BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Biaya Relavan dalam
Pengambilan Keputusan
Semua
bentuk keputusan oleh manajemen harus mempertimbangkan semua faktor yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, salah satu faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah faktor biaya yang disebut dengan biaya relavan.
Menurut Mulyadi (1992) biaya relavan adalah biaya masa yang akan datang yang
diperkirakan akan berbeda atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan
pemilihan diantara berbagai macam
alternatif. Oleh karena itu, biaya tersebut adalah relavan dengan analisis yang
dilakukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Biaya relavan menurut
Supriyono (1992) meliputi semua biaya yang akan terpengaruh oleh suatu
pengaqmbilan keputusan, karena itu biaya itu harus dipertimbangkan di dalam
pengambilan keputusan tersebut. Selain itu, biaya trelavan menurut Husen dan
Mowen (2009) merupakan biaya masa depan sehingga hanya biaya masa depan yang
dapat menjadi relavan dengan keputusan. Namun, untuk menjadi relavan, suatu
biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga berbeda dari
suatu alternatif dengan alternatif lainnya. Apabila biaya masa depan terdapat
pada lebih dari satu alternatif maka biaya tersebut tidak memiliki pengaruh
terhadap keputusan. Biaya demikian disebut biaya tidak relavan. Kemampuan untuk
mengidentifikasi biaya relavan dan tidak relavan merupakan suatu keterampilan
pengambilan keputusan yang penting.
Biaya relavan untuk
pengambilan keputusan didasarkan kepada konsep different analysis fir different
purpose, yang berarti bahwa untuk tujuan yang berbeda diperlu kan analisi yang
berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep biaya relavan untuk
berbagai pengambilan keputusan, yaitu :
1. Biaya Dieferensial
(Diferencial Cost) adalah biaya yang berbeda pada berbagai alternatif
pengambilan keputusan yang mungkin untuk dipilih. Dalam pengambilan keputusan,
biaya diferensial dibandingkan dengan penghasilan diferensial untuk menentukan
biaya laba diferensial.
2. Biaya Treceabel (Treceable
Cost) adalah yang dapat diakui jejaknya pada produk, pesanan, pusat biaya,
departmen, atau divisi tertentu di dalam suatu perusahaan.
3. Biaya Kesempatan (Opportunity
Cost) adalah penghasilan atau penghematan biaya yang dikorbankan karena
dipilihnya satu alternatif tertentu, sehingga penghasilan atau penghematan
biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya pada alternatif tertentu.
4. Biaya Intermental
(Incremental Cost) adalah biaya-biaya yang ditambahkan atau biaya-biaya yang
tidak akan dikorbankan apabila suatu alternatif (proyek) tertentu tidak dipilih
untuk dilaksanakan.
B. Langkah-langkah Analisis
Biaya Relavan
Proses
pengmbilan keputusan memerlukan data yang dapat dianalisa dengan tepat dan
memungkinkan untuk dilaksanakan. Dalam pengambilan keputusan tidak ada aturan
umum yang membedakan biaya ke dalam biaya relavan dan tidak relavan, maka dari
itu untuk mengetahui mana ynag merupakan biaya relavan diperlukan analisis
biaya yang meliputi langkah-langkah sbb :
1. Menghimpun seluruh biaya yang
berkaitan dengan masing-masing alternaif yang dipertimbangkan
2. Mengeliminasi sunk cost
3. Mengeliminasi biaya yang
tidak berbeda diantara alternatif yang di pertimbangkan
4. Mengambil kesimpulan
berdasarkan data biaya lain yang tersisa, merupakan biaya yang berbeda. Biaya
tersebut merupakan biaya relavan dengn pengambilan keputusan.
C. Biaya dalam Hubungannya
dengan Pengendalian
1. Biaya yang terkendali
(Controllable Cost)
Biaya yang pada tingkat manajemen tertentu atau yang secara
langsung dapat dipengaruhi manajer tertentu. Umumnya biaya variabel dapat
dikendalikan dan sebaliknya biaya tetap. Tetapi jika dikaitkan dengan cost
center maka semua biaya menjadi tanggung jawab center bersangkutan adalah
terkendali. Sebagai pedomannya :
·
Jika manajer tertentu memiliki wewenang dalam input
·
Jika manajer tertentu juga berwenang atau bertanggung jawab
terhadap output
·
Jika manajer bertanggung jawab terhadap proses tertentu
Contoh :
Misalnya bagian pemasaran memerlukan kerja lembur, sehingga
harus menambah pembayaran ekstra, maka jika pembayaran ini dapat melebihi
kapasitas kerja rutin dan manajer bagian yang bersangkutan harus pula dapat
mempertanggungjawaban kegagalan-kegagalannya.
