Selasa, 04 Januari 2022

MAKALAH ANALISA BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Konsep Biaya Relavan dalam Pengambilan Keputusan

Semua bentuk keputusan oleh manajemen harus mempertimbangkan semua faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah faktor biaya yang disebut dengan biaya relavan. Menurut Mulyadi (1992) biaya relavan adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbagai  macam alternatif. Oleh karena itu, biaya tersebut adalah relavan dengan analisis yang dilakukan dalam pengambilan keputusan tersebut.

Biaya relavan menurut Supriyono (1992) meliputi semua biaya yang akan terpengaruh oleh suatu pengaqmbilan keputusan, karena itu biaya itu harus dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu, biaya trelavan menurut Husen dan Mowen (2009) merupakan biaya masa depan sehingga hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relavan dengan keputusan. Namun, untuk menjadi relavan, suatu biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga berbeda dari suatu alternatif dengan alternatif lainnya. Apabila biaya masa depan terdapat pada lebih dari satu alternatif maka biaya tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan. Biaya demikian disebut biaya tidak relavan. Kemampuan untuk mengidentifikasi biaya relavan dan tidak relavan merupakan suatu keterampilan pengambilan keputusan yang penting.

Biaya relavan untuk pengambilan keputusan didasarkan kepada konsep different analysis fir different purpose, yang berarti bahwa untuk tujuan yang berbeda diperlu kan analisi yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep biaya relavan untuk berbagai pengambilan keputusan, yaitu :

1.      Biaya Dieferensial (Diferencial Cost) adalah biaya yang berbeda pada berbagai alternatif pengambilan keputusan yang mungkin untuk dipilih. Dalam pengambilan keputusan, biaya diferensial dibandingkan dengan penghasilan diferensial untuk menentukan biaya laba diferensial.

2.      Biaya Treceabel (Treceable Cost) adalah yang dapat diakui jejaknya pada produk, pesanan, pusat biaya, departmen, atau divisi tertentu di dalam suatu perusahaan.

3.      Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) adalah penghasilan atau penghematan biaya yang dikorbankan karena dipilihnya satu alternatif tertentu, sehingga penghasilan atau penghematan biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya pada alternatif tertentu.

4.      Biaya Intermental (Incremental Cost) adalah biaya-biaya yang ditambahkan atau biaya-biaya yang tidak akan dikorbankan apabila suatu alternatif (proyek) tertentu tidak dipilih untuk dilaksanakan.

 

B.     Langkah-langkah Analisis Biaya Relavan

Proses pengmbilan keputusan memerlukan data yang dapat dianalisa dengan tepat dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Dalam pengambilan keputusan tidak ada aturan umum yang membedakan biaya ke dalam biaya relavan dan tidak relavan, maka dari itu untuk mengetahui mana ynag merupakan biaya relavan diperlukan analisis biaya yang meliputi langkah-langkah sbb :

1.      Menghimpun seluruh biaya yang berkaitan dengan masing-masing alternaif yang dipertimbangkan

2.      Mengeliminasi sunk cost

3.      Mengeliminasi biaya yang tidak berbeda diantara alternatif yang di pertimbangkan

4.      Mengambil kesimpulan berdasarkan data biaya lain yang tersisa, merupakan biaya yang berbeda. Biaya tersebut merupakan biaya relavan dengn pengambilan keputusan.

 

C.    Biaya dalam Hubungannya dengan Pengendalian

1.      Biaya yang terkendali (Controllable Cost)

Biaya yang pada tingkat manajemen tertentu atau yang secara langsung dapat dipengaruhi manajer tertentu. Umumnya biaya variabel dapat dikendalikan dan sebaliknya biaya tetap. Tetapi jika dikaitkan dengan cost center maka semua biaya menjadi tanggung jawab center bersangkutan adalah terkendali. Sebagai pedomannya :

·         Jika manajer tertentu memiliki wewenang dalam input

·         Jika manajer tertentu juga berwenang atau bertanggung jawab terhadap output

·         Jika manajer bertanggung jawab terhadap proses tertentu

 

Contoh :

Misalnya bagian pemasaran memerlukan kerja lembur, sehingga harus menambah pembayaran ekstra, maka jika pembayaran ini dapat melebihi kapasitas kerja rutin dan manajer bagian yang bersangkutan harus pula dapat mempertanggungjawaban kegagalan-kegagalannya.

2.      Biaya yang Tidak Dapat Dikendalikan (Uncontrollable Cost)

Biaya yang bukan tanggung jawab dan tidak dapat dipengaruhi pusat (center) tertentu.

Contoh :

Semua gaji karyawan di bagian pemasaran ditetapkan oleh Direksi, dan jika gaji belum memenuhi motivasi karyawan, sehingga terjadi penurunan produksi, maka manajer atau kepala bagian pemasaran tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kurangnya motivasi atau penurunan produksi.

3.      Discretionary atau Managed Cost atau Programmed Cost

Sifat biaya jangka pendek yang berarti kadang-kadang ada dan kadang-kadang tidak ada dan berubah-ubah bisa kecil atau dinaikkan atau tidak perlu dilaksanakan apa yang telah diannggarkan, jika memang keadaan harus demikian.

Contoh :

Biaya iklan, promosi, riset atau pengembangan. Biaya yang besar ini dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pengeluaran sebagai beban rugi/laba, atau diamortisasikan beberapa tahun, tergantung kebijaksanaan manajemen.

4.      Committed Cost atau Capacity Cost

Biaya ini sering disebut biaya bersiap atau biaya berjaga-jaga (stand by cost) meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi. Beban biaya secara berkala dibebankan ke rugi/laba.

Misalnya biaya penyusutan aktiva tetap secara periodik (bulanan atau tahunan) selalu ada sepanjang umur aktiva yang ditetapkan sebelumnya, tanpa melihat perusahaan sedang surut atau maju dan tidak pula dapat dihapuskan atau ditiadakan.

5.      Avoidable dan Unavoidable Cost

Avoidable atau terhindarkan adalah suatu beban biaya yang bersifat tetap dan menjadi tanggungan sendiri oleh suatu bagian tertentu atau biaya yang tidak akan berlanjut.

Unavoidable cost sebaliknya merupakan biaya yang menjadi tanggungan bersama suatu organisasi atau biaya yang dirumuskan sebagai fasilitas atau jasa yang dinikmati bersama berdasarkan beban tertentu dengan metode alokasi.

Contoh :

Sebuah toko bercabang dari rangkaian toko “wongkito” menjual banyak jenis produk. Toko itu memiliki restoran dengan meja panjang hampir selebar toko. Manajemen sedang mempertimbangkan untuk menutup saja restoran itu, karena operasinya terus merugi. Ramalan perhitungan rugi-laba dalam ribuan rupiah sbb :

 

 

 

 

Jumlah

Dagangan Umum

Produk Pertanian

Restoran

Penjualan

5.000

4.000

400

600

Pengeluaran Variabel

3.390

2.800

200

390

Marjin Kontribusi

1.610

(32%)

200

(30%)

200

(50%)

210

(35%)

Pengeluaran tetap (avoidable dan unavoidable)

1.110

750

50

310

Laba (rugi) operasional

500

450

150

(100)

 

Biaya terhindarkan (avoidable cost) terdiri dari upah karyawan masing-masing departemen Rp. 100.000 di bagian restoran Rp. 20.000 di bagian produk pertanian dan  Rp. 250.000 di bagian dagang umum.

Jika restoran itu ditutup, maka manajer akan menggunakan ruangan yang dikosongkan sebagai : a). Menambah barang dagangan umum atau b). Menambah hasil produk pertanian. Menambah barang dagangan umum tidak akan memerlukan tenaga tambahan, tetapi menambah hasil produk pertanian akan memerlukan Rp. 25.000. Manajer memperkirakan bahwa penjualan barang dagang umum akan bertambah Rp. 300.000 dan hasil produk pertanian dengan Rp. 200.000.

 

Masalahnya : Keputusan apa yang akan diambil oleh manajer :

1.      Menutup restoran atau tidak?

2.      Yang dikembangkan dagangan umum atau produk pertanian?

Langkah pertama :

Biaya yang tidak menjadi beban lagi atau biaya yang terhindarkan bagian restoran terhadap total pendapatan yang hilang dapat pula diketahui, yaitu Rp. 110.000 – (600.000-490.000). Laba operasional perusahaan akan menjadi Rp. 390.000- (500.000-110.000). Perlu dibuat daftar pendapatan tanpa bagian restoran, kemudian biaya tetap dialokasikan misalnya berdasarkan jumlah penjualan masing-masing bagian (total penjualan menjadi sebesar Rp. 4.400.000 – (4.0000.000+400.000). Biaya tetap menjadi Rp. 1.010.000 – (1.110.000 dikurangi avoidable cost Restoran Rp. 100.000).

Maka alokasi biaya tetap :

Ke dagang umum              :  4.000.000  X 1.010.000 = Rp. 918.182

                                              4.400.000

Ke produk pertanian          :    400.000       X 1.010.000 = Rp. 91.818

                                               4.400.000

Harap dibuat daftar laba/rugi sebelum menambah penjualan produk pertanian dan dagangan umum, kemudian baru dimasukkan kedua alternatif masing-masing ke daftar pendapatan yang telah dibuat. Ringkasan masalah tersebut adalah sbb :

 

 

 

 

 

 

 

Penutupan restoran :

 

 

 

Tambahan Dagangan Umum

Tambahan Produk Pertanian

Penjualan (dalam ribuan)

4.400

300

200

Biaya variabel

3.000

210 (70%)

100 (50%)

Marjin kontribusi

1.400

90 (30%)

100 (50%)

Pengeluaran tetap (Rp. 100.000 adalah biaya restoran)

1.010

-

25

Laba operasional

390

90

75

Laba operasional dari masing-masing alternatif

+

Rp. 480

 

 

 

 

 

 

D.    Penerapan Biaya Relavan untuk Pengambilan Keputusan

Penerpan analisa biaya relavan dapat bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah jenis-jenis keputusan dalam analisis biaya relavan menurut Mulyadi (1997) :

 

 

1.      Make or Buy decisions

Keputusan ayau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai komponen dan yang memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk suatu produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok luar dapat memasok komponen tersebut dengan harga yang lebih murah daripada biaya untuk memproduksi sendiri komponen tersebut.

2.      Keep or Drop Decisions

Daslam perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam keluarga produk atau product line atau yang memiliki berbagai departmen penghasil laba, ada kalanya manajemen puncak menghadapi salah satu keluarga produknya salah satu departmennya mengalami kerugian usaha yang diperkirakan akan berlangsung terus. Dalam menghadapi kondisi ini manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksi produk atau kegiatan usaha departmen yang mengalami kerugian tersebut.

3.      Special Order Decisions

Pada umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi beberapa tahun yang akan datang. Jika perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi permintaan pasar sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik secara terus menerus. Dengan demikian, umumnya perusahaan memiliki kapasitas yang menganggur, yang sering kali mendorong manajemen puncak untuk mempertimbangkan penetapan harga jual dibawah harga jual normal. Tentu saja penetapan harga jual yang demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang tidak berdampak terhadap penjualan yang reguler.

 

4.      Decisions to sell process futher

Ada kalanya manajemen puncak dihdapkan pada pilihan menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan semacam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.

 

E.     Imputed dan Sunk Cost

Imputed cost ialah biaya yang menyatakan harga beli atau nilai dari suatu kekayaan yang diukur dengan nilai penggunaanya. Biaya ini tidak menyangkut pengeluaran kas yang sebenarnya dan juga tidak dicatat dalam buku-buku perusahaan, terutama dalam perusahaan perorangan.

Misalnya gaji dari pemilik perusahaan atau sewa kekayaan milik perusahaan sendiri. Ada alasan yang tidak memungkinkan memasukkan biaya ini, dengan demikian dalam membuat perbandingan biaya ini perlu dipertimbangkan.

            Sunk Cost adalah biaya yang dalam situasi tertentu tidak dapat diperoleh kembali. Pengeluaran yang telah dilakukan pada masa lalu, semuanya tidak dapat diperoleh kembali.

Misalna dalam keputusan untuk mengganti aktiva lama dengan yang baru, nilai aktiva lama atau nilai buku setelah penyusutan aktiva lama merupakan sunk cost dan tidak relevan untuk dipertimbangkan dalam penggantian tersebut. karena nilai tersebut tetap ada ataupun tetap merupakan kerugian/biaya jelasnya tetap merupakan biaya baik aktiva digunakan ataupun diganti.

            Misalnya, PT Benua memiliki mesin dengan harga perolehan sebesar Rp 240.000,- taksiran umurnya 12 tahun dan sudah dipakai8 tahun, penyusutan metode garis lurus, berarti niali buku Rp 80.000,- untuk masa 4 tahun,.

Suatu mesin baru ditawarkan dengan fungsi dan kapasitas sama, dan bedanya mesin baru ini menghemat biaya variabel Rp 40.000,- dibandingkan dengan mesin lama dengan biaya variabel Rp 70.000,- untuk tenaga kerja dan hemat 12.000,- dibandingkan Rp 30.000,- untuk biaya overhead, sedangkan biaya komersil dan biaya penjualan tidak berubah.

Harga mesin baru Rp 120.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun dan tidak mempunyai nilai residu, mesin lama dengan penggantian ini dapat laku terjual dengan harga Rp 8.000,-

Proyeksi rugi/laba pertahun apabila tetap menggunakan mesin lama adalah sebagai berikut:

Penjualan                                                                                                         Rp 250.000,-

Biaya produksi variabel: Bahan Baku             40.000,-

                                                              Tk. Langsung          70.000,-

                                                                Overhead                30.000,-

                                                                Penyusutan                         20.000,-

                        Jumlah Biaya Produksi                                                                                        160.000,-

                                                                                                            Laba Kotor                  Rp 90.000,-

                       

 

 

                        Biaya Komersial :

                                                              Variabel             Rp  20.000,-

                                       Tetap                         10.000,-

                        Jumlah Biaya Komersial                                                                                 Rp 30.000,-

                                                                                                            Laba Bersih                 Rp 60.000,-

 

                       

F.     Opportunity Cost (Biaya Kesempatan)

              Jika suatu keputusan sudah dibuat untuk melaksanakan salah satu alternatif, maka manfaat alternatif- alternatif lainnya akan lepas dari tangan. Manfaat yang lepas karena ditolaknya pilihan yang lain disebut biaya kesempatan atau opportunity cost dari pilihan yang telah dibuat itu.

Contoh: John adalah pemilik toko pakaian di Gaya Baru

Baru-baru ini  ia ditawari jabatan manajer toko disalah satu supermarket sebesar Rp 50 juta setahun dan John yakin bahwa ia dapat menjual tokonya sebesar Rp 115 juta.

John meneliti dan mulai menghitung kedua alternatif yang dihadapinya, perhitungan laba/rugi perusahaan John untuk tahun lalu sebagai berikut :

Hasil Penjualan                                                                                               Rp 225 juta

Harga Pokok Penjualan                                                                                         135 juta

Laba Kotor                                                                                                              90 juta

Jumlah Biaya Operasional                                                                                       32,45 juta

Laba Bersih                                                                                                            57,55 juta

 

Analisis John harus dikurangi dengan biaya kesempatan yang tercakup dalam keputusan yang akan diambilnya, yaitu:

-        Gaji yang tidak jadi diterimanya

-        Bunga deposito yang bisa diterimanya, jika tokonya dijual dan hasilnya disimpan pada Bank.

Analisis yang dimaksud adalah:

Laba Bersih (dengan buka toko)                                                                     Rp 57,55 juta

Dikurangi :

-        Gaji yang tidak diterima                                 Rp 50 juta

-        Bunga deposito, misalnya

17 % setahun (17 % x 115 juta) =                   19,55 juta

Total biaya kesempatan                                                                                   Rp 69,55 juta

Kerugian karena tidak menerima tawaran kerja                                              Rp (12 juta)

Andaikan John tidak memperhatikan biaya kesempatan, tentunya ia akan menarik kesimpulan yang salah dan akan berpendapat bahkan akan lebih untung jika ia tetap menjalankan tokonya sendiri.

Ini merupakan analisis yang sifatnya kuantitatif semata-mata dan John perlu juga mengukur faktor-faktor kualitatinya,seperti misalnya kerugian karena kebebasan sebagai pengusaha wiraswasta, dan rugi karena tidak menerima tambahan penghasilan sebesar Rp 12 juta.

G.    Langkah-langkah Pengambilan Keputusan

              Dalam mengambil keputusan kita memerlukan data yang dapat diukur, dianalisis dengan tepat dan kemungkinan untuk dilaksanakan. Langkah-langkah itu meliputi :

1.      Penentuan masalah, misalnya mengganti mesin baru dengan yang lama, menutup salah satu bagian dari perusahaan dan sebagainya.

2.      Mengenal dengan baik kemungkinan atau alternatif-alternatif yang ada.

3.      Menetapkan data dan biaya yang relevan dengan keputusan yang akan diambil dan masalahnya, karena tidak semua dataatau biaya relevan dengan masalah.

4.      Mengevaluasi data, dengan meode yang berkaitan pada alternatif atau evaluasi yang bagaimana seharusnya dibuat.

5.      Mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif.

6.      Keputusan dan alasan diambilnya.

 

H.    Pengambilan Keputusan Dalam Prodek bersama

Joint Cost dapat diartikan sebagai biaya yang timbul karena prose atau pembuatan bersama barang-barang yang dihasilkan dari bahan baku yang sama , maka jika dua atau lebih banyak jenis produk yang dihasilkan dari faktor produksi atau dari jumlah biaya yang dihasilkan dari faktor produksi atau jumlah biaya-biaya yang sama timbul joint cost.

Dalam pembahasan ini sebagai ilustrasi hanya dipergunakan dua metode yaitu ,metode unit fisik dan metode nilai pasar .

Contoh :

            Dari suatu proses bersama dengan biaya bersama sebesar Rp 120.000, dihasilkan serangkaian produk A,B,C dan D. Dengan kuantitas yang dihasilkan :

A 20.000 Unit , B 15.000 Unit , C 10.000 unit dan D 15.000 unit. Harga jual A Rp 0.25, B Rp 3 , C Rp 3.50 dan D Rp 5.

Menurut metode fisik alokasi biaya sebagai berikut :

 

Kuantitas         Rasio                                                                           Alokasi

Dihasilkan                                                                                           Joint Cost

                       

A.    20.000 unit      20.000 : 60.000 = 33,33%       x  120.000       =          Rp 39.996,-

B.     15.000 unit      15.000 : 60.000 = 25%            x  120.000       =          Rp 30.000,-

C.     10.000 unit      10.000 : 60.000 = 16,67 %      x  120.000       =          Rp 20.004,-

D.    15.000 unit      15.000 : 60.000 = 25 %           x  120.000       =          Rp 30.000,-

                                                                                                                              

60.000 unit                                  100%                                               Rp 120.000

 

 

 

 

Maka laba ruginya sebagai berikut :

 


            Penjualan                                             Harga Pokok                           Laba/ Rugi

A.    20.000 x 0,25  =  Rp 5.000,-               Rp 39.996,-                 Rugi    Rp 34.996,-

B.     15.000 x  3      =  Rp 45.000,-             Rp 30.000,-                 Laba    Rp 15.000,-

C.     10.000 x  3,50 =  Rp 35.000,-             Rp 20.004,-                 Laba    Rp 14.996,-

D.    15.000 x  5      =  Rp 75.000,-             Rp 30.000,-                 Laba    Rp 45.000,-

Total Laba                               Rp 40.000,-

 


Metode Nilai Pasar

Kuantitas         Nilai                Total                Rasio                                       Alokasi

Dihasilkan       pasar                pasar                nilai pasar                                Joint Cost

A.    20.000             0,25     =          Rp 5.000,-       3,125%            x JC     =          Rp 3.750

B.     15.000             3         =          Rp 45.000,-     28,125%          x JC     =          Rp 33.750

C.     10.000             3,50    =          Rp 35.000,-     21,875%          x JC     =          Rp 26.250

D.    15.000             5         =          Rp 75.000,-     46,875%          x JC     =          Rp56.250                                                                                                                  Rp 120.000

 

Metode nilai pasar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

                  Kesimpulan

Biaya relevan merupakan biaya yang dikeluarkan pada masa yang akan datang ( future time ) yang berbeda untuk setiap pilihan yang tersedia bagi pengambil keputusan. Biaya yang tidak berbeda diantara berbagai pilihan yang dihadapi oleh pengambil keputusan merupakan biaya yang tidak relevan karena pilihan tersebut tidak mempengaruhi biaya.

Dalam mengambil keputusan kita memerlukan data yang dapat diukur, dianalisis dengan tepat dan kemungkinan untuk dilaksanakan. Langkah-langkah itu meliputi :

1.             Penentuan masalah, misalnya mengganti mesin baru dengan yang lama, menutup salah satu bagian dari perusahaan dan sebagainya.

2.             Mengenal dengan baik kemungkinan atau alternatif-alternatif yang ada.

3.             Menetapkan data dan biaya yang relevan dengan keputusan yang akan diambil dan masalahnya, karena tidak semua dataatau biaya relevan dengan masalah.

4.             Mengevaluasi data, dengan meode yang berkaitan pada alternatif atau evaluasi yang bagaimana seharusnya dibuat.

5.             Mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif.

6.             Keputusan dan alasan diambilnya.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dra Susty Ambariani, M.Si, 2000, Manajemen Biaya, Jakarta : Salemba Empat.

Garrison, D.B.A, 2006, Managerial Accounting, Jakarta : Salemba Empat.

Kamaruddin Ahmad, 2005,Akuntansi Manajemen, Palembang : PT. RajaGrafindo Persada.

L.M. Samryn, 2001, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

 

                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar