 

 

 



[1] Ilham Tjakrakusuma, Auditing, (PT.Gelora Aksara Pratama,1995), hal.251

[2] Mulyadi, Auditing Edisi 6, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal.158

[3] Ibid, hal.159

[4] Ibid

[5]Ibid; Ilham Tjakrakusuma, Auditing, (PT.Gelora Aksara Pratama,1995), hal.258

[6] Ibid, hal, 259

[7] Ibid; Mulyadi, Auditing Edisi 6, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal.165

[8] Ibid, hal.166

[9] Ibid; Ilham Tjakrakusuma, Auditing, (PT.Gelora Aksara Pratama,1995), hal.269

Tidak ada komentar:

Posting Komentar