2. Biaya yang Tidak Dapat
Dikendalikan (Uncontrollable Cost)
Biaya yang bukan tanggung jawab dan tidak dapat dipengaruhi
pusat (center) tertentu.
Contoh :
Semua gaji karyawan di bagian pemasaran ditetapkan oleh
Direksi, dan jika gaji belum memenuhi motivasi karyawan, sehingga terjadi
penurunan produksi, maka manajer atau kepala bagian pemasaran tidak dapat
diminta pertanggungjawaban atas kurangnya motivasi atau penurunan produksi.
3. Discretionary atau Managed
Cost atau Programmed Cost
Sifat biaya jangka pendek yang berarti kadang-kadang ada dan
kadang-kadang tidak ada dan berubah-ubah bisa kecil atau dinaikkan atau tidak
perlu dilaksanakan apa yang telah diannggarkan, jika memang keadaan harus
demikian.
Contoh :
Biaya iklan, promosi, riset atau pengembangan. Biaya yang
besar ini dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pengeluaran sebagai beban
rugi/laba, atau diamortisasikan beberapa tahun, tergantung kebijaksanaan
manajemen.
4. Committed Cost atau Capacity
Cost
Biaya ini sering disebut biaya bersiap atau biaya
berjaga-jaga (stand by cost) meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi,
pemasaran dan administrasi. Beban biaya secara berkala dibebankan ke rugi/laba.
Misalnya biaya penyusutan aktiva tetap secara periodik
(bulanan atau tahunan) selalu ada sepanjang umur aktiva yang ditetapkan
sebelumnya, tanpa melihat perusahaan sedang surut atau maju dan tidak pula
dapat dihapuskan atau ditiadakan.
5. Avoidable dan Unavoidable
Cost
Avoidable atau terhindarkan adalah suatu beban biaya yang
bersifat tetap dan menjadi tanggungan sendiri oleh suatu bagian tertentu atau
biaya yang tidak akan berlanjut.
Unavoidable cost sebaliknya merupakan biaya yang menjadi
tanggungan bersama suatu organisasi atau biaya yang dirumuskan sebagai
fasilitas atau jasa yang dinikmati bersama berdasarkan beban tertentu dengan
metode alokasi.
Contoh :
Sebuah toko bercabang dari rangkaian toko “wongkito” menjual
banyak jenis produk. Toko itu memiliki restoran dengan meja panjang hampir
selebar toko. Manajemen sedang mempertimbangkan untuk menutup saja restoran
itu, karena operasinya terus merugi. Ramalan perhitungan rugi-laba dalam ribuan
rupiah sbb :
|
Jumlah |
Dagangan Umum |
Produk Pertanian |
Restoran |
Penjualan |
5.000 |
4.000 |
400 |
600 |
Pengeluaran Variabel |
3.390 |
2.800 |
200 |
390 |
Marjin Kontribusi |
1.610 (32%) |
200 (30%) |
200 (50%) |
210 (35%) |
Pengeluaran tetap (avoidable dan unavoidable) |
1.110 |
750 |
50 |
310 |
Laba (rugi) operasional |
500 |
450 |
150 |
(100) |
Biaya terhindarkan (avoidable cost) terdiri dari upah
karyawan masing-masing departemen Rp. 100.000 di bagian restoran Rp. 20.000 di
bagian produk pertanian dan Rp. 250.000
di bagian dagang umum.
Jika restoran itu ditutup, maka manajer akan menggunakan
ruangan yang dikosongkan sebagai : a). Menambah barang dagangan umum atau b).
Menambah hasil produk pertanian. Menambah barang dagangan umum tidak akan
memerlukan tenaga tambahan, tetapi menambah hasil produk pertanian akan
memerlukan Rp. 25.000. Manajer memperkirakan bahwa penjualan barang dagang umum
akan bertambah Rp. 300.000 dan hasil produk pertanian dengan Rp. 200.000.
Masalahnya : Keputusan apa yang akan diambil oleh manajer :
1. Menutup restoran atau tidak?
2. Yang dikembangkan dagangan
umum atau produk pertanian?
Langkah pertama :
Biaya yang tidak
menjadi beban lagi atau biaya yang terhindarkan bagian restoran terhadap total
pendapatan yang hilang dapat pula diketahui, yaitu Rp. 110.000 – (600.000-490.000).
Laba operasional perusahaan akan menjadi Rp. 390.000- (500.000-110.000). Perlu
dibuat daftar pendapatan tanpa bagian restoran, kemudian biaya tetap
dialokasikan misalnya berdasarkan jumlah penjualan masing-masing bagian (total
penjualan menjadi sebesar Rp. 4.400.000 – (4.0000.000+400.000). Biaya tetap
menjadi Rp. 1.010.000 – (1.110.000 dikurangi avoidable cost Restoran Rp.
100.000).
Maka alokasi
biaya tetap :
Ke dagang umum :
4.000.000 X 1.010.000 =
Rp. 918.182
4.400.000
Ke produk pertanian :
400.000 X 1.010.000 = Rp.
91.818
4.400.000
Harap dibuat daftar laba/rugi
sebelum menambah penjualan produk pertanian dan dagangan umum, kemudian baru
dimasukkan kedua alternatif masing-masing ke daftar pendapatan yang telah
dibuat. Ringkasan masalah tersebut adalah sbb :
Penutupan
restoran :
|
|
Tambahan Dagangan Umum |
Tambahan Produk Pertanian |
||
Penjualan (dalam ribuan) |
4.400 |
300 |
200 |
||
Biaya variabel |
3.000 |
210 (70%) |
100 (50%) |
||
Marjin kontribusi |
1.400 |
90 (30%) |
100 (50%) |
||
Pengeluaran tetap (Rp. 100.000
adalah biaya restoran) |
1.010 |
- |
25 |
||
Laba operasional |
390 |
90 |
75 |
||
Laba operasional dari masing-masing
alternatif |
+ Rp.
480 |
D. Penerapan Biaya Relavan untuk
Pengambilan Keputusan
Penerpan
analisa biaya relavan dapat bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan. Berikut adalah jenis-jenis keputusan dalam analisis biaya relavan
menurut Mulyadi (1997) :
1. Make or Buy decisions
Keputusan ayau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen
terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai komponen dan
yang memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk
suatu produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok luar
dapat memasok komponen tersebut dengan harga yang lebih murah daripada biaya
untuk memproduksi sendiri komponen tersebut.
2. Keep or Drop Decisions
Daslam perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam
keluarga produk atau product line atau yang memiliki berbagai departmen
penghasil laba, ada kalanya manajemen puncak menghadapi salah satu keluarga
produknya salah satu departmennya mengalami kerugian usaha yang diperkirakan
akan berlangsung terus. Dalam menghadapi kondisi ini manajemen perlu
mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksi produk
atau kegiatan usaha departmen yang mengalami kerugian tersebut.
3. Special Order Decisions
Pada umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas
yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi beberapa tahun yang akan datang.
Jika perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi
permintaan pasar sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik
secara terus menerus. Dengan demikian, umumnya perusahaan memiliki kapasitas
yang menganggur, yang sering kali mendorong manajemen puncak untuk
mempertimbangkan penetapan harga jual dibawah harga jual normal. Tentu saja
penetapan harga jual yang demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang
tidak berdampak terhadap penjualan yang reguler.
4. Decisions to sell process
futher
Ada kalanya manajemen puncak dihdapkan pada pilihan menjual
produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi
produk lain yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan
semacam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen
adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif
memproses lebih lanjut dipilih.
E. Imputed dan Sunk Cost
Imputed
cost ialah biaya yang menyatakan harga beli atau nilai dari suatu kekayaan yang
diukur dengan nilai penggunaanya. Biaya ini tidak menyangkut pengeluaran kas
yang sebenarnya dan juga tidak dicatat dalam buku-buku perusahaan, terutama
dalam perusahaan perorangan.
Misalnya
gaji dari pemilik perusahaan atau sewa kekayaan milik perusahaan sendiri. Ada
alasan yang tidak memungkinkan memasukkan biaya ini, dengan demikian dalam
membuat perbandingan biaya ini perlu dipertimbangkan.
Sunk Cost adalah biaya yang dalam situasi tertentu tidak
dapat diperoleh kembali. Pengeluaran yang telah dilakukan pada masa lalu,
semuanya tidak dapat diperoleh kembali.
Misalna dalam keputusan untuk
mengganti aktiva lama dengan yang baru, nilai aktiva lama atau nilai buku setelah
penyusutan aktiva lama merupakan sunk cost dan tidak relevan untuk
dipertimbangkan dalam penggantian tersebut. karena nilai tersebut tetap ada
ataupun tetap merupakan kerugian/biaya jelasnya tetap merupakan biaya baik
aktiva digunakan ataupun diganti.
Misalnya, PT Benua memiliki mesin dengan harga perolehan
sebesar Rp 240.000,- taksiran umurnya 12 tahun dan sudah dipakai8 tahun,
penyusutan metode garis lurus, berarti niali buku Rp 80.000,- untuk masa 4
tahun,.
Suatu mesin baru ditawarkan
dengan fungsi dan kapasitas sama, dan bedanya mesin baru ini menghemat biaya
variabel Rp 40.000,- dibandingkan dengan mesin lama dengan biaya variabel Rp
70.000,- untuk tenaga kerja dan hemat 12.000,- dibandingkan Rp 30.000,- untuk
biaya overhead, sedangkan biaya komersil dan biaya penjualan tidak berubah.
Harga
mesin baru Rp 120.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun dan tidak mempunyai nilai
residu, mesin lama dengan penggantian ini dapat laku terjual dengan harga Rp
8.000,-
Proyeksi
rugi/laba pertahun apabila tetap menggunakan mesin lama adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp
250.000,-
Biaya produksi variabel: Bahan Baku 40.000,-
Tk. Langsung 70.000,-
Overhead 30.000,-
Penyusutan 20.000,-
Jumlah
Biaya Produksi 160.000,-
Laba
Kotor Rp 90.000,-
Biaya
Komersial :
Variabel Rp
20.000,-
Tetap 10.000,-
Jumlah
Biaya Komersial Rp
30.000,-
Laba
Bersih Rp 60.000,-
F. Opportunity Cost (Biaya
Kesempatan)
Jika suatu keputusan
sudah dibuat untuk melaksanakan salah satu alternatif, maka manfaat alternatif-
alternatif lainnya akan lepas dari tangan. Manfaat yang lepas karena ditolaknya
pilihan yang lain disebut biaya kesempatan atau opportunity cost dari pilihan
yang telah dibuat itu.
Contoh: John adalah pemilik toko pakaian di Gaya Baru
Baru-baru ini ia ditawari jabatan
manajer toko disalah satu supermarket sebesar Rp 50 juta setahun dan John yakin
bahwa ia dapat menjual tokonya sebesar Rp 115 juta.
John meneliti dan mulai menghitung kedua alternatif yang dihadapinya,
perhitungan laba/rugi perusahaan John untuk tahun lalu sebagai berikut :
Hasil Penjualan Rp
225 juta
Harga Pokok Penjualan 135 juta
Laba Kotor 90 juta
Jumlah Biaya Operasional 32,45 juta
Laba Bersih 57,55 juta
Analisis John harus dikurangi
dengan biaya kesempatan yang tercakup dalam keputusan yang akan diambilnya,
yaitu:
-
Gaji yang tidak jadi diterimanya
-
Bunga deposito yang bisa diterimanya, jika tokonya dijual dan
hasilnya disimpan pada Bank.
Analisis yang dimaksud
adalah:
Laba Bersih (dengan buka
toko) Rp
57,55 juta
Dikurangi :
-
Gaji yang tidak diterima Rp
50 juta
-
Bunga deposito, misalnya
17 % setahun (17 % x 115 juta) = 19,55 juta
Total biaya kesempatan
Rp 69,55 juta
Kerugian karena tidak menerima tawaran kerja Rp
(12 juta)
Andaikan John tidak memperhatikan biaya kesempatan, tentunya ia akan
menarik kesimpulan yang salah dan akan berpendapat bahkan akan lebih untung
jika ia tetap menjalankan tokonya sendiri.
Ini merupakan analisis yang sifatnya kuantitatif semata-mata dan John
perlu juga mengukur faktor-faktor kualitatinya,seperti misalnya kerugian karena
kebebasan sebagai pengusaha wiraswasta, dan rugi karena tidak menerima tambahan
penghasilan sebesar Rp 12 juta.
G. Langkah-langkah Pengambilan
Keputusan
Dalam mengambil keputusan
kita memerlukan data yang dapat diukur, dianalisis dengan tepat dan kemungkinan
untuk dilaksanakan. Langkah-langkah itu meliputi :
1. Penentuan masalah, misalnya
mengganti mesin baru dengan yang lama, menutup salah satu bagian dari
perusahaan dan sebagainya.
2. Mengenal dengan baik
kemungkinan atau alternatif-alternatif yang ada.
3. Menetapkan data dan biaya
yang relevan dengan keputusan yang akan diambil dan masalahnya, karena tidak
semua dataatau biaya relevan dengan masalah.
4. Mengevaluasi data, dengan
meode yang berkaitan pada alternatif atau evaluasi yang bagaimana seharusnya
dibuat.
5. Mempertimbangkan
faktor-faktor kualitatif.
6. Keputusan dan alasan
diambilnya.
H. Pengambilan Keputusan Dalam
Prodek bersama
Joint
Cost dapat diartikan sebagai biaya yang timbul karena prose atau pembuatan
bersama barang-barang yang dihasilkan dari bahan baku yang sama , maka jika dua
atau lebih banyak jenis produk yang dihasilkan dari faktor produksi atau dari
jumlah biaya yang dihasilkan dari faktor produksi atau jumlah biaya-biaya yang
sama timbul joint cost.
Dalam pembahasan ini sebagai
ilustrasi hanya dipergunakan dua metode yaitu ,metode unit fisik dan metode
nilai pasar .
Contoh :
Dari suatu proses bersama dengan biaya bersama sebesar Rp
120.000, dihasilkan serangkaian produk A,B,C dan D. Dengan kuantitas yang
dihasilkan :
A 20.000 Unit , B 15.000 Unit
, C 10.000 unit dan D 15.000 unit. Harga jual A Rp 0.25, B Rp 3 , C Rp 3.50 dan
D Rp 5.
Menurut
metode fisik alokasi biaya sebagai berikut :
Kuantitas Rasio Alokasi
Dihasilkan Joint
Cost
A. 20.000 unit 20.000 : 60.000 = 33,33% x
120.000 = Rp 39.996,-
B. 15.000 unit 15.000 : 60.000 = 25% x
120.000 = Rp 30.000,-
C. 10.000 unit 10.000 : 60.000 = 16,67 % x
120.000 = Rp 20.004,-
D. 15.000 unit 15.000 : 60.000 = 25 % x
120.000 = Rp 30.000,-
60.000
unit 100% Rp
120.000
Maka
laba ruginya sebagai berikut :
Penjualan Harga
Pokok Laba/ Rugi
A. 20.000 x 0,25 = Rp 5.000,- Rp
39.996,- Rugi Rp 34.996,-
B. 15.000 x 3 = Rp 45.000,- Rp 30.000,- Laba Rp
15.000,-
C. 10.000 x 3,50 = Rp 35.000,- Rp 20.004,- Laba Rp
14.996,-
D. 15.000 x 5 = Rp 75.000,- Rp
30.000,- Laba Rp 45.000,-
Total Laba Rp
40.000,-
Metode Nilai Pasar
Kuantitas Nilai Total Rasio Alokasi
Dihasilkan pasar pasar nilai pasar Joint
Cost
A. 20.000 0,25 = Rp
5.000,- 3,125% x JC = Rp 3.750
B. 15.000 3 = Rp
45.000,- 28,125% x JC = Rp 33.750
C. 10.000 3,50 = Rp
35.000,- 21,875% x JC = Rp 26.250
D. 15.000 5 =
Rp 75.000,- 46,875% x
JC = Rp56.250 Rp 120.000
Metode nilai pasar
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya relevan merupakan biaya yang dikeluarkan pada masa yang akan datang
( future time ) yang berbeda untuk setiap pilihan yang tersedia bagi
pengambil keputusan. Biaya yang tidak berbeda diantara berbagai pilihan yang
dihadapi oleh pengambil keputusan merupakan biaya yang tidak relevan karena
pilihan tersebut tidak mempengaruhi biaya.
Dalam mengambil keputusan kita memerlukan data yang dapat diukur,
dianalisis dengan tepat dan kemungkinan untuk dilaksanakan. Langkah-langkah itu
meliputi :
1.
Penentuan masalah, misalnya mengganti mesin baru dengan yang
lama, menutup salah satu bagian dari perusahaan dan sebagainya.
2.
Mengenal dengan baik kemungkinan atau alternatif-alternatif
yang ada.
3.
Menetapkan data dan biaya yang relevan dengan keputusan yang
akan diambil dan masalahnya, karena tidak semua dataatau biaya relevan dengan
masalah.
4.
Mengevaluasi data, dengan meode yang berkaitan pada
alternatif atau evaluasi yang bagaimana seharusnya dibuat.
5.
Mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif.
6.
Keputusan dan alasan diambilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dra Susty
Ambariani, M.Si, 2000, Manajemen Biaya, Jakarta : Salemba Empat.
Garrison, D.B.A, 2006, Managerial Accounting, Jakarta
: Salemba Empat.
Kamaruddin Ahmad, 2005,Akuntansi Manajemen,
Palembang : PT. RajaGrafindo Persada.
L.M. Samryn, 2001, Akuntansi Manajerial Suatu
Pengantar, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar